CHAPTER 21

990 20 2
                                    

            Ketika aku membuka mataku, kurasakan kesenangan menyeruak ke dalam diriku. Peristiwa tadi malam benar-benar membuatku bahagia hari ini. meski ada rasa takut dan sedih bercampur didalamnya. Aku tidak dapat menyembunyikan rona pipiku saat menghadap kaca ketika mengingat kata-kata Leon tadi malam. Memang sederhana. Tapi cukup membuatku melayang-layang. Pagi ini aku akan berpenampilan seperti biasa. Shill yang mengenakan gaun, rambut yang tertata rapi, dan dengan high heels, akan kembali.

            Usai mandi dan mengenakan gaun berwarna merah darah, dengan rambut yang tersanggul rapi juga high heels coklat, aku lalu menuruni tangga sambil bernyanyi-nyanyi riang. Seperti biasa, Magda menantiku di ujung tangga. Tapi kali ini aku sedang tidak bernafsu untuk sarapan. Aku tidak merasa lapar sama sekali. Yang ada di pikiranku hanya ingin bertemu dengan Leon, dan melanjutkan momen-momen romantis yang sempat terlewatkan.

            Ketika melewati ruang tengah, dan beberapa koridor, akhirnya aku hanya menemukan Leea sedang bersandar di frame pintu utama. Aku memperhatikannya. Dia mengenakan gaun berwarna hijau cerah tanpa lengan, dengan beberapa tali mengikat bagian dada. Lengan pucatnya yang tanpa cacat terekspose. Rambut gelombang keemasannya dia biarkan tergerai dan bergerak-gerak indah di tiup angin. Dia selalu tampak anggun. Tapi nasibnya tak secantik dirinya. Aku ingin tau bagaimana reaksinya ketika mendengar kalau Leon tercintanya adalah fem-ku. Dengan berhati-hati dan penuh rasa penasaran, akupun menghampirinya yang tengah sibuk memiringkan kepalanya ke sisi kanan dan kiri waktu memperhatikan siluet-siluet pohon besar yang menjulang tinggi di hutan depan kastil ini. seperti menyadari kehadiranku, dia lalu memiringkan kepalanya kearahku, dan melirikku melalui sudut matanya.

            “haii…”

Ucapnya riang, sambil membalikkan badan mengarah padaku. Aku tertawa pelan. Selain untuk menghormati usahanya dalam bersikap manis padaku, juga untuk menertawakan nasib buruk cintanya yang hendak kuceritakan padanya.

            “Leon sedang pergi ke istana tempat ayahku. Dia ada urusan penting yang harus diselesaikan disana. Dia menyuruhku kemari untuk menyampaikan hal itu padamu”

Ucapnya sambil tetap tersenyum. Seketika gembiraku sedikit menciut. Ternyata Leon juga akrab dengan ayahnya. Berarti akan sedikit sulit buatku.

            “well… terima kasih sudah menyampaikan hal itu padaku”

Aku lalu menghampirinya dan ikut bersandar di frame pintu itu. Di sampingnya. Seperti tak ada yang diucapkan lagi, dia lalu memutar-mutar ujung rambutnya sambil kembali memperhatikan siluet-siluet pohon di hutan itu yang tampak sangat mengerikan bagiku. Akupun berdehem kecil, lalu melanjutkan,

            “kau… dan Leon… apa ada hubungan special diantara kalian…?

Dia mengangguk-angguk kecil, lalu menjawab

            “yaaa, bisa dibilang seperti itu”

Jawabnya singkat. Namun berhasil membuatku sempat akan kehilangan keseimbangan tubuhku. Bagaimana kalau dia seperti Dan yang salah sangka. Bagaimana kalau dia tidak akan melepas Leon begitu saja dan membuat Leon bimbang. Sepertinya ini akan bertambah sulit bagiku.

            “oh…”

Seperti ada batu besar dalam tenggorokanku, akupun hanya mampu mengucapkan kata itu. Bayangan-bayangan buruk tentang Leon dan Leeapun berhasil membuat kepalaku sedikit pusing. Leea kembali melirikku dari sudut matanya.

            “apa… karena itu kau bertingkah lain terhadapnya…?

Ucapnya kemudian, sambil mengalihkan perhatiannya dariku.

            “maksudmu…?”

            “yaa… kau berubah. Akhir-akhir ini kau bertingkah aneh didepan Leon. Setidaknya itu yang dia bilang tentangmu. Dia berpikir kalau itu tentang kekasih bodohmu itu”

            “kekasih bodoh…? Maksudmu… Dan…?”

Dia mengangguk pasti.

            “sebenarnya aku tidak suka Leon mengatainya dengan sebutan seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir sih, ada benarnya. Dia memang sulit merasakan fem-nya…”

Aku ternganga sekilas. Apa maksudnya…

            “kau… apa…. Maksudmu dengan kata sulit merasakan fem-nya…?”

Dia tersenyum kecil, sambil kembali menghadapku, dan memegang kedua pundakku dengan tangan dinginnya yang lembut.

            “begini… aku dan Leon… emm… sebut saja kita bersaudara. Hubungan special kami hanya sebatas itu, Shill. Aku tau kau fem-nya. Leon sudah menceritakannya padaku. Ayahku, adalah paman Leon, yang merangkap sebagai ayah angkatnya ketika kedua orang tuanya meninggalkannya. Apa itu yang ingin kau dengar dariku…?”

Aku masih ternganga. Mukaku mungkin sudah memerah karena malu. Ternyata Leea adalah adik Leon. Oh god…!! Apa yang telah kulakuakan. Aku mempermalukan diriku sendiri didepan adik fem-ku. Bukannya bersikap manis, aku malah menganggapnya sebagai musuhku. Malah sempat ingin kubuat nangis darah lagi. kalau itu benar terjadi, mungkin aku yang akan menangis darah sekarang ini.

            “kurasa tidak ada alasan lagi kan untuk kau bersikap aneh pada KAKAKKU…”

Sambungnya dengan penekanan pada kata terakhir, ketika dia menyadari aku tak mengeluarkan sepatah katapun. Aku menarik nafas panjang, mencoba untuk membuat semuanya kembali normal. Ini sangat memalukan. Aaaaarrggghhh….!!! Rasanya aku ingin memukulkan kepalaku ke tembok kastil ini.

            “lady Pricshilla…????”

Panggilnya dengan menepuk halus pundak kananku.

            “i…i…iyaa… sepertinya begitu”

Ucapku gugup dan canggung. Dia tersenyum puas, lalu menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan-jalan mengitari kastil sambil menceritakan perihal dia dan Leon. Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil, dan seringkali dengan kata-kata yang tidak beraturan karena kegugupanku. Dia sepertinya mengerti tentang situasi dan keadaan diriku. Terbukti dia seringkali tertawa kecil melihat tingkahku. Dia terus menceritakan kisah mereka tanpa lelah. Perlahan-lahan, rasa malu dan gugupku hilang. Digantikan dengan rasa tenang. karena selain Leea bukan kekasih dari fem-ku, dia juga bisa menerimaku kembali setelah setiap sikap dingin yang kutunjukkan kepadanya. Kupikir, semuanya akan lebih mudah, setelah satu masalah teratasi.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang