Nadhira mengajak Je masuk ke dalam rumah dan mempersilakan Je duduk di ruang tengah rumahnya. Nadhira meninggalkan Je dan masuk lebih dalam, untuk mencari sang Ibu memberitahukan jikalau Je sudah datang.
"Ibu!" teriak Nadhira memanggil sang Ibu.
Ibu yang mendengarnya pun menjawab nggak kalah kerasnya, "apa Dhir? Ibu di dapur."
"Je sudah datang, dia ada di ruang tengah, dia aku tinggal soalnya aku mau mandi dulu." terang Nadhira saat dia sudah tiba di dapur.
Ibu mengangguk, "kamu mandi sana, ibu akan buatkan teh dan menyiapkan beberapa cemilan untuk mas Je."
Nadhira mengacungkan jari jempolnya, "baiklah, aku tinggal ya. Amankan bu?"
Ibu berdecak, dan menyerukan protesnya, "maksudnya apa? Kamu pikir ibu bakal apain mas Je?"
"Yakan barang kali Ibu bakal ospek Je?"
"Kamu ada - ada aja." Nadhira terkekeh geli mendengar jawaban Ibu. Ketika Nadhira hendak pergi, langkahnya terhenti dan membalikkan badannya lagi ke arah Ibu. "tapi beneran loh bu, jangan galak - galak sama Je. Nanti Je - nya lari." setelah ngomong itu Nadhira langsung kabur dari hadapan Ibu.
Ibu hanya mampu geleng-geleng kepala — heran menanggapi apa yang dikatakan Nadhira barusan.
Ibu pun menghampiri Je yang berada di ruang tengah dengan membawa secangkir teh dan beberapa piring kue kering yang dipesan Ibu dari tante Marti.
"Selamat datang mas Je," sapa Ibu pertama kali ketika mendatangi Je. Je yang dari tadi diam dalam dunianya pun terjengkit kaget saking gugupnya dia.
Je pun kikuk, dia membalas senyum manis Ibu yang ditunjukkan padanya. Dengan gagap Je menjawab, "I-ya bu." Je masih diam di tempat andai saja dia tidak tersentak — teringat omongan Nadhira yang mengatakan...
"Jangan lupa nanti kalau ketemu Ibu pertama kali yang kamu lakukan adalah salim — cium tangan Ibu!!!!!!!"
"kalau kamu nggak salim sama Ibu, aku yakin sih Ibu makin nggak suka sama kamu."
Otomatis Je langsung berdiri kala teringat dua kalimat itu, ia hampiri Ibu yang duduk di bangku sebelahnya. Je mengulurkan tangannya ke Ibu yang diterima oleh Ibu setelahnya Je menjabat dan mencium tangan Ibu. Sembari basa - basi Je bilang,"tante sehat?"
"Alhamdulillah Ibu sehat, mas Je." jawab Ibu.
Je pun langsung kembali ke tempat duduknya dengan senyum gugupnya. Tanpa sadar dia menggaruk tengkuknya secara teratur meskipun tidak gatal... Saking gugupnya Je.
Ibu tersenyum sipu atas tindakan Je itu, Ibu kira sosok Je yang tegas dan hangat — berdasarkan cerita Nadhira yang disimpulkan Ibu. Ternyata bisa segugup itu dan wajah culasnya cukup... Ingin mengundang tawa Ibu.
Karena tidak ada percakapan diantara mereka, Ibu pun mulai membuka dan melempar pertanyaan sederhana untuk membawa Je dalam sebuah obrolan. "Mas Je gimana Dhira kalau di kantor?" buka Ibu dalam obrolan itu.
"Hng... Dhi—ra, baik tante tapi kadang menyebalkan — suka ngeyel soalnya." jawab Je gugup namun tetap dalam kaidah hidupnya yaitu bicara jujur.
Ibu tertawa simpul untuk kesekian kali, "Ibu harap, mas Je tidak perlu terlalu gugup. Karena Ibu nggak bakal gigit mas Je." ucap Ibu sambil tertawa dan menggoda Je.
Pipi Je bersemu, Je yakin dengan itu karena setelah mendengar Ibu ngomong seperti itu mendadak ada rasa hangat yang menjalar di dadanya.
Saking gugupnya Je dia hanya bisa menjawab,"iya tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World - Wilujeng Tepang
FantasyHidup ini bisa diibaratkan seperti pancaroba... musim tahunan yang nggak bisa tertebak. Kalau kata orang jawa 'ujuk - ujuk kok ngene, padahal jane rendengan kan udan kok malah panas ngetang - ngetang.' Hidup juga seperti itu - inginnya bahagia sampa...