Satu piring berdua, reka adegan sebelum jadi nyata aku dan kamu merajut rumah tangga bersama.
–Nadhira S.A.-
***
Nadhira sampai di rumah neneknya jam delapan malam. Hendra dan Jojo setelah mengantar Nadhira langsung izin pulang soalnya sudah capek banget. Padahal Nadhira mempersilahkan mampir dulu untuk melepas lelah, tapi dua bujang itu menolak alasannya mess mereka sudah dekat. Karena seperti itu Nadhira memaklumi dan tidak memaksa. Setelah Hendra dan Jojo pergi Nadhira baru masuk ke rumah neneknya.
Rumah nenek cukup ramai, sepertinya para saudara sedang menjenguk nenek. Nadhira masuk rumah dengan mengucap salam, "assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, wis sampe nduk?" tanya Bulik Nina, adik bungsu Ibu yang menjaga nenek.
"Nggih bulik."
"Bareng siapa?"
"Sareng Bang Hen kalih Jojo." (bareng Bang Hen sama Jojo)
"Sopo iku?" (siapa itu?)
"Teman kerjanya Bang Akta."
"Oalah, yawis kono istirahat sek." (sana istirahat dulu)
"Nggih, Je sama Ibu pundi – mana, bulik?"
"Budhe di kamar Uti, Mas Je ana ning mburi jagongan karo Akta." (Mas Je di belakang ngobrol sama Akta)
"Loh Bang Akta di sini?"
"Iyo, sak omah rene kabeh." (Iya, serumah ke sini semua)
"Oke, aku nyusul Je nanti bilangke ke ibu ya bulik."
"Siap."
Nadhira ke teras belakang untuk menemui Je. Sesampainya di sana Nadhira dikejutkan dengan kehadiran Anna dan anak kembarnya.
"Loh mbak Anna pulang? – kok nggak ngomong!"
"Duduko sek, ambekan. Ndak kesel tah? nembe teka ngono." sahut Anna yang sedang duduk di joglo mini teras belakang rumah nenek Nadhira. (duduk dulu, ambil nafas. nggak capek kamu? baru juga sampai).
Nadhira duduk tepat di sebelah Je. "Udah makan?" tanya Je.
"Belum."
"Nggak mampir makan?"
"Mampir kok, tapi aku yang ndak mau makan. Malas makan aku." Jawab Nadhira yang disambut oleh sentilan kecil Je di hidung Nadhira.
"Kebiasaan, ayo cari makan dulu. Nanti kamu sakit."
"Nggak Je, aman. Aku kan tahan lapar."
"Nggak usah ngaco, ayo makan dulu." ucap Je sudah siap menyeret Nadhira.
"Iya - iya, tunggu sebentar to. Aku mau mencium twins dulu, mau kangen - kangenan bentar sama Mbak Anna."
"Heleh, alasan itu Den – panggilan Akta untuk Je. Seret aja, kalau nggak dia nggak akan makan."
"Bang Akta nggak usah menghasut Je!" ucapnya penuh emosi.
"Yawis duduk tenang dulu, dan jangan teriak - teriak gitu Ra. Mereka lagi tenang setelah capek nangis dari tadi."
"Pasti kepanasan ya twins? kan mereka bayi winter." Ujar Nadhira dengan suara gemas sambil menoel pipi si kembar.
"Salah satunya itu, apalagi ini pertama kalinya mereka di sini kan. Di tambah mas Dio juga nggak ada, biasanya kalau jam segini pada ngetek di mas Dio."
"Mbak sendiri?"
"Iya, rencananya sih mau datang bareng. Tapi karena ada yang buat ulah jadi ya harus datang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World - Wilujeng Tepang
FantasyHidup ini bisa diibaratkan seperti pancaroba... musim tahunan yang nggak bisa tertebak. Kalau kata orang jawa 'ujuk - ujuk kok ngene, padahal jane rendengan kan udan kok malah panas ngetang - ngetang.' Hidup juga seperti itu - inginnya bahagia sampa...