Kerinduan adalah sesuatu yang harus segera disampaikan. Tidak boleh ditunda, karena menumpuk rasa rindu itu sesak.
_______
Rutinitas minggu pagi yang biasa Nadhira lakukan adalah membeli sarapan di warung Mak Yem. Menu sarapan andalan Nadhira di warung Mak Yem adalah lontong pecel sayur ditambah mendoan goreng. Maknyus tenan.
Baru saja kakinya menginjak pintu masuk warung, Nadhira dihadang dengan pertanyaan mbah Lani tetangga dekatnya. "sidane kapan Dhir?"
"Napane mbah, sing kapan?" Tanya Nadhira bingung dengan pertanyaan mbah Lani. (Apanya yang kapan mbah?)
"Rabiem karo cah Korea. Wingi dak wongtuone wis dolan ah? Tur ya pager omahem dicet karo calonem, dak tanda - tanda ape gawe geden." (nikahmu sama orang Korea. Kemarin orangtuanya sudah datang ke rumah kan? Pagar rumahmu juga dicat sama calonmu, itukan tanda - tanda mau ada hajatan)
Bisa - bisanya, perkara cat ulang pagar rumah menciptakan asumsi bakal ada hajatan nikah. Kalau untuk orangtua Je, kemarin mereka memang pure hanya ingin sowan. Tidak ada niatan lain, Nadhira juga kaget akan kedatangan mereka. Karena memang tiba - tiba banget. Je juga nggak ngomong apapun, tiba - tiba mereka sudah duduk manis di ruang tamu. Mana Nadhira lagi tidur siang, terus dibangun paksa Ibu. Muka juga acak kadul, bisa - bisanya mereka menyebut itu dengan acara lamaran. Kalau memang sudah lamaran, pasti satu desa dapat 'nduduman ketan' kegiatan bagi - bagi gemblong ketan' kalau anaknya ada yang melamar. Lah ini nggak ada apa - apa dikira mau nikah aja.
Padahal ngecat pagar adalah ide Nadhira agar pagar rumahnya terlihat bagus lagi. Cat pagar rumahnya sudah pudar, karena terakhir dicat sudah enam tahun lalu — sama Bapak. Masa iya, Nadhira membiarkan pagar rumahnya terlihat mblawus (jelek pol) kala dia sudah menjadi wanita karir yang banyak uangnya. Kan nggak banget, Makanya Nadhira mengecat ulang pagar rumahnya.
"Mboten mbah, kula mung pengen ngecet ulang mawon ben ndak ketok mblawus." Jawab Nadhira pada Mbah Lani. (Nggak mbah, aku hanya ingin memperbagus catnya aja biar kelihatan bagus)
"Ndak yo tenan ah?" (Masa iya sih?)
"Nggih mbah, leres." (Iya mbah betul)
"Lah wongtuone dolan?" (tentang orangtuanya?)
"Silaturahim biasa mbah. Kebetulan tuh mereka dari bandara solo kan lewat sini to. Dadine mampir dolan, ora ono niat liyane."
"Ndak iyo tah?" Mbah Lani masih merasa belum tertuntaskan dengan rasa penasarannya. (Masa iya?)
"Wong tuo sicok iki kok ngeyel!" Seru Nadhira dalam hati. (Orang tua satu ini kok menyebalkan sekali)
"Nggih mbah! Nek ndak percaya tangklet Ibu mawon." Sahut Nadhira sedikit kesal. (Iya mbah! Kalau nggak percaya Tanya Ibu saja)
"Wis Ni, Wis. Bocah ape tuku sarapan kok amen mbok tanggap wae." Sela Mak Yem yang melihat Mbah Lani yang menyudutkan Nadhira. (Sudah Ni. Nadhira mau beli sarapan kok kamu ganggu sih.)
"Huft – suwun Mak." Nadhira menghela nafasnya dan mengucapkan kelegaan dalam hatinya karena sikap baik hati Mak Yem yang menghadang Mbah Lani.
"Lawoh opo nduk? Lontong opo Sega?" Tanya Mak Yem pada Nadhira. (Lauk apa nduk? Lontong apa nasi?)
"Lontong pecel Mak, sing setunggal sega kering nggih." (yang satunya nasi kering)
"Gorengan ora?"
"Nggih Mak, Tempe kalih nggih." (iya Mak, Tempe dua ya)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World - Wilujeng Tepang
FantasyHidup ini bisa diibaratkan seperti pancaroba... musim tahunan yang nggak bisa tertebak. Kalau kata orang jawa 'ujuk - ujuk kok ngene, padahal jane rendengan kan udan kok malah panas ngetang - ngetang.' Hidup juga seperti itu - inginnya bahagia sampa...