Hujan terus akhir2 ini sampai baju2ku enggak pernah kering😔
Aku udah up date yaaa
Udah ya.
Udah loh
°°°°
"Lo enggak mau mampir dulu?"
Aruna menggeleng. "Mau langsung pulang, istirahat, digantungin sama Mas Abian kan menguras banyak energi. Belum lagi tadi malah liat kalian putus, tambah mumetlah kepala ini."
Tiasa manyun sembari memainkan tali totebag. "Gue enggak tahu kalau kejadiannya bakalan kayak gitu."
"Its okay. Becanda doang kok." Aruna tersenyum.
Tiasa tentu sangat bersyukur, bisa mengenal Aruna yang sangat polos dan baik hati ini. Ia pikir, berpacaran dengan laki-laki yang bersahabat dekat dengan wanita tak akan pernah berujung baik. Tapi Aruna menjadi salah satu pengecualian. Sejak pertama dikenalkan oleh Akalam, Tiasa merasa nyaman dengan Aruna. Meski saat itu, Aruna masih terlihat malu-malu dan banyak diamnya. Berbeda dengan sekarang, yang sedikit jahil dan ternyata sangat ceria. Masih bisa cengengesan di antara kegundahan hatinya yang tengah digantung oleh Abian.
Tiasa mengembuskan napas. "Kabarin tentang Akalam sama gue ya, Na. Jangan lupa. Nanti kalau Akalam udah mulai lebih baik lagi, gue mau minta maaf sama dia."
Aruna menaikan satu jempol. Lagi, lagi dan lagi. Bahkan setelah mereka putus pun, Aruna yang dijadikan alat perantara komunikasi. Selalu seperti itu.
"Putus kali ini ... kalian enggak bakalan balikan lagi ya?"
Tiasa menggeleng pelan. "Enggak."
"Tapi kita tetep bisa ketemu kayak biasa begini kan?"
"Iya dong! Kalau itu jangan ditanya!" Tiasa mundur satu langkah. "Gue udah ngaggap lo sodara."
"Janji ya!" Aruna menghidupkan mesin motor. "Kalau gitu, aku pulang dulu."
^^^^^
Aruna mengembuskan napas malas. Tadi, sebelum berangkat mengantar Tiasa, Ibu berpesan agar, Aruna mengganti oli motornya.
Jujur, Aruna paling malas kalau sudah harus singgah-singgah ke bengkel. Banyak cowok. Tatapan mereka, entah kenapa, sering kali membuat Aruna merasa tak nyaman dan was-was. Tapi meski begitu, dari pada durhaka dan Ibu langsung menendangnya ke neraka, pada akhirnya, Aruna menuruti apa yang diperintahkan Kanjeng Ibu.
Saat melihat bengkel random yang di ujung sore ini masih buka, Aruna langsung menghampiri, menghentikan motornya di sana. Lalu berkata, "Mau ganti oli dong, Mang."
Dan, bapak-bapak itu langsung menangani motor Aruna. Menaikan standar dua, menyimpan satu wadah untuk menampung oli. Dan mengambil satu yang baru.
"Duh, item banget nih, udah berapa lama enggak diganti, Neng?"
Aruna cengengesan. "Dua bulan lebih Mang."
Kebiasaan cewek. Males ganti oli.
Dan entah kebetulan apalagi, tiba-tiba, dua pemuda datang, tengah mendorong vespa kuning."Lah, Aruna!" Jaevan yang duluan berkata.
Cakrawala tersenyum sembari mengangguk ke arah Aruna. Lalu mengonsultasikan motornya pada montir lain yang ada.
"Wih, ganti oli. Rajin banget. Motornya dirawat," puji Jaevan, sembari duduk di samping Aruna dan mengelap keringat yang membanjir di kening.
"Mana ada, Aruna baru ganti oli dua bulan lebih lalu. Btw, kalian emang dari mana?" Aruna bertanya sembari memperhatikan Cakrawala yang berdiri di depannya, meletakkan kedua tangan di pinggang dan mengembuskan napas keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DEADLINE (END)
Literatura FemininaABIAN adalah lelaki paling nelangsa di dunia. Setidaknya untuk sekarang. Di mana, ia harus menjadi editor si pemalas Aruna. Tak cukup di situ. Seolah semesta sangat membencinya. Abian juga harus menelan pil terpahit di muka bumi saat ia memergoki tu...