30| Restu

9 2 1
                                    

Happy ending, let's get started!

Je Jung

________

Nadhira sedang terpekur di bawah deraian hujan yang sedang terjadi sore ini. Baru saja dia sampai di rumah setelah lelah berkeliling mencari takjil...kegiatan favorit Je selama bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan sudah diujung namun Je masih memegang erat habit-nya itu. Hal ini bermula dari war takjil yang sedang marak di sosial media. Je mencoba, eh...malah keterusan sampai detik - detik terakhir bulan puasa ini.

Meskipun langit mendung — teridentifikasi pasti hujan. Lelaki itu tetap - harus berburu takjil. Nadhira sudah mengingatkan, "mendung Je, nek udan mboh...mesti kudanan." (Hujan loh...kehujanan nanti).

"Aman Ra, sebentar saja. Kalau tiba - tiba hujan nanti pakai mantol — demi bugis tela, Ra." Pintanya.

Nadhira menghela nafas menuruti tapi ujung - ujungnya... perkiraan Nadhira benar. Hujan pun turun tapi dia nekat nggak mau pakai jas hujan.

Sebagian tubuhnya terguyur air hujan tapi untungnya tidak kuyup. Alhasil Nadhira membiarkan dan enggan berganti baju. Je yang baru selesai melepas jas hujannya pun menyusul Nadhira yang sedang meremas kecil pakaian yang sedang dikenakan.

Je sedikit berdecak melihat Nadhira yang sedang seperti itu. Lelaki itu sudah mengingatkan dan menawari gadis itu untuk berbagi jas hujan, namun Nadhira menolak dengan alasan 'aku nggak suka pakai mantol, paling juga nggak deras hujannya.' tapi sayang ucapan Nadhira nggak terbukti karena mendadak hujannya menjadi sangat deras. Untung saja ketika hujannya mulai deras Je sudah mengendarai motor sampai di pertigaan jalan belokan rumah Nadhira.

"Ganti baju Ra," ucap Je mengingatkan, Nadhira mengangguk namun tak segera melaksanakan.

"Ra kamu dengerin aku nggak sih?" Je menimpa dengan sedikit kesal.

"Aku dengar Je," namun Nadhira masih belum beranjak dari tempat.

"Ra. Kamu ganti sendiri atau aku gendong terus gantiin pakaian kamu." Je sedikit mengancam. Tapi namanya juga Nadhira bukannya jera ia malah menggoda. "Coba aja kalau kamu berani."

Loh ya... Je kok dilawan. Ya tentu saja Je nggak selemah itu jadi lelaki. Je mendekat ke tempat Nadhira berada, terus dia mengulurkan tangannya untuk membawa tubuh Nadhira untuk ia gendong di salah satu sisi pundak bidangnya.

Ketika Je sudah siap dengan aksinya, Nadhira tersadar kalau dia sudah salah mencandai Je yang sedang dalam mode seriusnya.

"Je! santai dong," ucap Nadhira sedikit memekik, nggak habis pikir sama sikap Je yang sungguh audzubillah itu.

"Makanya kalau dikasih tahu tuh nurut. Ganti sekarang atau aku bopong kamu dan telanjangi kamu?! — menggantikan baju Nadhira."

"Dih... Sok berani kamu. Halalin dulu atuh, mau pakai telanjangi anak gadis orang segala wleek." balas Nadhira dengan candanya.

"Kamu menantangku?"

Nadhira mengangguk mantap, "Cupu... Kalau belum bilang Ibu."

"Kalau aku berani?"

"Belum tentu direstui."

"Kalau dikasih restu?"

"Yakin kamu? Apa karena Ibu udah dekat dengan Mama, jadi kamu yakin." Je mengangguk meskipun sedikit ragu.

"Hilih." Nadhira mencibir.

"Jawab Ra, kalau Ibu kasih restu gimana?" Je masih dengan sikap teguhnya.

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang