CHAPTER 13

1.5K 23 11
                                    

Aku menjalani sisa hari itu bersama Dan. dia tampak senang sekali hari ini. Andai dia tau yang sebenarnya, apa dia masih akan tersenyum seperti hari ini…? Tidak… aku tidak boleh menghancurkan kebahagiaannya. Selama aku bisa, aku akan tetap menjaga rahasia ini darinya. Sementara aku berkutat dengan pikiranku, dia terus mengoceh tentang banyak hal.

“disana… aku sering merenung sendirian, hanya untuk memikirkanmu…”

Aku terkejut saat Dan menepuk pundakku. Akupun mencoba tersenyum kepadanya, meski sebenarnya senyumku kaku. Terus terang, saat ini aku sedang memikirkan Leon. Entah mengapa, aku merasa sangat merindukannya. Tanpa dia beberapa jam saja, membuatku hatiku berontak ingin segera bertemu.

“kau sepertinya tidak begitu gembira hari ini. Apa kau tidak senang bertemu denganku lagi…?” Dan menghadap padaku, sambil menatap mataku. Seperti mengharap akan kepastian dariku. Aku hanya bisa menggeleng lemah, sambil tetap menatap mata itu.

“aku hanya merasa sedikit tidak enak badan”

Dan mengerutkan dahinya ketika mendengar penuturanku. Aku tersenyum padanya, mencoba meyakinkannya, kalau apa yang kukatakan tadi tidak bohong. Dia lalu mendekatiku dan menempelkan punggung tangannya di keningku.

“aku membawamu berjalan-jalan seharian, tanpa memperhatikan kondisimu. Maafkan aku” ucapnya dengan memelas.

Aku lalu membelai rambutnya, dan menarik kepalanya mendekat kearahku. Kutempelkan sejenak bibirku di bibirnya, merasakan hangat hembusan nafasnya, dan merasakan betapa besar dia menaruh harapan akanku. Mengingat akan hal itu, aku langsung memalingkan muka darinya. Dia meraih pipiku, sambil melingkarkan tangan kirinya di pinggangku.

“aku masih dan tetap mencintaimu… meski kini kurasakan ada kejanggalan padamu... dan aku tau itu tentangku”

Aku tersentak dan menatapnya heran. Apa dia tau yang sebenarnya…? apa dia tau kalau aku tak lagi mencintainya…? Aku tak dapat berkata sepatah katapun. Lidahku kelu. Otakkupun sepertinya enggan merangkai kata-kata yang pas untuk kuucapkan padanya.

“a… aku… tidak mengerti apa yang kau maksud…” ucapku sambil menghindar darinya. Dalam hati aku berharap kalau dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“ada waktunya dimana kau akan mengerti…”

Aku berpaling kearahnya. Mata itu sayu, redup seperti tlah lama kehilangan cahayanya. Tidak….. ini tidak mungkin… dia tidak mungkin tau. Aku sudah menyembunyikannya jauh dalam hatiku. Mustahil dia mengetahuinya.

“ayo kita kembali… hari sudah hamper gelap…”

Dia langsung berlalu dari hadapanku. Saat ini rasa bersalah itu benar-benar nyata kurasa. Aku jahat. Mengapa orang sepertiku harus tetap dipertahankan di dunia ini. Tuhan, beri aku sedikit keberanian untuk mengatakan padanya kalau aku tak lagi cinta dia. Mungkin itu lebih baik, dari pada dia terus menaruh harapan yang tak pasti padaku. Aku mengangkat wajahku, melihat punggung Dan yang semakin menjauh, dan menjauh dariku.

If I still have a little love for you, maybe I won’t be so guilty like this…

I’m sorry Dan…

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang