CHAPTER 22

1.1K 24 12
                                    

            Setelah Leea berpamitan untuk kembali ke istananya, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku, setelah sebelumnya menyantap hidangan makan malamku. Perutku terasa begitu melilit karena seharian ini aku tidak memasukkan sesuap makananpun ke perutku.

            Sampai di kamar, aku memutuskan untuk berendam di bathtub untuk beberapa menit. Seharian mendengar Leea berceloteh ria cukup membuat badanku pegal-pegal. Berendam di bathtub cukup untuk sekedar merilekskan otot-otot tubuhku yang kaku. usai mandi dan masih dalam balutan handuk, aku keluar dari kamar mandi dan hendak memilih pakaian tidurku. Namun kudapati Leon tengah duduk di tempat tidurku sambil memandangiku dengan melipat kedua tangannya di dada. Aku terperangah dan sontak menutupi bagian-bagian tubuhku yang tak tertutup handuk dengan kedua tangan. Usaha yang sia-sia. Karena bagaimanapun juga, Leon masih mampu melihatnya. Karena hanya dengan kedua tangan saja usaha itu takkan berhasil.

            Leon tersenyum kecil melihat tingkah konyolku. Dia lalu menghampiriku, dan meraih kedua tanganku menjauh dari tubuhku.

            “tak usah repot-repot menutupinya. Karena bagaimanapun juga, aku akan tau…”

Ucapnya sambil tersenyum nakal dan meraih tubuhku dalam pelukannya. dia menggendongku dengan bridal style dan merebahkanku di tempat tidur. Aku merasa canggung. Memang kita pernah dalam posisi ini sebelumnya. Tapi tidak dengan kostum ini. tuhan…!! Apa yang akan dia lakukan padaku. Ketika melihat aku hanya diam pasrah, dia lalu berjongkok di samping tempat tidurku, mengusap lembut kedua pipiku, dan kembali menciumku dengan lembut. Kali ini hanya berselang beberapa detik. Aku mendengus kecewa dengan tingkahnya. Namun dia hanya tertawa.

            “aku tidak akan melakukan hal itu, Shill…”

Ucapnya sambil berdiri.

            “aku sayang padamu. dan aku akan menjagamu dari apapun. Termasuk dari diriku. Yaaa… setidaknya sampai kau mengijinkanku untuk melakukan hal yang lebih dari itu”

Aku tersenyum canggung mendengar hal itu terlontar dari mulutnya. Ada rasa malu tersirat dalam diriku, karena sempat memikirkan hal yang aneh saat dia menciumku tadi. Dia lalu beranjak ke lemari pakaianku, dan memilihkan gaun tidur berwarna hitam untukku.

            “pakailah, dan pergilah tidur. Aku akan disini kapanpun kau membutuhkanku…”

Ucapnya sambil menyodorkan gaun tidur itu padaku.

            “I love you, my lady…”

Ucapnya kemudian, seraya mengecup mesrah keningku dan beranjak pergi dari kamarku. aku tertegun memandangi sosoknya yang mulai menghilang dari pandangan mataku. Dalam hati, aku tertawa riang. Itu Leon. Fem-ku. Yang mencintaiku, dan bisa menjagaku. Membuatku selalu merasa aman dan terlindungi. Itu Leon, fem-ku yang kucintai.

            Aku lalu beranjak dari tempat tidur dan segera mengenakan gaun tidur yang Leon pilihkan tadi. Tanpa kusadari, pipiku merona mengingat hal romantis yang dia lakukan tadi. Merasa tak rela momen itu berlalu begitu cepat, akupun berniat menyelinap ke kamarnya. Dengan langkah hati-hati, akhirnya aku tiba di depan kamarnya. Kubuka daun pintu itu perlahan. Cahaya remang-remang dari lampu kamar kecil di ruangan itu langsung menyerbu mataku. Dengan dibantu penerangan yang minim itu, aku melihat sekeliling ruangan. Namun tak kutemukan Leon disana. Aku lalu menutup pintu, dan berjalan ke tempat tidurnya. Ketika aku sudah merebahkan tubuhku disana, tiba-tiba ada tangan dingin yang mengusap pipiku.

            “Leon…”

Ucapku lirih. Kulihat dia tersenyum sekilas. Malam itu dia hanya menegenakan celana selutut tanpa mengenakan baju. Tubuh sempurnanya begitu jelas terlihat oleh kedua mataku. Aku balas tersenyum padanya. Melihatnya seperti itu, ingin rasanya aku menariknya kedalam pelukanku, dan menjadikan malam ini malam yang paling berkesan untukku. dan mungkin untuknya juga.

            “apa yang kau lakukan disini…?”

Tanyanya sambil tetap berdiri di sisi tempat tidur ini. aku lalu merubah posisi berbaringku ke posisi duduk.

            “aku ingin tidur bersamamu. Disini… apa kau keberatan…?”

            “tentu saja tidak, sayang… aku senang kau disini”

Ucapnya dengan membelai-belai rambutku yang kubiarkan tergerai. Setelah itu, dia beranjak ke sisi tempat tidur kosong di samping tubuhku, dan merebahkan tubuhnya disana. Dia menepuk-nepuk bantal, guna memberi tanda untukku agar merebahkan tubuhku juga. Tanpa komentar, akupun menurutinya. Dengan bergelung manja, aku merapatkan tubuhku padanya, dan menempelkan kepalaku pada dadanya yang bidang. Dia lalu memelukku. Melingkarkan tangan dinginnya di pinggangku.

            “aku ingin selalu seperti ini… bersamamu… selamanya…”

Ucapku lirih, sambil menutup mataku. Menikmati rasa nyaman yang mulai menguasai diriku.

            “aku akan selalu disini… di sisimu… selamanya…”

Dia lalu mengecup keningku sekali lagi, lalu membisikkan kata good nite di telingaku. Akupun terlelap seiring dengan rasa nyaman yang mulai melumpuhkan setiap syaraf dalam tubuhku. Aku sangat menyukai saat-saat seperti ini. saat dimana hanya ada kau dan orang yang kau cintai. Saat dimana aku, akhirnya bisa memiliki seutuhnya rasa cinta untuknya. Leon…

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang