CHAPTER 23

699 13 0
                                    

            Keesokan paginya, aku mengendap-endap dari kamar Leon, ke kamarku. khawatir ada seseorang yang akan berpikiran negatif jika melihat aku keluar dari kamar Leon.

            “you’ve had a nice night huh…?”

Sebuah suara lembut mengagetkanku. aku langsung mengangkat wajahku. Ternyata Leea sudah menungguku di depan pintu kamarku. dia menyandarkan kepalanya pada daun pintu kamarku, dan seperti biasa, memainkan ujung rambut keemasannya yang bergelombang indah. Menanggapi tatapannya yang mengejek, aku hanya tersenyum kaku, lalu bersifat biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi, meski kuakui, tingkahku kaku.

            “Leon memintaku untuk membawamu ke tempatku”

Aku mengangkat satu alisku, tanda tidak menegrti apa yang dia katakan. Dia mendesah pelan.

            “cepatlah bersiap-siap…………dia sudah menunggumu. Bukankah kau sudah rindu padanya lady Pricshilla…?”

Kurasakan aliran darah mengalir cepat ke wajahku. Pipiku kurasakan mulai memanas. Sial…..Leea benar-benar memojokkanku sedari tadi. Aku menatapnya, tampak dia tersenyum menahan geli ke arahku, dan berjalan menjauh, menuruni tangga yang terletak dekat dengan kamarku. setelah kepergian Leea, aku segera menuju kamarku. bergegas mandi, dan berpakaian rapi. Hasrat ingin bertemu Leon seketika menggebu-gebu dalam diriku. Menjadikanku bersemangat.

            Setelah selesai mengenakan gaun berwarna pink pucat, aku segera menuruni tangga dan mendapati Leea tengah menikmati sarapan dari darah segar yang tersaji di depannya. Aku berjalan perlahan menghampirinya. Dia menganggukkan kepalanya kearah kursi kosong yang berada di sebelahnya, tanda mempersilahkanku duduk di kursi itu. Akupun menuruti kemauannya, tanpa ada keinginan membuka percakapan. Leea melirik sekilas ke arahku, namun kembali menikmati sarapannya.

            “apa kau tidak ingin tau untuk apa Leon ingin menemuimu di istanaku…?”

Aku menanggapi ucapannya dengan memfokuskan pandanganku padanya.

            “ada Cha dan Failera di sana……..dari yang ku dengar, mereka sudah menemukan jalan ke Leanderwich, dengan bantuan peri sungai, teman dari Failera”

Jantungku seketika memompa lebih cepat, sehingga suara detaknya mungkin terdengar oleh Leea. Aku tidak tau mengapa aku seperti takut akan sesuatu ketika berita ini kudengar.

            “kau baik-baik saja…………?”

Ucap Leea, sambil menghadap padaku. Dia mengusap bibirnya sejenak, menghilangkan bekas darah yang masih menempel disana. Aku hanya mengangguk sambil menelan ludahku keras. Leea lalu menggenggam tanganku, dan menarikku ke halaman depan kastil ini. dia mencengkeram erat tanganku, dan tanpa persetujuanku terlebih dahulu, dia membawaku ke istananya dengan berteleport.

            Ketika kakiku pertama kali menyentuh tanah, yang kurasakan adalah lemas dan rasa mual. Sebuah tangan dingin dengan sigap menangkap tubuhku. Menggendongku dengan bridal style, dan merebahkan tubuhku di atas sofa. Tempat itu sedikit buram dari pandanganku. Mungkin karena efek pusing yang melandaku. Sayup-sayup kudengar suara Failera menyebutkan namaku dalm sebuah percakapan, dan setelah itu, semuanya hilang. Hanya kelam dan rasa pusing yang seperti berputar-putar yang masih bisa kurasa.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang