33| Katresnan

8 1 0
                                    

warning : bagian ini akan membahas sedikit dunia halus yang disebut "jagat alit." Dunia fana yang diciptakan penulis untuk memperindah cerita. Bagian ini menceritakan kejadian sebelum Je dan Nadhira bertemu._

__

Benci karena trauma itu sulit, bukan tak ingin menyembuhkan diri. Namun hati sakit jika mengingat masalah yang lalu itu.

-Nadhira S.A._

____________________

Nadhira sedang mendapat misi jiwa beberapa hari ini. Zona teritorialnya sedang mendapat serangan dari negara seberang - negara Pandhito Sengkala. Negara yang berbasis dengan pemerintahan Rawa Gudho - kerajaan genderuwo ijo, pemimpin kerajaan tersebut ambisi ingin mempersunting Nadhira sebagai permaisuri. Mereka selalu menghalalkan segala cara untuk menyita Nadhira ke sisi mereka. Untungnya kekuatan dan pertahanan Nadhira serta pasukannya setara dengan kekuatan mereka. Sehingga Nadhira percaya diri dapat menaklukan mereka.

Nadhira sedang berada di ruangan penyimpanan senjata pribadinya. Nadhira tengah memilih senjata mana yang akan dipakainya untuk melawan mereka...bahkan Nadhira berniat membawa bendho sirengnya - alat tempur favorit Nadhira untuk memenggal kepala makhluk - makhluk yang mengganggunya tanpa sungkan.

Komandan garda utara depan - Nangjeng Pawirang datang ingin menyampaikan kabar terbaru untuk Nadhira.

"Gusti Ra? niki kula Pawirang, ajeng ngelaporakake kedaden ingkang entas." (Gusti Ra? ini saya Pawirang, ingin melaporkan keadaan yang baru saja terjadi).

"Melebuho Rang. Ana apa?" Jawab Nadhira. (Masuk aja. Ada apa?)

"Sengjeng Anom nyerang saking ngisor mendem, Gusti." (Sangjeng Anom menyerang dari bawa tanah, Gusti."

"Jancok, ora kapok menunoh sicok iku." Nadhira tersulut emosinya setelah mendengar laporan dari Pawirang. (Jancok, tidak kapok bedebah satu itu)

"Meriam pendem obong siapke, lan markas ngisor siaga. Iki ora kena di alus, mati - urip kudu di sajah." (Meriam pendem obong, siapkan, dan markas bagian bawah harus siap siaga. Ini tidak bisa dibiarkan, hidup dan mati harus dibasmi)

"Opo mboten wigati Gusti, ingkang ngonten niku?" (apakah itu tidak berbahaya Gusti, jika seperti itu?)

"Ora! Aku sing tanggung jawab amarga iki wilayahku, aku kudu njagani." (Tidak! aku yang akan tanggung karena ini adalah wilayahku, aku harus bersiaga)

"Nanging..." (Tapi...)

"Apa? Guru Satru?" (Apa? Guru Satru?)

"Mboten..." (Bukan...)

"Lah terus? Rama Agung - sing mbok maksud?" Pawirang diam yang dianggap sebagai jawaban 'iya' oleh Nadhira. (Lantas? Rama Agung - yang kamu maksud?)

"Tetap laksanakake opo uniku mau! urusan Rama Agung iku tanggung jawabku. Penting area panunggal lor - kidul - etan kudu bebas serangan." (Laksanakan apa yang aku katakan! Perihal Rama Agung adalah urusanku. Yang penting daerah panunggal utara - selatan - timur harus aman dari serangan).

"Nggih Gusti. Laksanakake." (Baik Gusti. Laksanakan)

"Panggul lan Pawang kandani alat tempur sekabihane siapkake - siaga tunggal. Sembranung - kuda putih berambut biru salah satu tunggangan Nadhira, kandani oleh titah saka aku, kengken deweke mara Ledok Lawu, omongo 'lawang gawe buka o, Nung'" pesan Nadhira untuk Pawirang agar menyampaikannya kepada yang bersangkutan.

"Njenengan yakin, Gusti?" (Apakah anda yakin?)

"Iyo! Sembranung mesti paham maksude pesanku."(Iya! Sembranung pasti paham maksudku)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang