3| Nostalgia yang menyesakan

37 2 0
                                    


Setelah sekian hari bekerja bagai kuda, akhirnya hari minggu tiba. Satu - satunya hari Nadhira mendapat jatah liburnya. Nadhira pengen ongkang - ongkang kaki di atas kasur aja, rasanya malas mau ngapa - ngapain. Sekujur tubuhnya pegal dan remuk banget rasanya. Jadi Nadhira memutuskan untuk tiduran seharian di rumah.

Tapi rencana Nadhira terdeteksi gagal ketika Bapak mengetuk pintu kamarnya, "Ra? Masih tidur?"

"Hemm," jawab Nadhira dengan ciri khasnya kalau mager bangun.

"Bangun Ra, ayo jemput Ibu,"

"Hah?! Jemput Ibu." Nadhira tersadar penuh ketika mendengar seruan halus Bapak itu. Dia sangat terkejut, masa iya dia tidur seharian penuh dari malam sampai sore. Waw... Rekor banget. Apa dia selelah itu sehingga dia tidur dengan sangat nyenyak.

"Ra? Ikut nggak?" Bapak masih berusaha membangunkan Nadhira.

Nadhira langsung terperanjat dari kasur, dia bangun dengan tergesa tanpa mempedulikan apapun. Nadhira berlari dan membuka pintu kamarnya dengan cepat, ketika pintu terbuka sudah ada tubuh tinggi Bapak di depan sana.

Setengah sadar Nadhira memberondong banyak pertanyaan pada Bapak. "Bapak serius mau ngajak aku jemput Ibu?"

"Sekarang jam berapa Pak?"

"Duuh, aku tidurnya suwe tenan." Nadhira berseru dengan histeris.

Jika ini nyata, masa iya Nadhira nggak bangun sama sekali lebih dari sepuluh jam lamanya. Waw... Sangat kebo sekali.

"Nduk tenang, jangan heboh. Ini baru jam sepuluh." Bapak menjawab dengan tenang.

"Hah? Jam sepuluh — sepuluh malam, Pak?!" Nadhira makin histeris mendengar jawaban Bapak, karena itu artinya dia tidur selama seharian penuh.

Sudah macam Sandy Chich waktu hibernasi.

Bapak hanya mampu menggelengkan kepala atas kelakuan anaknya.

"Ra, tenang. Dengarkan Bapak dan jangan histeris dulu." Bapak memegang pundak Nadhira menenangkan anak gadisnya yang sedang dirundung histeris itu.

"Nggak bisa tenang Pak, kalau seperti ini situasinya!!"

"Hei, ini baru jam sepuluh pagi." Bapak menjelaskan pada akhirnya.

"Huft... Untunglah. Tapi kenapa Bapak bilang kayak gitu sih?" Nadhira menghembuskan napas lega, tapi diakhir ucapannya dia mengerucutkan bibirnya karena sedikit sebal dengan situasi ini.

"Kayak gimana? Kan Bapak bilang apa adanya."

"Lah Bapak bilang jemput Ibu, yaaa ku kira jam empat sore."

Bapak tersenyum hangat, dan mengelus kepala anaknya itu. "Ibu kerja setengah hari Ra, ibumu mau ada kegiatan sama ibu - ibu komplek. Tapi sebelum jemput, Bapak mau ke bengkel dulu, mau ikut?"

"Oalah, gitu toh." Bapak mengangguk.

"Sana mandi dulu, Bapak tunggu di depan."

"Siap pak boss."

Bapak gagal membalikkan badan ketika seruan Nadhira mengintrupsi, "Pak?"

"Ya?"

"Nanti ngopi yuk?"

"Boleh, di mana?"

"di tempat biasa lah."

"Oke."

"Nad?"

"Nadhira?"

"Woi Nadhira?!"

Nadhira terperanjat dari duduknya, dia sangat terkejut dengan seruan Badi salah satu teman sekolahnya dulu. Hari ini Nadhira ada acara kumpul - kumpul bareng teman kelasnya. Mumpung dia lagi bebas juga, jadi dia mau saat diajak Angel untuk bergabung.

Another World - Wilujeng TepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang