"Mencintai memang tidak harus memiliki, tapi kalau di notice, kenapa enggak? Gas aja lah"
~Mora yang paling cantik~
••••
Mora berdiri di depan cermin sambil membenarkan dasinya, "gila, cakep banget dah gue. Mana bodynya aduhai lagi. Cuman cowok bego yang sia-siain gue, contohnya si Guntur."
"DEK TURUN, SARAPAN!! JANGAN SAMPAI DADDY MENCABUT IZINNYA BUAT LO SEKOLAH!"
Sudah Mora tebak pasti abangnya yang berteriak. Kalau kalian merasa terganggu, maklumin aja. Marcel kan keturunan monyet, jadi wajar saja jika dia tidak bisa diam.
Setelah merasa sudah pas, Mora mengambil tasnya dan berjalan turun untuk sarapan. Dan ternyata semua anggota keluarga Federick sudah kumpul, minus dirinya dengan sang kakak.
"Pagi, semuanya." sapa Mora.
"Pagi sayang."
"Pagi dek."
"Pagi princess."
Mora duduk di samping abangnya, kemudian mengambil sehelai roti dan diolesi selai cokelat. "Hari ini aku berangkat sama siapa?"
"Sama abang."
Mora mengangguk, "emang kita searah?" tanya Mora, gini-gini dia kasihan dengan abangnya jika harus bulak balik.
"Searah kok tenang aja."
"Udah selesai belum bang? Kalau belum aku minta dianter sama supir aja."
"Ets, perjanjiannya semalam apa? Kalau gak sama abang harus sama daddy, baru daddy izinin kamu buat sekolah" potong Samuel saat Marcel akan membuka mulutnya.
"Yuk, abang udah selesai." kata Marcel sambil mengambil tasnya yang tadi Marcel letakan di kursi sebelahnya.
Marcel memang masih kuliah, dia sedang mengurus skripsinya saat ini. Dan urusan kantor untuk sementara ini akan di handle oleh Samuel.
"Mora berangkat dulu dad, mom."
"Hati-hati."
Mora mengangguk dan meninggalkan Marcel yang masih di dalam, dia akan menunggu di depan saja.
"Yuk."
Tanpa banyak bicara, Mora langsung masuk ke dalam mobil abangnya. Untuk yang bertanya dimana tunangannya? Saat ini dia sedang sibuk berangkat sekolah, karena kan Alexo masih SMA sama kaya Mora. Kalau urusan di antar jemput, Mora tidak masalah karena Alexo pasti punya dunianya sendiri. Jadi Mora biarkan untuk Alexo mengeksplor dunianya.
"Gak minta jemput sama pujaan hati nih?" goda Marcel.
"Gak lah, Alexo kan banyak tugas negara. Jadi ngapain dia harus jemput aku kan masih ada abang."
Marcel mendelik, di kira dirinya supir apa? Siapa sih yang punya adik yang satu sifat dengan adiknya? Marcel mau tanya, kenapa kalian kuat menghadapi adik kalian dari kecil? Marcel saja rasanya mau menyerah jika tidak mengingat kalau Mora adalah adik perempuan satu-satunya.
"Maksud abang bukan tunangan kamu, tapi orang yang lagi kamu kejar. Biasanya selalu ngerengek buat di jemput, tapi tadi pagi adem anyem aja. Kenapa? Kesambet kamu?"
Oh, si Guntur. Kirain tunangan cakepnya. Kalau itu sih, lihat nanti aja. Kalau cakep plus banyak duit, akan Mora lanjutkan. Tapi kalau enggak, iuuhh, males banget.
"Siapa bang?" tanya Mora sok gak tahu apa-apa.
Marcel menepuk jidatnya, aish, kenapa dirinya lupa jika adiknya ini sedang lupa ingatan. Kalau begini Marcel harus seneng atau sedih sih? "Enggak, lupain aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Love Story
Tiểu thuyết Lịch sửTransmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di anggap. Zea berpura-pura lemah di depan keluarganya hanya karena ingin di perhatikan, tapi mereka semua malah semakin membencinya. Sampai kejad...