56

4.5K 252 17
                                    

"j-jadi maksud Daddy, dulu Mora pernah dilecehkan?" Tanya Nanta dengan suara yang gemetar.

Jujur saja, siapa yang tidak akan syok saat mendengar cerita tentang pelecehan yang dialami oleh adiknya sendiri. Apalagi kejadian itu saat adiknya masih kecil, saat Mora sedang polos-polosnya.

"Ya, maka dari itu Daddy tidak pernah pulang selama setahun. Karena Daddy harus mengembalikan kepercayaan diri Mora lagi. Setelah empat bulan dari kejadian itu, Mora sudah beraktivitas seperti biasanya. Dia sudah tidak pernah menangis atau histeris saat bertemu orang asing, tentu Daddy merasa senang. Karena pasti, Mora sudah melupakan kejadian itu."

Samuel menjeda ucapannya sebentar, "tapi ternyata Daddy melewatkan sesuatu. Saat itu Daddy pulang larut malam, Daddy senang karena masalah di perusahaan akhirnya selesai. Itu berarti Daddy akan segera kembali ke Indonesia dengan Mora. Tapi apa yang Daddy lihat, adik kamu berbicara sendiri. Seolah-olah ada orang lain di hadapannya saat itu.

Awalnya Daddy pikir mungkin Mora kesepian karena gak ada teman buat dia main, besoknya Daddy bawa anak teman Daddy buat main sama Mora. Tapi ternyata, setiap malam Mora selalu mengulangi lagi dengan pembahasan yang berbeda.

Pernah suatu waktu Daddy mendengar jika Mora memiliki seorang Abang, Daddy merasa Mora sedang merindukan kalian. Tapi yang bikin Daddy tertegun adalah Mora mengatakan jika abangnya adalah Sean. Saat itu Daddy bingung, siapa yang dipanggil Sean diantara kalian berdua.

Karena Daddy penasaran, akhirnya Daddy samperin Mora saat itu. Daddy tanya Mora sedang apa? Mora menjawab jika dia sedang bermain dengan abangnya. Padahal jelas-jelas jika saat itu Mora sedang sendirian.

Karena Daddy merasa ada yang gak beres sama Mora, Daddy bawa dia ke psikiater. Dan ternyata dia kena skizofrenia, dia halusinasi entah tentang apa saat itu. Lambat Laun Daddy tahu jika Mora halusinasi tentang keluarga harmonis yang berujung retak."

Marcel sudah tidak bisa berkata-kata lagi, adiknya. Perempuan yang paling dia sayangi setelah ibunya pernah mengalami hal sekeji itu, ditambah dengan dia yang sering halusinasi.

Marcel merasa jantungnya seakan di remas oleh tangan yang tak kasat mata, kenapa harus adiknya? Kenapa Mora harus mengalami kejadian seperti itu?

Tak jauh berbeda dengan Marcel. Alexo, tunangan Mora tertegun mendengar cerita yang keluar dari bibir calon ayah mertuanya. Dia sungguh tidak menyangka jika tunangannya pernah mengalami hal seperti itu.

Alexo kira selama ini Mora selalu baik-baik saja, ternyata tidak. Alexo merasa bodoh karena tidak mengetahui hal sebesar ini.

Alexo benar-benar tidak berbicara, tatapan matanya kosong. Marcel yang melihat itu mencoba menyadarkan Alexo.

"Al, Alexo!!"

Alexo mengerjap, dia menatap Marcel yang juga sedang menatapnya. "Bilang sama gue kalau ini mimpi!! BILANG SAMA GUE BANGG! Mora gak mungkin ngalamin kejadian kayak gitu, dia..." Alexo tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tubuhnya merosot ke bawah. Alexo duduk dengan menyembunyikan kepalanya dibalik lipatan tangannya yang berada di lutut.

Bahunya bergetar pertanda Alexo sedang menangis, siapa yang tidak terpukul jika mendengar cerita keji seperti itu dengan mendadak?! Apalagi kejadiannya menimpa tunangannya sendiri.

Rasanya Alexo ingin mencari pelaku dan mengajarnya hingga mati! Dia tidak peduli dengan hukum negara, yang terpenting rasa sakit hatinya terbayarkan dengan membunuh mereka semua.

Alexo bangkit dari duduknya, tatapan mata Alexo menajam, sorot mata yang dingin itu telah kembali. Dirinya pergi sesegera mungkin dari rumah sakit, entah kemana tujuannya saat ini, hanya dirinya yang tahu.

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang