CHAPTER 20

967 17 0
                                    

            Malam itu aku sengaja tidak berpenampilan seperti biasa. Tidak ada gaun, rambut yang tertata rapi, dan juga high heels yang merepotkan. Setelah mandi, aku biarkan rambut basahku tergerai tanpa disisir. Akupun juga hanya mengenakan hot pant dan tanktop hitam yang bercover kemeja Leon yang kedodoran yang memang tersedia beberapa di kamarku. setelah selesai berpakaian, aku bergegas ke ruang makan. Disana Leea dan Leon sudah menunggu tanpa menyantap satu hidanganpun. Tampak Leea tersedak oleh cairan merah hangat yang ada di tangannya ketika melihatku menuruni tangga. Berbeda dengannya, Leon hanya diam memperhatikanku dengan ekspresi yang tak terbaca. Aku tau. Penampilanku kacau malam ini. aku memang sengaja begini, agar Leon tau seberapa depresinya aku. Hahaha ide yang tolol emang.

            “lady Pricshilla…? Kau kah itu…?”

Leea sepertinya masih tidak percaya dengan penglihatannya. dan pertanyaan itu kujawab dengan senyuman kecil.

            “ouuw… kau tampak berbeda malam ini”

Sambungnya dengan nada canggung. Dengan tanpa memperdulikannya, aku segera duduk di barisan kursi yang jauh dari mereka sambil menikmati hidanganku dengan tak mengacuhkan mereka. Mereka tak ada disini Shiil. Hanya kau, hanya kau. Kata-kata itu terus kuucapkan dalam benakku. Aku tidak mau hatiku kembali membara melihat tingkah mereka yang menurutku sangat menjijikkan.

            Selesai makan malam, aku kembali ke kamarku tanpa memberi komentar sedikitpun. Leon sepertinya tidak terpengaruh dengan sikapku. Terbukti dia hanya diam saja sedari tadi. Bahkan dengan kepergianku, dia malah menggandeng tangan Leea pergi. Keluar, entah kemana. Harus sabar kali ini. aku yakin, kemenangan akan berpihak padaku. Karena sudah terbukti kalau Leon adalah fem-ku. Leea… sebentar lagi kau akan nangis darah karena malu dan karena kehilangan Leon tercintamu. Diam-diam aku tertawa dalam hati memikirkan hal itu. Tak kusangka, ternyata aku bisa jadi sejahat itu cuma gara-gara urusan cinta.

            Malam itu akupun sengaja menghabiskan waktuku dengan melamun di depan jendela kamar yang disediakan untukku. Tak kusangka waktu berlalu begitu cepat, hingga tak kusadari Leon tenngah berdiri di depan kamarku. dia hanya diam saja disitu sambil mengawasiku. Hingga akhirnya aku merasakan kehadirannya. Melihatnya, aku hanya bertingkah tak acuh seperti tadi. Tak ku hiraukan dia, sambil aku beranjak ke tempat tidurku. Ketika aku baru memejamkan mata, tiba-tiba saja Leon menghampiriku dan mengusap lembut pipiku. Aku lalu membuka mataku. Mataku bertemu dengan matanya. Kami saling menatap cukup lama.

            “aku tidak mengerti…”

Ucapnya kemudian, sambil tetap mengusap pipiku. Aku mengerutkan dahi tanda tidak mengerti dengan ucapannya.

            “kenapa kau berubah, Shill. Apa ada tingkahku yang salah di hadapanmu…?”

Tentu saja bodoh. Ingin aku teriakkan kalimat itu padanya. Tapi kalimat itu hanya tercekat di tenggorokanku. Kenyataannya aku hanya tetap diam sambil menatapnya lekat. Leon lalu menunduk dan mengecup bibirku sekilas. Rasa itu… rasa nyaman yang pernah kurasakan sebelumnya. Tak sadar aku memejamkan mataku guna menikmati sensasi itu. Namun ciuman itu berakhir ketika rasa nyaman itu mulai mengalir hangat didalam tubuhku. Aku lalu membuka mataku. Merasa kecewa dengan tindakannya.

            “maaf… jika selama ini aku bertingkah tidak mengenakkan bagimu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk melakukan itu”

Tanpa menghiraukan ucapannya, aku langsung menarik tubuhnya kedalam pelukanku. dan Dengan gerakan cepat, aku sudah meraih bibirnya dalam pagutan bibirku dan melingkarkan tanganku di lehernya. Tubuhku serasa panas ketika kembali berciuman dengannya. Ciuman kali ini bukan ciuman sekilas seperti tadi. Tapi lebih mendalam.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang