15| Diary Nadhira

18 2 0
                                    


Don't be afraid to change if you want to become a kind human

-Nadhira S.A.-

Bersedih bukanlah hal yang tak mampu diungkapkan, namun sengaja dipendam agar tak terdeteksi orang lain dengan alasan tak mau dianggap lemah.

Nadhira berusaha menahan rasa sedih itu, mungkin membiasakan hingga dirasa perasaan itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Nadhira pernah mengeluh? itu pasti karena Nadhira juga manusia yang memiliki kapasitas tersendiri untuk menampung semua yang ada pada dirinya.

Nadhira selalu berperan ganda dalam hidupnya, menjalankan kehidupannya sebagai manusia di dunia dan melaksanakan tugasnya dengan patuh sebagai manusia unik di dunia lainnya (jagat alit). Nadhira laksanakan semua itu dengan ringan, karena memang sudah kewajibannya. Nadhira tak pernah namanya membangkang apalagi dengan luhur tertua, dia selalu patuh meskipun...terkadang dikhianati dalam artian apa yang dijanjikan padanya tidak sesuai dugaan.

Nadhira nggak marah ataupun kecewa, ia hanya lelah harus melakukan apalagi untuk bertemu dengan sosok yang kata-Nya adalah pasangan hidup Nadhira. Nadhira tidak menagih namun meminta yang dikata adalah haknya.

Seperti hari ini, hari yang sangat ditunggunya untuk bertemu si dia. Nadhira mendobrak dirinya sendiri untuk keluar dari zonanya karena ia berpikir ini adalah jalan satu - satunya untuk bisa bertatap dengan dia secara langsung.

Yangkung (kakek yang momong Nadhira di dunia jagat alit) bilang, ini adalah kesempatan Nadhira untuk bertegur sapa dengan lelaki itu. Yangkung juga bilang, gunakan kesempatan ini atau kapan lagi 'kau' akan menunggu. Yangkung juga bilang, ini akan lebih indah dari apa yang kamu lihat di masa depanmu.

Nadhira percaya, karena Yangkung selalu menuntunnya, tak pernah jahat pada Nadhira, namun hanya sedikit mengecewakan...kadang. Tapi bagi Nadhira itu wajar, karena dia juga bandel kadang - kadang.

Dengan semangatnya, Nadhira datang ke acara seminar itu. Seminar itu memang acara besar yang hanya dihadiri orang - orang penting saja. Untuk kalangan umum semacam Nadhira disebut sebagai penonton untuk memeriahkan acara. Meskipun bergelar sebagai pemeriah acara, tetap saja karena tamu undangan merupakan orang terkemuka di dunia bisnis apalagi orang luar negeri tiketnya masuknya nggak murah. Tapi Nadhira menerabas itu dengan semua tabungan yang ia punya, Nadhira sudah mengira - ira tabungannya cukup untuk membeli tiket acara dan tiket pulang - pergi ke tempat acara.

Tempatnya ada di ibukota, tempat tinggal masa kecilnya. Untung temannya ada yang ditinggal di dekat auditorium tempat acara terselenggara. Sehingga Nadhira tak pusing untuk tempat tinggal karena ada rumah temannya di sana.

Segala usaha yang ia lakukan berujung rasa kecewa karena tidak sesuai perkiraannya. Nadhira datang dengan rasa bahagia namun kembali dengan rasa kecewa yang luar biasa.

Dia tidak mendeteksi kedatangan Nadhira, yang katanya akan bertegur sapa berakhir hanya menatap dari kejauhan saja. Boro - boro bertegur sapa, terdeteksi keberadaannya saja tidak. Apalagi Nadhira duduknya paling ujung di baris tengah bagian atas. Yang tentu saja tidak terlihat wujudnya oleh narasumber yang menjadi target Nadhira untuk ia jumpai hari ini.

Nadhira sedih, namun yang tidak lebay. Sedihnya biasa saja, yang terucap hanya, "ahhh...sepertinya semesta memintaku untuk memandangnya saja secara nyata. Terima kasih kesempatannya, Tuhan."

Selesai, pertemuan yang sudah diangan - angankan berakhir dengan begitu saja.

***

Pulang dengan rasa tak seperti yang diharapkan, membuat Nadhira patah semangat untuk kesekian kalinya. Ini mengingatkan dengan luka...traumanya yang belum usai. Trauma akan kehilangan, Nadhira nggak mau itu terulang.Jika memang Nadhira dan dia tidak sungguh bersama, Nadhira ikhlas melepaskan.

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang