Aku mulai membuka mataku perlahan, ketika aku mendengar suara Magda menggema di telingaku. Ketika cukup lama Magda memanggil-manggil namaku, akupun mulai menggeliat malas di tempat tidurku.
"kenapa kau yang membangunkanku...? Leon mana...?" tanyaku setelah semua kesadaranku berhasil aku kumpulkan kembali.
"beliau sedang menemani lady Leea".
Wanita itu lagi...? Apa belum puas dia kemarin berkencan dengan fem-ku seharian. Dasar wanita tak tau diri.
"lady Leea juga membawakan ini untuk anda, lady Pricshilla"
aku langsung menoleh kearah Magda yang sedang menyodorkan kotak hitam berpita merah padaku.
"apa ini...?".
"hamba tidak memiliki wewenang untuk mengetahui isi kotak ini, lady Pricshilla".
Aku lalu mengangguk singkat, dan meraih kotak itu dari tangan Magda.
"hamba permisi dulu".
Magda-pun berlalu dari kamarku. Aku memandangi kotak itu sejenak. Apa maksudnya Leea memberiku ini...? Apa untuk menyuapku agar bebas berkencan dengan fem-ku kapan saja...!! Dasar vampire. Semuanya sama saja... Agresif... Menjijikkan. Akupun langsung beranjak ke kamar mandi tanpa berminat untuk mengetahui isi kotak itu. Setelah selesai mandi, rasa penasaranku seketika muncul. Kuraih kotak itu, dan kubuka penutup kotaknya. Tampak disana gaun berwarna biru yang berkilau. Belahan dadanya rendah, dengan hiasan tali-tali kecil dari dada hingga pinggang. Kainnya terbuat dari sutra. Benar-benar gaun yang sangat indah. Bukan hanya itu. Didalam kotak itu juga terdapat high heels biru berpita yang simple dan kurasa cocok jika dikenakan dengan paduan gaun ini. Rasanya aku sudah tak sabar untuk mengenakannnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengganti handuk yang melilit di tubuhku, dengan gaun itu. Pas...!!! Aku kelihatan sexi dan cantik ketika mengenakan gaun ini. Didukung dengan rambutku yang kugelung keatas, hingga memperlihatkan leher putihku yang jenjang. dan tak lupa kuberi poni untuk menghiasi dahiku. High heels yang dia beripun tak lupa aku kenakan. Aku lalu berputar-putar sejenak di depan cermin, mengagumi kecantikan dan keanggunan diriku sendiri. Ternyata wanita itu sedikit bodoh. Dengan memberi gaun ini, itu artinya dia sudah mengambil satu langkah mundur untuk mendapatkan Leon. Kita lihat saja. Leon pasti tidak bisa mengalihkan perhatiannya dariku.
"lady Pricshilla... Tuan Leon dan lady Leea sudah menunggu anda di meja makan".
Seruan Magdapun mengagetkanku yang sedang asyik berpose. Dengan sedikit tergesa, aku langsung keluar dari kamar tidurku, dan mengikuti Magda ke meja makan.
Ketika sampai di ujung tangga, seorang wanita bergaun hijau muda menyambutku.
"selamat pagi Pricshilla... Perkenalkan, aku Leea..." ucapnya dengan tersenyum manis ke arahku.
Oh my god...!! Jadi ini wanita yang bernama Leea itu...?! Dia sungguh... Luar biasa cantik. Wajahnya cantik dan imut, didukung dengan postur tubuh yang mungil dan langsing. Dia memiliki mata ungu seperti Leon. Dia juga memiliki bibir pink yang sensual. Rambutnya pirang bergelombang yang dia biarkan tergerai. Sama denganku, dia juga memberi poni pada dahinya. Dari raut wajahnya, dia terlihat kalem. Berbeda dengan vampire wanita lain yang terlihat nakal dan agresif.
"Pricshilla... Kau tidak apa-apa...?" ucap Leea, sambil memegang pundakku. Akupun langsung tersadar dari lamunanku.
"i... Iya... Senang bertemu denganmu". Ucapku sambil tersenyum, meski kutau senyumku terlihat kikuk.
"mari..." ucap Leea lagi, sambil membentangkan tangan kanannya, tanda mempersilahkan aku duduk. Tanpa penolakan, aku langsung mengambil tempat duduk yang berhadapan dengannya.
Akupun menikmati sarapan dalam diam, sambil sesekali melirik pada Leon dan Leea yang sedang asyik mengobrol dan bercanda. Mereka bercanda layaknya aku ini manusia transparan. Menyebalkan sekali. Melihat aksi mereka, membuat nafsu makanku hilang. Aku lalu meletakkan peralatan makanku, mnyeruput sedikit air, dan langsung berlalu dari hadapan mereka berdua. Melihat aksi anehku, tawa dan ocehan mereka seketika terhenti. dan tiba-tiba aku merasakan tangan yang lembut dan dingin menggenggam tanganku.
"Shill... Kau mau kemana...? Sarapanmu belum kau habiskan". Aku lalu mengibaskan tanganku agar terlepas dari genggaman tangannya.
"selera makanku hilang". Ucapku sambil kembali melanjutkan langkah kakiku yang terhenti. Tapi tangan itu kembali menggenggam tanganku.
"aku minta maaf, kalau tadi aku tidak menghiraukanmu".
"ya sudahlah... Lanjutkan saja acara mengobrol ceriamu itu dengan Leea". Ucapku singkat, dan langsung berlalu dari hadapannya, tanpa memberi kesempatan untuk dia bicara.
Setelah aksi marahku tadi, kakiku sepetinya tak pernah lelah membawaku berkeliling-keliling kastil. Gerbang utamapun sudah kulewati 2 kali. Masih saja belum merasa lelah. Aku memang tak memiliki tujuan untuk singgah saat ini. Suasana hatiku sedang kacau. Benar-benar sakit rasanya melihat fem sindiri bermesraan dengan wanita lain. God... Harus butuh waktu berapa lama sih, agar Leon sadar kalu AKU fem-nya. Bukan si Leea itu.
"Shill...!". Suara Leon membuatku langsung tersadar dari lamunanku.
"dari tadi aku memperhatikanmu berjalan mengelilingi kastil. Apa kau tidak merasa lelah...?".
"apa pedulimu..!". Ucapku dingin, sambil berlalu dari hadapannya.
"Pricshilla...! Sebenarnya ada apa dengan dirimu...?! Akhir-akhir ini kau bersikap aneh padaku". Akupun langsung memutar tubuhku untuk menghadapnya.
"apa tidak salah kau menanyakan itu padaku...?".
"maksudmu...?" ucap Leon dengan heran.
"semua jawaban ada pada dirimu". Jawabku sambil membelakanginya, dan kembali melangkah.
"aku benar-benar tidak mengerti, Shill...". Ucapnya setengah berteriak.
"itu urusanmu... Aku lelah. Melihat mukamu membuatku tak bersemangat". Kataku sambil beranjak ke kamar tidurku.
Sampai di kamarku, aku hanya bisa duduk sambil melamun. Sakit hati ini membuatku susah tidur dan tak berselera makan. Kalau begini rasanya sakit hati, aku jadi prihatin pada Dan. Apa yang akan terjadi padanya, jika dia tau kalau aku memiliki rasa cinta yang mendalam pada Leon. Apa yang akan terjadi padanya, jika dia tau kalau rasa cintaku untuknya sudah terkikis habis. Bagaimana bisa aku sejahat ini. Dia selalu ada untukku. Melindungiku, menemaniku, tulus menyayangiku, tapi aku malah menghianatinya. Air matakupun mulai mengalir turun ke pipiku. Rasa bersalah itu muncul lagi. Aku harus bagaimana. Tak mungkin aku terus terjebak dalam situasi seperti ini. Akupun terus menangis hingga kepalaku kurasa semakin sakit dan semakin berat. Semua benda di kamarku tiba-tiba saja seperti berputar-putar tak karuan. dan kemudian, semuanya menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
the last 'lego'
Vampirosawalnya aku menganggap kalau aku seorang kavalier biasa. namun kemudian aku mendapat kehormatan menjadi 'militum', penjaga untuk para 'lego'. tapi semuanya berubah. aku tidak menyangka sebelumnya kalau aku-lah yang akhirnya menjadi 'lego' yang terak...