CHAPTER 5

1.7K 18 1
                                    

Sudah hampir 3 minggu aku berlatih dengan Cha dan Failera. Aku cukup menguasai kemampuanku untuk bertemu dengan lego lain di vacuum. dan untuk mengontrol pikiran orang lain, itu cukup sulit untukku. Aku dapat melakukannya jika sudah berkonsentrasi penuh. Yang belum kukuasai adalah cara mengontrol emosiku sendiri. Namun meski begitu, aku harus pergi dan menyudahi latihanku itu. Karena keadaan Dan sudah mulai membaik, dan ini artinya kami harus kembali ke hutan untuk melaksanakan tugas dari raja yang tertunda. Failera mengantar kami sampai ke perbatasan negeri para peri. Perjalanan dari sini tidak memerlukan waktu lama. Hanya beberapa jam berjalan kaki. "bagaimana dengan ajaran kami? Bisa kau serap dengan baik?" tanya Cha di sela-sela perjalanan kami.

"yah, begitulah. Setidaknya aku dapat menguasai sedikit dari kemampuanku". Jawabku. Dia hanya mengangguk-angguk saja.

"sebentar lagi kita sampai. Aku ingin kau menyiapkan dirimu agar tidak mudah diserang dan digigit oleh vampire-vampire itu. Jujur saja. Waktu itu kau sangat mengecewakan". Ucapnya.

Yah, aku sadar. Aku memang belum dan sangat tidak siap waktu itu. Wajar sajakan, kalau aku tergigit. Cha lalu menepuk pundakku, dan berjalan mendahuluiku. "kulihat di istana Failera, kau cukup keras berlatih. Aku khawatir kau akan sakit dan tidak sadarkan diri lagi". Ucap Dan yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingku. Aku tersenyum menanggapinya.

"aku tidak apa-apa Dan. Jangan terlalu mengkhawatirkanku seperti itu".

"kau yakin?" ucap Dan sambil mengangkat salah satu alisnya. Aku mengangguk saja tanda meyakinkan dirinya akan pernyataanku tadi. Dia kemudian tersenyum dan meraih pundakku dalam rangkulannya. Lama kami berjalan dalam diam, dan tak terasa kami sudah sampai pada tujuan kami. Kami semua langsung menghambur masuk ke dalam rumah kayu itu. Kalau dilihat-lihat, rumah ini tak jauh beda dengan rumah kayu yang sebelumnya kami tempati. Yang berbeda hanya jumlah kamarnya yang lebih sedikit dari rumah yang sebelumnya. Terpaksa kami harus berbagi kamar dengan yang lainnya. Aku memilih berbagi kamar dengan Cha. Karena aku masih memerlukan sedikit latihan untuk lebih mendalami kemampuanku.

Aku dan Cha lalu menuju kamar kami untuk membenahi barang-barang bawaan kami. Aku mengangkat salah satu alisku. Hanya ada satu tempat tidur...? Apa aku harus berbagi tempat tidur juga dengan Cha...?.

"aku akan tidur di sofa di ruang tamu, kalau kau mau". Ucap Cha sambil memindah barang-barangnya kedalam lemari kayu yang berukuran lumayan besar itu.

"oh, tidak... Aku tidak keberatan kalau kita juga berbagi tempat tidur" Ucapku mencoba adil. Dia tersenyum kearahku. Aku lalu duduk diatas tempat tidurku.Adajendela kusam di belakang tempat tidur, yang ikut menghiasi kamar sederhana ini. Pemandangan yang disajikan ternyata lebih menyeramkan. Lebih gelap daripada pemandangan di pinggiran hutannya.

"Kau tidak berbenah?" aku menoleh pada Cha yang sudah siap-siap akan mandi.

"nanti sajalah. Aku masih lelah". Ucapku sambil merebahkan tubuhku. Kantuk mulai menyerbuku. Tanpa pikir panjang, aku langsung memasrahkan diriku tenggelam kedalam tidur lelapku.

Aku terjaga ketika hampir tengah malam. Kulihat Cha tidak berada di sampingku. Dia pasti sudah tidur di sofa, atau malah begadang. Aku beranjak ke kamar mandi. Menggosok gigiku, dan membasuh mukaku. Aku mengganti pakaianku dengan kaos pink dan celana jeans hitam yang lebih ringan, juga menguncir rapi rambutku. Aku lalu beranjak ke ruang tengah. Aku melihat Cha sedang tidur di pangkuan Nic yang juga sudah tidur. Ternyata benar dugaanku yang pertama. Bukannya aku sudah mengatakan padanya untuk berbagi tempat tidur. Dasar Cha. Sampai kapan dia selalu mengalah seperti itu. Aku langsung menuju ke teras dengan terlebih dahulu membawa makanan ringan untuk menemaniku begadang malam ini. Aku duduk di salah satu kursi di teras itu sambil memandangi bintang. Tidak ada apa-apa disini. Hanya siluet pepohonan dan angin yang bertiup kecil. Aku menghirup udara dalam-dalam. dan merasakan udara dingin itu memasuki luabang hidungku. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Indahnya malam ini menarikku untuk lebih masuk ke dalam hutan. Namun aku tetap ingat jalan untuk kembali. Setelah cukup jauh berjalan, tiba-tiba aku menemukan sebuah danau kecil di tengah hutan ini. Sejak kapan ada danau indah di hutan ini. Bayangan bulan dan bintangnya memantul jelas dan bergerak-gerak indah mengikuti gerakan airnya. Aku lalu mengambil posisi duduk yang sangat dekat dengan danaunya. Aku duduk dalam diam. Menutup mataku, untuk lebih menikmati indahnya malam ini.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang