10| Love

23 2 2
                                    

Love is anything you think and feel, without something for long because Love doesn't about meaning but Love is about the mind.

-Jeden Jung-

---

Je berasa mati kutu untuk kesekian kali di hari yang sama. Gimana nggak? Dia ditinggal sendiri berdua sama Aisha di mobil, posisinya Je duduk dibalik supir kemudi sedangkan Aisha duduk di kursi penumpang bagian belakang.

Nadhira?

Nadhira mendadak kebelet dan berujung berhenti di spbu untuk menuntaskan hajatnya, Je tidak masalah dengan itu namanya panggilan alam tidak dapat diprediksi. Namun yang jadi pertanyaan Je adalah... mengapa Nadhira begitu lama?

Sampai kapan Je harus bergulat dengan kesunyian yang awkward ini.

Sesekali tanpa sadar Je melirik kaca spion dalam mobil untuk melirik Aisha yang duduk di belakangnya. Wanita itu terlihat sibuk dengan ponselnya jadi tak menyadari jika sejak tadi Je curi pandang ke arahnya.

Tapi namanya mencuri bukan hal yang baik, Je pun tertangkap basah ketika dia mencuri pandang entah yang keberapa kalinya.

"Ada yang ingin lo katakan Je? — I'm sorry I call you like that. I think it's sound good, dan terdengar lebih akrab."

Je membalik badannya ke belakang, "It's okay. Mbak Ai bebas mau panggil saya apa."

Aisha terkekeh melihat Je yang tersipu seperti itu, "lo bisa santai aja kalau ngobrol sama gue, anggap aja gue orang terdekat lo." Ujar Aisha pada Je.

"Saya tidak terbiasa dengan bahasa gaul sini mbak, dan saya pun nggak nyaman."

"Ahhh okay, tapi lo nggak apa - apa kan? Kalau gue ngomong santai? Lo paham?"

Je mengganguk, "Tentu, senyaman mbak Ai saja."

"Anyway Je, makasi udah jadi pelangi di hidupnya Dhira.

"Hah? — ups sorry mbak. Maksud mbak Ai?" sekali kali lagi Aisha nggak bisa menahan senyumnya.

"Gue hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih ke lo yang sudah tertunda sangat lama."

"Lo udah jadi sandaran yang paling hebat untuk Nadhira dan penerjemah hati Nadhira untuk Ibu."

Je hanya tersenyum dan menjawab seadanya, "Saya sangat Tersanjung dengan itu — terima kasih banyak. Tapi saya nggak seberperan itu Mbak. Semua karena Nadhira sendiri, bukan karena saya."

Aisha berdecak lucu, lelaki di hadapannya ini memang sebaik itu. "tapi bagi gue, lo tetap berperan besar dalam menciptakan kehangatan dalam rumah kami. Lo penghubung di setiap kesalah pahaman kami."

"Dhira memang anak yang sangat keras kepala dan ingin menang sendiri, tapi dia juga sangat manja – karena dia tumbuh kasih sayang yang super dari Bapak dan Ibu. Makanya dia seperti itu."

"Lo tahukan masalah yang terjadi setelah bapak tiada?" Je mengangguk dan menyahut sekenanya. "saya tahu semuanya, si belel cerita soalnya." Aisha tertawa lepas saat mendengar panggilan Je untuk Nadhira. Je yang sadar pun hanya tersenyum konyol seperti biasa.

"Panggilan lo untuk Dhira sound cute Je — Dhira banget wkwk." Je hanya ikut tertawa untuk menjawabnya dan obrolan mereka pun berlanjut.

"Gue tahu dan serinci itu dia cerita sama lo. Soalnya lo bisa menjelaskan dengan bahasa yang lebih dipahami Ibu."

"Sebenarnya Dhira juga nggak jarang cerita sama gue, dan yaaa... Gue hanya mengiyakan seolah gue paham, tapi nyatanya nggak — sepaham itu. Gue nggak sadar ternyata dia menyimpan banyak luka, gue kira yaaa... Dhira nggak sampai segitunya cara berpikirnya." Je masih menyimak Aisha bercerita.

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang