19| Agustusan

8 1 1
                                    

Cintaku padamu seluas dan sebanyak pulau di negara kelahiranmu.

–Jeden Jung–

****

Obrolan mereka masih berlanjut sampai tengah malam, sambil ngobrol Nadhira terlihat sibuk sendiri yang mengundang rasa penasaran Je.

"Sibuk ngapain Ra?"

"Lagi siapin bahan buat latihan besok."

"Latihan apa?"

"Sebentar lagi kan Agustus... bulan tersibuk di tahun pelajaran baru. Jadi banyak acara dan lomba tingkat SD, aku harus menyiapkan bahan yang akan dipakai untuk kegiatan itu."
"Memang apa saja?"

"Banyak, ada kemah untuk menyambut hari pramuka, acara tujuh belasan, terus ada lomba mapsi juga. Buanyak banget to?"

Je manggut - manggut, "sekarang lagi nyiapin bahan apa kamu?"

"Bekal materi pramuka untuk kemah, anak - anak yang terpilih besok sudah mulai latihan untuk penguasaan materi yang akan diujikan sewaktu kemah nanti."

"Ada yang perlu dibantu nggak?"

"Belum ada, nanti kalau ada pasti bilang," Je manggut - manggut lagi.

"Mau ngobrol lagi nggak?" Nadhira menjawab dengan menggelengkan kepalanya, dan fokusnya tertuju pada kerjaannya.

"Aku tutup ya?"

"Iya – kamu udah ngantukkan pasti?"

Je tersenyum dan mengiyakan apa yang dikatakan Nadhira.

"Semangat, jangan sampai pagi – good night."

"Siap – tapi nggak janji. Good night Mas Je." Jawab Nadhira dengan jahil lalu menutup panggilannya dengan cepat.

Spy gaib (makhluk halus) yang nggak sengaja lewat di atap kamar Je menjadi saksi pipi Je yang memerah tomat saat mendapat panggilan Mas dari yang tersayang.

***

Kabar terbaru hari ini adalah kegiatan perkemahan diundur awal September. Karena bumi perkemahan yang biasa digunakan ada perbaikan lahan sehingga tidak bisa dipakai untuk kegiatan.

Nadhira sedikit lega dengan kabar tersebut karena dengan demikian pekerjaannya sedikit berkurang meskipun latihan harus berjalan sesuai jadwal supaya anak - anak nggak patah semangat.

Berhubung diundur Nadhira akan fokus dulu untuk persiapan tujuh belasan, kemudian melatih anak yang ikut cabang menulis karya ilmiah di lomba MAPSI. Kebetulan juga Nadhira senggang hari ini tidak ada jadwal mengajar sehingga dia akan menggunakannya untuk latihan.

Waktu berlalu begitu cepat, awal acara tujuh belasan tingkat kecamatan dimulai sore hari ini. Jadi pagi ini di sekolah cukup sibuk untuk mempersiapkan apa saja yang akan dipakai anak - anak sore nanti.

"Wis siap semua dek?" Tanya mbak Ratu pada Nadhira.

"Sampun mbak, aku sudah memeriksa semuanya. Nanti sore tinggal gas aja."

"Oke, nanti sore kamu jadi ikut mendampingi, kan?"

"Jadi mbak, mbak ndak ingat Je sangat antusias untuk ikut kegiatan hari ini sampai dia izin sendiri sama pak kepsek." Ujar Nadhira.

"Iya ya, pacarmu ki memang aneh, wajahnya bule — emang bule. Tapi kecintaannya sama budaya sini sungguh luar biasa."

"Makanya mbak, he likes everything yang dia temui di sini, pokok yang menurut dia menarik pasti dibungkus sama dia — aku bersyukur sih. Tapi kalau berlebihan aku yang capek, asal mbak Ratu tahu dia tiap hari nyetel lagu dangdut nemen dan jajarannya. Kalau di rumah aku dia berasa tuannya soalnya kolab sama Ibu buat dangdutan bareng."

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang