CHAPTER 14

1.3K 24 10
                                    

            Malam itu aku duduk di beranda sambil memandangi cerahnya langit malam hari ini. Ketika sedang asyik melamun, kurasakan seseorang merangkul dan mencium puncak kepalaku lembut. Aku menoleh, dan tampak Alv tersenyum lebar di belakangku. Aku menggeser dudukku, tanda mempersilahkannya duduk di sampingku. Detik pun berlalu dan berganti menit. Namun masih tidak ada kata yang terlontar dari mulut kami berdua. Sepertinya bintang-bintang itu memang lebih menarik bagi kami untuk diperhatikan daripada mengobrol.

            “dimana Nic…?”

Tanyaku setelah kurasakan kejenuhan akibat dari keheningan ini. Alv hanya mengangkat bahu.

            “mungkin sedang bjalan-jalan dengan Cha. Karena sedari tadi aku tidak melihat mereka berdua”

Aku memalingkan wajahku, dan kembali menatap bintang-bintang di langit itu.

            “apa ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Dan...?”

            “tidak ada”

Jawabku singkat.

            “apa kau…… sudah kehilangan rasa untuknya…?”

Aku spontan menoleh kearahnya.

            “apa maksudmu…?”

            “mungkin Dan tak melihat ini. Namun aku merasa ada yang aneh denganmu. Kau tidak seperti dulu”

Aku tertawa kecil, mencoba menyembunyikan kekhawatiranku.

            “aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan”

Alv lalu menatapku. Menatap tepat kedalam mataku. Aku menjauhkan dudukku darinya sedikit demi sedikit, sambil terus membalas tatapannya.

            “kau tidak bisa membohongiku Shill. Kau tau siapa aku, dan aku cukup mengenalmu”

            “aku rasa kita tidak perlu membicarakan ini”

Ucapku sambil beranjak menjauh darinya. Namun dia berhasil meraih tangan kananku.

            “tolong jangan menyia-nyiakannya, Shill. Dia sangat dan sangat menyayangimu. Dia bahkan rela mngorbankan apapun demi kau. Apa kau tidak ingat, gimana dia menyelamatkanmu dari penyihir waktu itu”

Apa maksudnya. Kenapa dia membahas masalah ini. apa dia ingin membuatku merasa tolol.

            “apa begini caramu menyambut kedatanganku…? Dengan kata-katamu, terus terang aku merasa direndahkan…!!!”

Setelah mengucapkan itu, akupun berlalu dari hadapannya, dan bergegas menuju kamarku. Saat ini terus terang aku merasa diriku sangat kejam. Di lain sisi aku juga merasa kecewa pada Alv. Tidakkah dia bisa menjaga perasaanku…? apa itu cara dia memperlakukan seorang adik. Caranya benar-benar kekanakan. Bahkan cara Nic yang dinginpun masih terlihat lebih baik daripada caranya memperlakukanku.

Didalam kamarku itu, aku mendapati Cha sedang berdiri didepan jendela. Sepertinya dia tau kehadiranku. Namun aku sedang dalam mood yang buruk untuk berbicara dengannya.

            “Failera memberitahuku, kalau dia akhirnya menemukan jalan menuju Leanderwich”

Ucapnya sambil tetap membelakangiku.

            “baguslah…”

Jawabku singkat.

            “tapi saat ini terlalu berkabut. Aura sihir cukup kuat disana. Aku khawatir kita akan lenyap sebelum sampai di tujuan”

            “apa sebegitu mengerikannya…?”

            “Leanderwich bukan sembarang pulau, Shill. Yang hidup disana adalah para tetua. Mereka tidak mungkin bertingkah sembrono, dengan membiarkan jalan menuju ke pulau mereka aman tanpa blokade sihir”

Aku menghela nafas panjang. Semuanya ini kurasa semakin berat saja. Aku senang menjadi diriku. Aku takut, setelah sisi diriku yang lain dilepaskan, aku akan jadi berbeda.

            “itu dirimu, Shill. Kau tidak akan berbeda selama kau masih memegang siapa dirimu sebenarnya, bagaimana, dan seperti apa dirimu…”

Lagi… dia kembali membaca pikiranku, meski dengan gaya membelakangiku.

            “aku masih takut akan diriku. Kekuatan lego ini saja berhasil membuatku kehilangan kontrol…”

            “itu karna kau meyakinkan dirimu bahwa kau tak mampu…”

Aku kaget mendengar ucapannya. Bagaimana dia bisa tau tentang yang satu itu.

            “jangan berpikir kalau aku bodoh. Aku cukup tau tentangmu. Beristirahatlah… kejutan untukmu mungkin akan datang besok…. atau lusa…”

Aku masih memandanginya yang tetap membelakangiku. Sebenarnya orang seperti apa dia. Apa dia memang tipe orang yang suka bermain-main, sehingga membuat orang yang berbicara dengannya tampak konyol.

            “kemarin kau juga membicarakan tentang itu… sebenarnya kejutan seperti apa yang kau maksud…”

Kata-kataku berhasil membuatnya berbalik kearahku. Aku sempat kaget sesaat, ketika kulihat matanya berubah putih dan bersinar seperti lampu kecil. Namun beberapa detik kemudian, matanya kembali normal.

            “kau akan bertemu kerabat dekat, yang belum pernah kau temui…”

Ucapnya sambil tersenyum dengan gaya menyeramkan sampai aku dibuat kehilangan nafas untuk beberapa saat, ketika wajahnya hanya berjarak beberapa inchi dari wajahku. Sebenarnya aku masih penasaran, tapi mulutku sepertinya terkunci rapat. Apa dia menggunakan kekuatannya yang lain terhadapku. Tapi, dia benar-benar bukan Cha. Cha tak pernah terlihat begitu dingin dan aneh seperti saat ini.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang