CHAPTER 8

1.6K 22 2
                                    

Aku terbangun ketika aku menyadari sesuatu yang halus dan dingin membelai pipiku lembut. Aku membuka mataku perlahan, dan mendapati Leon berada sangat dekat denganku. Wajahnya hanya berjarak beberapa inchi dari wajahku. Mata ungunya... Oh, mata ungu yang selalu kukagumi itu menatap lurus pada mataku.

"bangunlah putri tidurku... Waktunya sarapan..." aku tersenyum manja kearahnya. Tunggu... Apa dia barusaja memanggilku dengan sebutan putri tidur...nya...?. Pipiku pasti sudah memerah sekarang ini. Terbukti, Leon tersenyum seperti menahan tawa ketika melihatku.

"a...apa yang kau tertawakan...?".

"kau terlihat lucu ketika pipimu memerah seperti tomat...". Ucapnya seraya beranjak dari posisi sebelumnya, dan duduk di tepian tempat tidurku. Aku duduk disampingnya sambil menekuk mukaku.

"hei... Kau terlihat lebih aneh ketika cemberut seperti itu..." ucapnya sambil tertawa. Akupun langsung memukuli dada bidangnya dengan kedua tanganku.

"berhenti mengejekku, Leon...". Ucapkau sambil terus memukulinya.

"heii, hentikan...". Leon mencoba meraih tanganku, sambil menggeser duduknya. Aku tidak mendengarnya, dan terus memukul-mukulnya sambil tertawa.

"Shill... Hentikan... Kita bisa....".

'BRUAK'.

Sebelum Leon sempat menyelesaikan kata-katanya, kami sudah tersungkur ke tanah, dengan tubuhku yang berada di atas tubuhnya. Tawa kamipun seketika lenyap, dan digantikan dengan adegan saling tatap. Mata ungu itu kembali menatap mataku. Aku dapat merasakan tatapanku mulai menyelami tatapannya yang dalam. Mataku beralih pada bibirnya. Bibir merah muda itu seakan memiliki maghnet yang kuat untuk menarik bibirku mendekat dan menyentuhnya. Akhirnya, tanpa kusadari, akupun mencondongkan mukaku kearahnya. Entah dorongan dari mana, Leon juga melakukan hal yang sama denganku, hingga bibir kami bertemu. Rasa hangat dan nyaman mulai menjalari sekujur tubuhku. Dekapan tangan Leon di pinggulku, membuat tubuhku semakin ingin bergelung lebih dalam pada tubuhnya yang sempurna itu. Rasa nyaman yang ditimbulkan, membuatku semakin menginginkannya. Sensasi seperti ini tidak pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan ketika bercumbu dengan Dan. Ya Tuhan... Dan... Apa yang telah kulakukan. Aku telah menghianatinya. Aku telah mencium orang lain selain Dan, dengan perasaan mendalam seperti ini. Aku langsung menarik wajahku menjauh dari wajah Leon, diikuti dengan tatapan heran darinya. Aku benar-benar benci menyudahi ini. Tapi aku harus menyudahinya. Demi Dan.

"mmm... Maaf... Seharusnya kita tidak melakukan ini... Ini salah... Ka...kau bukan Dan". Tatapan Leon-pun berubah menjadi tatapan yang tanpa ekspresi. Diapun mendorong tubuhku lembut, agar aku beranjak dari atas tubuhnya.

"sebaiknya kau cepat bersiap... Sarapanmu mungkin sudah menunggu..." ucapnya dingin, sambil berjalan menuju pintu, dan membanting keras pintu kamarku. Aku terperanjat ketika mendengar dentuman keras lantaran daun pintu itu tertutup dengan keras. Setelah kepergiannya, aku hanya bisa menatap kosong daun pintu yang sudah tertutup itu. Apa yang telah kulakukan...? Mengapa Leon sampai marah seperti itu...? Apa dia merasa bersalah karena telah menciumku...? Aku harus mencari tau, dan menyelesaikan masalah ini. Harus...!. Akupun bergegas ke kamar mandi, dan melakukan aksi mandi kilat, dan kemudian mengenakan gaun coklat tua yang berada di koper yang sama dengan gaun cream kemarin. Gaun ini juga simpel. Memiliki lengan panjang, dengan bagian leher yang sedikit lebih tinggi dari gaun kemarin. Terdapat kain keemasan yang melingkari pinggangku. Gaun ini memanjang dengan bagian bawah yang tidak melebar, sehingga terasa seperti sedikit menjepit kedua kakiku. Aku lalu meraih high heels simpel yang juga berwarna coklat. Setelah itu, aku merapikan rambutku yang kubiarkan tergerai seperti kemarin dengan memberi poni untuk menutupi dahiku. Aku langsung keluar dari kamar ketika kurasa sudah siap. Seperti kemarin, pelayan wanita paruh baya itu menantiku di ujung tangga. Dia lalu membungkukkan badannya ketika melihatku tiba di anak tangga yang terakhir. Aku tersenyum dan mengikutinya ke meja makan. Aku memandang sekeliling. Sepertinya Leon kembali mendahauluiku dalam bersarapan.

the last 'lego'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang