23

39K 3.5K 31
                                    

"Anjirr lah punya mulut gak bisa dikontrol! Sekarang, GUE KEHILANGAN MUKA DEPAN CAMER, HUAAA...." batin Mora menjerit.

Alamat enggak direstui kalau gini. Huhu, terima nasib Mora. Gagal sudah tinggal di istana.

Lagian punya mulut asal ceplos aja, berdoa semoga Mora tidak ditendang dari kediaman Damora sekarang juga.

"Hehe, maaf tante. Mora gak tahu kalau itu tante."

Wanita itu tersenyum, "gak masalah. Cuman bunda kira kamu udah balik lagi kayak dulu, songong. Tahunya lagi hilang ingatan."

Mora mengerutkan keningnya, emangnya Mora yang dulu kayak gimana? Gini nih, kalau ketemu gede. Kagak tahu masalalu.

"Mora yang dulu emang songong ya, tante?"

"Iya, dulu. Tapi selama setahun ke belakang kamu kayak bukan Mora."

"Bukannya sama aja ya, tan. Setahun ke belakang pun aku masih kayak gitu?"

Wanita itu menggeleng, "emang iya. Tapi songong yang dalam artian lain. Kalau setahun ke belakang itu kamu kayak benar-benar bukan kamu, ngerti gak? Kayak orang asing."

Mora menggaruk pelipisnya, "hehehe, gitu ya tante?" padahal gue yang orang asing disini.

"Udahlah, bun. Yang pentingkan sekarang Mora udah mau terima Alexo lagi."

Alexo yang merasa bajunya ditarik menoleh pada pelakunya, Mora. "Kenapa?"

"Nunduk coba."

Kening Alexo mengerut, bingung dengan kekakuan random Mora. Meski begitu dia tetap melakukan apa yang disuruh Mora.

"Nama bunda kamu siapa?" bisik Mora setelah Alexo menunduk.

Alexo terkekeh, kenapa harus berbisik segala. Padahal tinggal kembali berkenalan, apa susahnya? "Naura Amanda Damora, itu nama bunda aku."

Mora mengangguk, kemudian dia menatap bunda Alexo.

"Tante, o--"

"Etss, panggil bunda! Dari dulu juga kamu panggil bunda, jangan tante lagi ya."

"Hehehe, iya bun. Bun, Mora mau tanya. Ini kan hari minggu, terus omnya kemana? Gak mungkin kerja kan? Kerja apa yang hari minggu?!"

Naura terkekeh, kangen juga dengan sifat Mora yang seperti ini. Bawel dan tidak tahu malu. "Jangan panggil om dong. Panggil aja ayah. Ayah ada, dia lagi di kamar."

Mora mengangguk, bingung juga harus bicara apa. Masalahnya kan dia tidak tahu menahu dengan semua ini.

Penulis black white terlalu menyorot pemeran utama, bahkan antagonis pun hidupnya tidak terlalu dijelaskan.

Alexo yang tahu jika Mora sedang bingung, inisiatif membawa Mora ke kamarnya. "Bun, aku sama Mora ke kamar dulu ya?"

"Jangan sampai buat anak dulu, kalian belum sah." ucap Naura.

Alexo beranjak dari sofa dan menarik lembut tangan Mora, mereka berdua berjalan menaiki tangga untuk ke kamar Alexo.

Sesampainya di depan pintu berwarna cokelat, mereka masuk ke dalam.

Mora mengedarkan pandangannya, kamar laki-laki tapi bersih banget. Beda dengan kamarnya yang berantakan. Paling-paling kalau bersih, harus nunggu di marahin dulu.

"Aku kira kamar kamu bakal berantakan, tahunya bersih banget. Kalah jauh aku. Nanti pas udah nikah, kamu aja yang beresin kamar kalau kayak gitu."

Alexo merasakan perasaan hangat pada hatinya, Mora ternyata sudah memikirkan sampai sejauh itu. Secintanya Alexo pada Mora, dia belum memikirkan sampai tahap menikah.

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang