CHAPTER 1
"hey... Bangunlah...!!". Seketika aku membuka mataku, terlihat didepanku Rhae sedang menatapku khawatir sambil memegang ramuan-ramuan aneh di tangannya. Iih... Apa yang dia lakukan... Apa dia sedang bereksperiman dengan mempergunakanku sebagai kelinci percobaannya. "kau membuat kami semua khawatir. Kau sudah pingsan selama 3 hari. Kalau tau kau akan pingsan selama itu, aku pasti sudah membuatkanmu ramuan ini segera setelah kau pingsan". Aku melongo mendengar penuturannya. Pingsan...??? Ah tidak, itu hal yang paling kuhindari. Menurutku, aku hanya tertidur saja. Dia pasti bercanda. "kau tidak menyadari kalau kau baru saja bangun dari pingsan?". Aku terdiam. Kepalaku memang dirasa agak pusing, namun sepertinya karena terlalu lama tidur atau... Pingsan. Rhae melihatku yang seolah sibuk sendiri dengan pikiranku. Dia menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyolku. "apa iya, aku pingsan? Lalu, aku pingsan karena apa?". Rhae menganggkat salah satu alisnya setelah mendengar pertanyaanku. Aku juga lebih melebarkan mataku ketika melihat ekspresinya. Lalu kemudian dia mengangkat bahunya. Aku buru-buru menghapus pertanyaan yang kurasa tidak lagi penting itu. Dia hanya pintar meramu ramuan. Kalau soal tebak menebak, mana tau dia. Seketika pintu kamarku terbuka. Tampak sosok Cha keluar dari balik pintunya. "sarapan sudah siap. Kau turunlah dulu Rhae". Rhae-pun langsung berlalu dari hadapanku. Cha kemudian menghampiriku. "aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi. Persendian di tubuhmu pasti akan terasa sedikit kaku setelah selama 3 hari kau tidak sadarkan diri". Aku menganggukkan kepalaku, lalu Cha tersenyum kearahku. Cha memang selalu tersenyum, entah itu kepadaku maupun pada semua orang. Sepertinya dia tak pernah bosan menebar senyum manisnya. Aku tersenyum tipis. Dia sudah seperti seorang ibu yang sedang memperhatikan anaknya saja. Aku lalu menoleh kearahnya, memperhatikannya yang sedang merapikan ramuan-ramuan buatan Rhae. Aku tau, Cha mengetahui apa yang terjadi padaku. Tapi dia bersikap seolah-olah tak mengetahui apa-apa. Melihat ekspresi wajahnyapun datar-datar saja. Tidak menunjukkan rasa khawatir sedikitpun seperti yang ditunjukkan Rhae padaku tadi. "aku tau apa yang kau pikirkan", sanggah Cha ketika aku akan menanyakan sesuatu padanya. Ahh, tidak heran. Dia memang mampu meramal masa depan, maupun melihat sesuatu yang terjadi pada orang lain. Ditambah lagi dia dapat membaca pikiran orang, sudah seperti vampir saja dia. "aku tau itu, tapi kenapa kau diam saja? Bukankah kau seharusnya menjelaskan padaku apa yang terjadi?". Tanyaku sedikit jengkel karena Cha sepertinya sama sekali tidak menghiraukan sebab musabab aku pingsan selama 3 hari itu. "belum saatnya Shill" katanya sambil menyunggingkan senyum manisnya ke arahku. Yah... Senyum lagi. Setidaknya aku benar, dia tak pernah bosan tersenyum. Aku membuang mukaku darinya. Rasanya aku telah dipermainkan, menyebalkan sekali. "cepatlah kau mandi, airnya tidak akan tetap hangat untuk menunggumu berlama-lama disini". Katanya sambil menepuk pundakku, dan kemudian pergi meninggalkanku sendiri di kamar ini. Aku menatap beberapa ramuan yang baru saja dirapikan oleh Cha. Ramuan itu nampak aneh. Ahh, Rhae memang selalu membuat ramuan yang aneh-aneh, dia memang ahlinya dalam meramu berbagai macam ramuan itu dari bahan-bahan alami yang ada di pinggiran hutan ini. Akupun lalu menapakkan kakiku ke lantai. Rasanya sedikit aneh ketika kaki itu menyentuh lantai, seperti orang sedang kesemutan. Huh, padahal baru 3 hari saja aku tidak mempergunakan kakiku ini.
Aku menuruni anak tangga di rumah itu, setelah menyegarkan diriku di kamar mandi. Sepertinya aku terlambat mengikuti acara sarapan bersama yang menjadi rutinitas kami. Bukan sepertinya lagi, malah sudah sangat jelas. Itu terlihat, karena hanya ada satu piring yang tersisa dengan makanan lengkap diatasnya. Setelah aku menuruni anak tangga yang terakhir, Dan langsung mendekatiku. Menyongsongku ke meja makan. Dan memaksaku untuk mau disuapi olehnya. Dia memang kekasih yang perhatian, baik dan juga tampan. Tapi sayangnya aku tidak suka diperhatikan terlalu berlebihan seperti itu. Itu membuatku bosan. Karena sejak orang tuaku meninggal, aku hidup dengan keluarga Nic. Ayah dan ibunya, yang ku anggap ayah dan ibuku sendiri merupakan orang sibuk yang sering berpergian ke luar kota. Jadi, aku selalu dijaga oleh Nic, yang sangat cuek, dan tidak terlalu peduli juga tidak terlalu perhatian padaku, tetapi aku tau dia selalu menjagaku. Itulah yang menyebabkan aku tidak suka diperhatikan berlebihan oleh siapapun. Karena sifat Nic itu mau tidak mau sudah mendarah daging dan membuatku terbiasa olehnya. "mau kuambilkan buah-buahan untukmu?" tanya Dan yang membuyarkan lamunan masa kecilku. Aku menggeleng dan memaksakan senyumku kepadanya. Dia mengangguk dan berlalu dari hadapanku dengan membawa piring dan gelas terakhir di meja makan itu. "kau sudah agak mendingan sekarang, Shill?" tanya Alv, seorang pemuda tampan yang sangat sayang padaku. Namun rasa sayangnya tidak melebihi dari rasa sayang seorang kakak pada adiknya. Aku cukup sadar itu. Aku lalu mengangguk pelan, diiringi dengan senyumnya. Alv merupakan fem-nya Rhae. Fem itu sendiri merupakan ‘feminam’, artinya seperti kekasih atau mate. Disini kami memang... Sebut saja berpasang-pasangan , karena kami tidak suka berbaur dengan orang lain yang tidak kami kenal betul. Terkecuali Loul. Sahabatku yang sangat lucu itu sepertinya memang lebih memilih untuk tidak memiliki fem.
KAMU SEDANG MEMBACA
the last 'lego'
Vampireawalnya aku menganggap kalau aku seorang kavalier biasa. namun kemudian aku mendapat kehormatan menjadi 'militum', penjaga untuk para 'lego'. tapi semuanya berubah. aku tidak menyangka sebelumnya kalau aku-lah yang akhirnya menjadi 'lego' yang terak...