Ketika aku sadar, kudapati diriku tidur di pangkuan Leon. Ini seperti sebuah taman yang pernah kulihat.
"Shill... Akhirnya kau sadar...". Ucap Cha sambil menghampiriku, dan duduk di samping tubuhku.
"bagaimana kau bisa pingsan...?" sambung Cha dengan nada heran. Pipiku mungkin langsung bersemu merah. Aku malu mengakui kalau aku pingsan karena menangis hampir seharian lantaran cemburu pada Leea.
"hei... Aku tidak sedang memujimu... Kenapa pipimu memerah seperti itu... Sekarang jawab pertanyaanku...". Ucap Cha seraya menahan tawa. Kulihat Leon dan Failera juga melakukan hal yang sama. Uuh, memalukan...
"sebelumnya aku hanya merasa sangat pusing. Lalu semuanya gelap. dan... dan... Aku tak ingat apa yang aku mimpikan...". Ucapku bingung. Aku benar-benar tak ingat apa yang aku mimpikan. Tapi aku merasa mimpi itu nyata. Failera tampak mengangkat bahu menanggapi perkataanku.
"untuk apa aku berada disini...?". Sambungku sambil melirik kearah mereka bertiga.
"keadaan menjadi semakin genting. Para kavalier Roselva benar-benar semakin gila menyerang kami. Kami rasa, kami harus segera mengambil langkah". Ucapnya tegas. Dia sudah seperti seorang pemandu pramuka yang memberi semangat juang pada murid didiknya.
"lalu... Ap... Aduuh...". Aku langsung memegang kepalaku yang berdenyut-denyut tak karuan, ketika aku mencoba untuk duduk.
"berbaringlah dulu..." ucap Leon, sambil kembali merebahkan tubuhku dan meletakkan kepalaku diatas pangkuannya.
"lalu... apa yang harus kita lakukan...?". Ucapku lagi dengan suara serak.
"satu-satunya cara yaitu dengan melepas sisi vampire dan penyihirmu...". Kali ini Cha angkat bicara.
"kalian bisa melakukannya...?".
"tidak, bukan kami Shill... Kami harus membawamu ke Leanderwich...".
"Lean... Leanderwich...???". Tanyaku heran.
"iya... Disana tempat bersembunyi dan berkumpulnya para penyihir, termasuk para penyihir tua. Aku yakin, salah satu penyihir disana bisa membantu kita...".
"kukira tempat para penyihir hanya berada di negeri Altra...".
"tidak semua penyihir berpihak pada Roselva. Penyihir-penyihir yang lolos dan memilih untuk tidak menjadi budak Roselva, melarikan diri dan bersembunyi di sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Leanderwich itu. Tidak sembarang penyihir bisa sampai atau masuk ke sana...". Aku hanya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Cha.
"untuk sementara, kau masih harus bersembunyi di tempat Leon... Sementara aku akan mencari seorang kawan yang bisa membantu kita untuk pergi ke Leanderwich..." sambung Failera.
"apa aku tidak boleh pulang saja...? Aku ingin melihat keadaan Dan...".
"Dan... Dia... baik-baik saja... Aku dan yang lain masih bisa menjaganya..." ucap Cha dengan senyum yang dipaksakan. Dari nada suaranya yang seperti tertekan, aku tau Dan tidak baik-baik saja.
"aku ingin pulang sekarang. Tak peduli seberapa genting keadaan disana..."
"tapi Shill... Kemampuanmu masih kalah dengan kelemahanmu...".
"aku tak peduli...!!" ucapku dengan suara meninggi. Aku benar-benar ingin bertemu Dan. Meski rasa cintaku untuknya kandas entah dimana, tapi aku masih merasa kasihan padanya. Aku masih merasa harus selalu berada di sampingnya.
"aku tak yakin Shill... Akan ada hal buruk terjadi...!". Cegah Cha dengan nada suara yang tak kalah tinggi dengan nada suaraku tadi.
"aku siap menghadapi apapun yang terjadi...!" ucapku bersemangat. Entah energi dari mana, kepalaku tiba-tiba saja sudah merasa baikan. Bahkan untuk dudukpun, tak ada kesulitan seperti tadi. Cha tampak menggigit bibir bawahnya. Dia seperti mempertimbangkan permintaanku. Namun, beberapa menit kemudian, pertahanannya runtuh. Diapun akhirnya menyetujui keinginanku untuk pulang. Ini keputusan yang terbaik, pikirku. Meski sebenarnya aku tidak mau meninggalkan Leon. Apalagi dengan adanya wanita bernama Leea itu, yang selalu hadir di kehidupan Leon. Tapi, bagaimanapun juga aku harus pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the last 'lego'
Vampireawalnya aku menganggap kalau aku seorang kavalier biasa. namun kemudian aku mendapat kehormatan menjadi 'militum', penjaga untuk para 'lego'. tapi semuanya berubah. aku tidak menyangka sebelumnya kalau aku-lah yang akhirnya menjadi 'lego' yang terak...