Sudah hampir 1 bulan aku dan teman-temanku berada di pinggiran hutan ini. Raja Velnonn, yang merupakan raja dari negeri Morz -negeri tempat kami tinggal- memerintahkan kami untuk menjaga negeri itu dari vampir yang konon berkeliaran di hutan ini. Rumah kayu yang kami tempati inipun merupakan fasilitas yang disediakan raja Velnonn. Sebenarnya pekerjaan ini sangat membosankan. Mengingat tidak ada apa-apa selama kami disini. vampire yang berkeliaran disinipun tidak banyak dan tidak sehebat yang aku pikirkan "kau disini rupanya", kata Dan yang langsung memelukku dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku lalu menoleh ke arahnya. Wajah kami sangat dekat. Hingga aku dapat merasakan terpaan nafasnya di wajahku. Cukup lama dia menatapku, namun setelah itu dia menciumku dengan sangat lembut. Menyapu bibirku dengan penuh sayang. Matanya terpejam, pelukannya semakin erat. Bahkan aku dapat merasakan detak jantungnya yang berdebar cepat. Aku menggeliatkan badanku, mencoba lepas dari ciuman dan pelukannya. Dia menatapku dengan tatapan sendu. Atau mungkin heran melihat tingkahku. "maaf, kalau aku membuatmu tidak nyaman" ucapnya sambil menundukkan kepalanya. Aku hanya menggeleng lemah. Aku terlalu pusing memikirkan perasaanku padanya hingga aku tak mampu menanggapi perkataannya. Dia lalu duduk di bawah salah satu pohon rindang di tempat ini. "aku senang melihatmu sudah kembali membaik" ucapnya memecah keheningan diantara kami. Mendengar itu, aku lalu duduk di sampingnya. "terima kasih kau sudah memperhatikanku, Dan..." Aku mencoba bersikap wajar didepannya. Dia mengangguk. "itu sudah menjadi kewajibanku" ucapnya kemudian. Dia melihat kearahku, lalu menyentuh pipiku. Mengusap lembut kulit wajahku. "aku tidak mau sesuatu terjadi padamu, Shill. Aku sangat menyayangimu. Lebih dari apapun". Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. Aku lalu memegang tangannya yang masih melekat di pipiku. "akankah itu selamanya...?". Dia mengangguk, "bagaimanapun dan sampai kapanpun, selama aku masih hidup dan dapat merasakanmu, aku akan tetap menyayangimu, dan terus menjagamu" Aku melihat ketulusan dan kesungguhan ketika dia mengatakan itu. Tak terasa aku menangis, di depannya. "hey... Kau kenapa...?" ucapnya sambil membersihkan air mataku. "aku terharu mendengar itu". Dia tersenyum dan langsung memelukku. Oh, Dan... I'm so sorry... aku berbohong padamu. Aku tidak tau bagaimana cara mengatakan padamu kalau aku tidak sepenuhnya mencintaimu. Aku tidak mau membuatmu kecewa. God, help me. Perasaan bersalah itu membuatku ingin mengakhiri hidupku. Aku terus saja menangis di dalam pelukannya. Aku memeluknya erat, aku ingin menemukan kembali sebagian rasa cintaku yang hilang untuknya. Tapi dimana harus kutemukan. Hatiku sudah benar-benar separuh hati dalam mencintainya. "aku ingin pulang, aku merasa sedikit pusing berada disini" ucapku setelah melepaskan diri dari pelukannya. Dia lalu berdiri, meraih pundakku dan merangkulku sampai tiba di rumah.
Sesampainya kami di rumah, aku melihat Loul yang sedang asyik bersenandung di undakan dekat pintu masuk. Aku dan Dan memang sengaja tidak memperdulikannya. Kami langsung saja masuk dan duduk di salah satu kursi di ruang makan. Dan duduk disampingku. Semenjak dari hutan tadi, dia tak pernah melepaskan tangannya dariku. Bahkan sekarangpun dia masih memegang tanganku setelah merangkul pundakku. Tangan lainnya dia pergunakan untuk membelai-belai rambutku. Matanya menatapku. Tatapan itu, selalu dia gunakan untuk menatapku. Tatapan penuh ketulusan, kasih sayang dan… cinta. Aku tidak bisa berlama-lama menatapnya. Aku bisa gila dengan rasa bersalah. Aku lalu menundukkan wajahku. “huuuhhh… apa kalian tidak bosan membuatku iri?”. Suara Loul mengagetkan kami berdua. Dia memang menyebalkan. Dia membuat jantungku hampir tidak melekat pada tempatnya semula. Aku meliriknya. Menatapnya kesal. Dia tertawa kecil melihat ekspresiku ini. “maaf… maaf, aku mengganggu kalian”. Katanya sambil berusaha menahan tawa. “tapi salah kalian juga sih, sudah tau aku belum memiliki fem, bukannya simpati malah makin membuatku iri”. Iihhh… benar-benar menyebalkan anak ini. Bukannya minta maaf, karena hampir membuatku sakit jantung, malah memasang wajah innocent. Aku lalu mengambil apel di meja, dan langsung melempar apel itu ke arahnya, dan tepat mengenai kepalanya. Dia meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit itu. “Dan… ajari Shill cara berkelakuan baik. Dia benar-benar tidak sopan”. Dan tersenyum menanggapinya. Lucu sekali, dia berhasil membuatku naik darah. Untung saja aku masih bisa mengendalikan amarahku ini. “hmmm… untung kita banyak memiliki persediaan buah-buahan. Selain untuk dimakan, juga bermanfaat sebagai obyek yang bisa aku lemparkan ke arahmu. Kau pilih saja, mau papaya, semangka, durian, atau nangka…?”. Jawabku dengan nada kesal. “hehe… iya, iya, maaf… mungkin aku salah bicara tadi”. Aku mengangkat salah satu alisku. Apa….? Dia bilang apa…? Mungkin…? sudah jelas-jelas salah, masih menambahkan embel-embel ‘mungkin’. Benar-benar sangat menyebalkan. Aku langsung beranjak ke kulkas, dan mengambil sekantung jeruk dari dalamnya. Aku lalu melirik ke arahnya. Dia melihatku dengan ekspresi aneh. Seolah-olah dia mengatakan ‘dia benar-benar sudah gila’ didalam ekspresi wajahnya. Dia langsung pergi dari hadapan kami. Aku tertawa melihatnya. Dasar orang aneh. Akukan Cuma mau mengambil salah satu jeruknya, kenapa dia kabur begitu.
Tidak lama kemudian, aku mendengar langkah kaki memasuki rumah. Terlihat Nic dan Alv masuk ke dapur dengan membawa hasil buruan mereka. Aku menoleh kearah mereka. “kalian tidak pergi bersama Rhae dan Cha?”. “tidak”. Jawab Nic singkat. Aku memutar bola mataku mendengar jawabannya yang sangat-sangat simple itu. “lalu kemana mereka?”. Tanyaku pada Alv. “tidak tau”. Jawab Nic lagi. Well… satu orang lagi membuatku kesal sehari ini. “Cha dan Rhae sedang menemui raja Velnonn, mereka mendapat panggilan tadi”. Jawab Alv dengan dibarengi senyumnya padaku. Alv dan Nic sangat berbeda jauh. Alv lebih, malah sangat perhatian padaku. Baru kali ini aku dianggap sebagai ‘adik’. Padahal aku dan Alv baru bertemu satu tahun silam. Aku lalu duduk disamping Dan sambil menikmati buah jeruk yang aku ambil dari kulkas tadi. “kau tau mereka akan berburu?”. Tanyaku pada Dan, di sela-sela acara makan jerukku. Dan mengangguk. “kenapa tidak ikut saja?”. Dia lalu menoleh ke arahku. “aku ingin menemanimu Shill, dan memastikan kalau kau baik-baik saja”. Aku mengerutkan dahiku. “aku bisa jaga diri Dan. Apa kau tidak lihat, aku sudah sebesar ini…?”. Tanyaku, Dan tertawa kecil sambil kembali membelai rambutku. Dia memang selalu memperlakukanku seperti anak kecil.
Belum sampai buah jerukku habis, Cha dan Rhae datang. Mereka langsung duduk di ruang makan, bergabung denganku dan yang lainnya. Mereka duduk bersandar dengan ekspresi lelah. “ada urusan apa raja memanggil kalian?”. Tanyaku mewakili yang lain. “para kavalier di tengah hutan diserang sekawanan vampire. Tidak ada anggota kavalier yang selamat dari penyerangan itu”. Kata Rhae sambil menarik nafas panjang. “raja juga menugaskan kami semua untuk berjaga di tengah hutan menggantikan mereka”. Kata Cha menambahkan. “kudengar Cha dan Rhae sudah datang”. Sahut sebuah suara yang membuat kami semua menoleh ke arahnya. Loul jadi salah tingkah akibat dipandangi oleh kami tanpa ekspresi. “maaf” sambutnya singkat. Seperti biasa, dia selalu mengagetkan. Aku lalu mengalihkan perhatianku kembali pada Cha dan Rhae. “setahuku, vampire-vampire yang berkeliaran disini tidak begitu… um… katakanlah sangat mengecewakan”. “mereka cuma kelompok vampire biasa dari rasnya, Shill. Lalu yang menyerang kavalier kami di tengah hutan itu merupakan kavalier dari negeri Altra”. Sahut Cha menanggapi pernyataanku. Glek!... aku menelan ludahku mendengar nama negeri itu disebut. Negeri yang dipimpin Roselva. Dia merupakan ratu kegelapan, juga merupakan ratu dari semua penyihir. Ilmu sihirnya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Bahkan penyihir terhebat sekalipun. Itulah mengapa ada ‘lego’. ‘lego’ sendiri merupakan sang terpilih, yang dipilih oleh para leluhur berabad-abad silam ketika ketiga ras berdamai. Terpilihnya ‘lego’ ini berfungsi untuk melawan atau bahkan memusnahkan Roselva dan seluruh pengaruhnya dari dunia ini. Kemampuan ‘lego’ sendiri lebih dari siapapun. Selain mereka memiliki kemampuan ‘kavalier’ dan ‘militum’, mereka juga memiliki kemampuan khusus. Saat semua ‘lego’ bersatu melawan Roselva, mereka akan memiliki peluang besar untuk menang. Kira-kira 70%:30%. Tapi tidak dengan cara mudah tentunya. juga, setiap ras memiliki satu ‘lego’ dan itu berlaku untuk selamanya. Karena ‘lego’ merupakan makhluk immortal sempurna. Mereka tidak akan mati meski dibunuh dengan cara apapun. Namun, bukan berarti mereka aman. Mereka juga bisa terbunuh tetapi ketika mereka sedang labil atau tidak dapat mengontrol emosi mereka. Dalam fase labil ini, kemampuan mereka akan lebih maksimal. Namun kemungkinan terbunuh dan mati akan lebih minimal. Itulah gunanya ada ‘militum’. Mereka merupakan sang penjaga, yang tugas utamanya menjaga ‘lego’, serta memastikan ‘lego’ tersebut tetap berada pada fase stabil. ‘militum’ sendiri hampir sama dengan vampire. Mereka bisa mati setelah ditusuk jantungnya. Namun seorang ‘militum’ memiliki kelebihan daripada yang lain. Seperti halnya aku yang diberi julukan ‘helium vola saga’. Yaitu seseorang yang mampu mengendalikan gelombang udara. Jadi secara garis besar, ‘militum’ dari 3 ras ini memiliki kemampuan mengendalikan elemen-elemen tertentu yang ada di muka bumi ini. ‘militum’ juga biasanya hidup berdampingan dengan ‘lego’-nya. Entah itu kerabat, fem, atau sahabat sekalipun. Dan untuk seorang ‘kavalier, baik dari ras vampire, manusia dan peri mempunyai artian sama dengan slayer. Namun mereka unggul dalam kecepatan dan ketangkasan. Tetapi kemampuan ‘kavalier’ dalam melawan musuh, tergantung pada pendidikan dan cara kerajaan itu mendidiknya. Berebeda dengan ‘lego’, dalam rasnya ‘kavalier’ dan ‘militum’ dipilih lebih dari satu orang. Karena selain untuk menjaga ‘lego’, mereka juga bertanggung jawab untuk melindungi kerajaan.
“kenapa melamun begitu Shill?”. Tanya Dan sambil memegang tanganku. Sektika tubuhku berubah kaku. Aku terlalu terpusat pada ‘kavalier’ dari kerajaan yang dipimpin Roselva itu. Roselva merupakan penguasa terkuat. Kemungkinan ‘kavalier’nya sangat terlatih dan tentu saja hebat. Kenapa aku sampai takut begini?. Ah, tidak tidak. Aku tidak takut. Aku hanya terkenang pada kematian kedua orang tuaku yang menurut Cha dibunuh oleh vampire. “kau butuh istirahat Shill, mukamu sangat pucat”. Sambung Dan, yang langsung menyongsongku ke kamar tidurku.
KAMU SEDANG MEMBACA
the last 'lego'
Vampireawalnya aku menganggap kalau aku seorang kavalier biasa. namun kemudian aku mendapat kehormatan menjadi 'militum', penjaga untuk para 'lego'. tapi semuanya berubah. aku tidak menyangka sebelumnya kalau aku-lah yang akhirnya menjadi 'lego' yang terak...