16| Guneman

14 2 0
                                    

Kala hati tertaut dengan yang dicinta, namun sang cinta tak dapat dipeluk – sungguh rindu yang mencabik.

Nadhira S.A. -

— — — —-

Dengan tangan yang penuh plastik kresek bening yang berisi bermacam makanan, Nadhira disambut oleh teguran Ibu yang sedang menyirami tanaman anggrek kesayangannya.

"Dari mana saja, Dhir?"

"Beli jajan Bu, tadi diajak Maya jajan."

"Mas Je-nya kamu tinggal?"

"Je-nya tadi tidur Bu, yawis aku tinggal deh...sekarang Je di mana?"

"Di kamar kamu, ibu yang suruh tadi."

"Loh loh," respon Nadhira tak percaya.

"Lah piye? mesakke tiduran di kursi, badanya loh tinggi dan besar."

"Alah Bu, tapikan...." dipotong Ibu dengan cepat, "kan udah mbok bersihin to, ibu juga udah cek – aman. Nggak usah khawatir."

"Bukan gitu."

"Lah terus kenapa?"

"Masalahnya, ada kutang aku di kasur! Ibu ihh." Nadhira heboh sendiri dengan paniknya, meskipun demikian, ia tak terus beranjak dari tempat untuk membereskannya – ia memilih untuk berdebat dengan ibunya.

"Ya mana Ibu tahu Dhir, lagian ada - ada aja kutang ditaruh kasur segala."

"Emang biasanya kan gitu."

"Salahmu dewe, ya tanggung dewe." Seru Ibu yang tak mau kalah dengan anaknya.

"Ibu mah!!! tidak memberikan solusi."

"Yaudah sana ke kamar lalu simpan kutangmu." Jawab Ibu dengan bercanda.

Nadhira berdecak, lagian Ibu nih ada - ada saja. Biasanya juga haram bagi Ibu untuk mengizinkan lelaki (pacar anaknya) masuk ke dalam kamar. Lah ini, beliau sendiri yang menyuruh.

Karena nggak mau – kutangnya tertangkap basah Nadhira langsung gas menuju kamarnya.

"Je," panggil Nadhira ketika masuk ke dalam kamarnya untuk menemui Je. Je pun menoleh ketika mendengar suara Nadhira.

"Kamu baru sampai?" tanya lelaki itu.

"Iya," jawab Nadhira, lalu menyusul Je yang sedang duduk di kursi belajar Nadhira.

Je tidak sendiri karena ditemani dua bocing (bocil kucing) kesayangan Nadhira. Dua kucing betina itu dengan manjanya duduk diatas paha Je minta pangku.

"Loh iki ndoro ayune, wenak tenang nyuwun pangku Mas je." Seloroh Nadhira pada dua bocingnya itu. (tuan putri nyaman sekali minta di pangku Mas Je)

Spiker dan Turi yang sudah nyaman dengan posisinya pun mengabaikan ocehan Nadhira.

"Wah...kalian ini adik durhaka banget. Kalian nggak ingat? yang merawat kalian itu siapa?Lah kok nempel beut sama Je!" Nadhira mengomel dengan omelan khasnya...setiap dua bocingnya mengabaikan dia dan lebih memilih Je.

Karena nggak mampu menahan gemasnya, Nadhira meraih dua kucing betina itu dari pangkuan Je. Nadhira menggendong keduanya sambil menggigit pipi mereka bergantian.

Seperti biasa, Spiker yang tidak terima dengan tindakan Nadhira itu langsung memukul pipi Nadhira dengan pawnya. "Loh...kok ngelunjak," seloroh Nadhira dengan emosi — gemasnya.

Je menghela nafasnya, pemandangan yang ia lihat saat ini bukanlah kegiatan asing lagi. Melainkan kegiatan yang hampir setiap waktu, Nadhira always gelut sama Spiker hanya karena perihal sepele. Sepelenya lagi, ini pergulatan antara manusia dan kucing. Bukan manusia dan manusia apalagi kucing dan kucing. Nadhira ini memang agak lain.

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang