warning : bagian ini akan membahas sedikit dunia halus yang disebut “jagat alit.” Dunia fana yang diciptakan penulis untuk memperindah cerita. Bagian ini menceritakan kejadian sebelum Je dan Nadhira bertemu.
***Jagat alit merupakan dunia sinkronisasi nyata dengan dunia besar (dunia manusia), Nadhira biasa menyebut dunia manusia dengan sebutan jagat ageng. Kenapa demikian? karena Jagat ageng merupakan alam nyata yang bisa dirasa dan dicipta oleh manusia yang ingin. Jagat alit adalah dunia halus yang tak banyak orang mampu mendeteksi, hanya orang yang terlahir unik untuk mampu menembus dimensi dunia itu.
Dunia yang kehidupannya diisi oleh kesempurnaan kehidupan, dunia yang dihuni dengan jiwa dari jati diri dari makhluk yang akan bereinkarnasi di kehidupan jagat ageng (dunia manusia) untuk menjalankan misinya. Memang sejatinya raga manusia yang sudah menua akan mengalami masa akhirnya.
Perlu diketahui tak semua jiwa mampu melalui sesi kehidupan berikutnya atas beberapa dasar aturan yaitu moksa, dimana tugasnya telah usai dan tinggal penyatuan jiwa dengan Tuhan. Ada pula jiwa yang tersesat karena tak mampu menemukan jalan untuk menebus karmanya. Maka dari itulah tidak semua jiwa melewati jalan untuk kehidupan dengan raga baru di kehidupan berikutnya.
Nadhira yang sadar dengan keunikannya pun paham dan ia otomatis akan terkoneksi dengan dirinya yang ada di dunia itu. perjalanannya tak semudah ketika ia menerangkan dan menceritakan butuh waktu dan kerelaan demi tiba di titik yang sekarang. Penyatuan yang tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan untuk sampai di titik ini. Karena menyeimbangkan untuk satu kepercayaan dengan satu tujuan…sebagai prajurit Tuhan itu perlu kestabilan.
Seperti biasanya, kala ada perenungan disetiap harinya Nadhira melaksanakan kegiatannya di dunia itu dengan dirinya yang ada di sana. Namanya Rengganis Sekartala…Rengga nama panggilannya. Nama itu adalah nama lahir Nadhira, kawitan (waktu pertama kali) dulu ketika jiwanya dilahirkan diraga yang dinamai Rengga oleh orangtua Rengga. Awal dulu ketika Nadhira baru tahu bahwa dia terkoneksi dengan dirinya di jagat alit dia selalu menyebut nama Rengga untuk dirinya sendiri, namun seiring berjalannya waktu Nadhira yang semakin dalam memahami bahwasanya dia dan Rengga adalah diri yang sama namun dia terlahir kembali menjadi Nadhira yang sekarang. Sehingga Nadhira sudah tak pernah menyebut dirinya dengan nama Rengga, melainkan namanya yang sekarang yaitu Nadhira. Karena sekali lagi, Nadhira dan Rengga adalah orang yang sama tetapi dengan kehidupan di dunia yang berbeda namun bersinggungan.
Saat itu Nadhira sedang menjalankan tugasnya untuk membersihkan sedikit kekacauan yang dilakukan oleh Betatung Lakung, sosok raksasa besar pemimpin Wedari Wetan yang mengerahkan anak buahnya untuk membangun kawah buatan yang berisi geni cenara, api yang mampu meluapkan air laut jika api itu penuh. Sehingga laut yang berada disekitarnya yang terhubung dengan Jagat Ageng akan meluap yang menyebabkan bencana, Nadhira tidak mau itu terjadi sehingga ia mengutus para prajuritnya yang ia pimpin sendiri untuk mencegah pembangunan itu. Nadhira sudah pernah menjalin kesepakatan dengan Betatung Lakung agar Betatung tidak membangun kawah tersebut dengan kesepakatan Nadhira memperbolehkan orang-orang Betatung bisa mengambil sumber api yang mereka butuhkan di Pohon Rerena milik Nadhira, dimana pohon itu adalah pohon api yang Nadhira tanam dan rawat untuk memenuhi kebutuhan persenjataannya dan persenjataan prajuritnya. Pohon api yang dapat menghasilkan api dingin dan api panas sesuai kebutuhan yang akan mengambilnya.
Karena Betatung mengingkari janjinya atas kesepakatan diantara mereka, membuat Nadhira murka dan ia akan menghancurkan proyek Betatung tersebut. Peperangan yang sudah biasa Nadhira lakukan untuk membasmi makhluk - makhluk egois dan serakah seperti Betatung.
Kemenangan telak didapatkan oleh Nadhira dan prajuritnya.
Nadhira pun istirahat dibawah pohon besar yang terletak didekat Pendopo tempat peristirahatannya. Sedang ngelenyeh (sandaran) di pohon, Nadhira merasakan adanya tatapan intens dari seseorang dengan jarak sepuluh meter dari dia duduk sekarang. Kepekaannya terhadap radar gerak dan suara pun mampu membuatnya menangkap semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World - Wilujeng Tepang
FantasiaHidup ini bisa diibaratkan seperti pancaroba... musim tahunan yang nggak bisa tertebak. Kalau kata orang jawa 'ujuk - ujuk kok ngene, padahal jane rendengan kan udan kok malah panas ngetang - ngetang.' Hidup juga seperti itu - inginnya bahagia sampa...