38

28.8K 2.8K 386
                                    

Mora berjalan dengan lesu, baru kali ini Samuel tidak mengabulkan permintaannya. Padahal Mora benar-benar tidak ingin sekolah.

Dan ini semua gara-gara Alexo! Coba saja jika tadi Alexo tidak datang ke rumahnya, sudah dipastikan jika saat ini dia sedang rebahan sambil scroll sosial medianya.

Lihat saja, dengan tidak tahu malunya Alexo malah menggenggam tangan Mora seakan tidak melakukan kesalahan. Dan dengan tidak tahu dirinya, Mora malah pasrah mengikuti Alexo.

Mora sedari tadi misah misuh di belakang Alexo. Melakukan gerakan seolah akan menonjok Alexo.

Alexo tersenyum kecil, dia tahu jika orang yang berada di belakangnya ini sedang melakukan apa. Tapi untuk menyenangkan hati Mora yang dari tadi suram karena akibat perbuatannya yang datang di saat yang tidak tepat, Alexo akan pura-pura tidak tahu saja.

"Ini semua gara-gara kamu tahu gak, Al! Coba aja kalau kamu telepon aku dulu buat pastiin aku sekolah apa enggak. Pasti sekarang aku lagi ada di posisi yang paling enak."

Alexo terkekeh, "aku justru baik mau jemput kamu. Aku tahu ya posisi paling enak bagi kamu itu cuman ada didekat aku, apalagi dipelukan aku."

Mora berpura-pura seakan mau muntah, padahal dalam hatinya membenarkan. "Huekk, pede banget mas-nya. Posisi paling nyaman itu ya rebahan di kasur. Bukan di dekat atau di pelukan kamu."

Alexo menghentikan langkah, memutar badannya untuk menatap Mora. "Masa?! Kalau gitu gak masalah dong kalau aku cari yang lain? Yang nyaman saat didekat aku."

Mora memicingkan matanya, jarinya menunjuk hidung Alexo. "Awas aja kalau aku tahu kamu jelalatan! Benar-benar aku habisin burung kamu sampai gak ada bangkainya!"

Alexo menenguk salivanya susah payah, kenapa ancaman Mora terdengar serius ditelinganya? Apa mungkin karena menyangkut masa depan Alexo?

Bahkan tanpa Alexo sadari, tangannya refleks menyentuh selangkangannya. "Kamu yakin mau habisin burung aku? Nanti gak bisa berkembang biak lagi."

Mora mengerutkan keningnya, apa hubungan burung dengan berkembang biak? "Kamu kok gak jelas sih! Hubungannya apa coba?!"

"Kamu bilang mau habisin burung aku, terus nanti kita gak bisa punya anak dong."

Mora menggaruk pelipisnya, "apaan sih, Al. Kamu ngaco aja tahu gak. Emang burung bisa bikin anak? Maksudnya anak manusia?"

Alexo mengernyitkan dahinya, kenapa Mora seperti orang yang polos? "Kamu mau habisin dia kan?" tanya Alexo sambil menunjuk bagian bawahnya.

Mora mengikuti jari Alexo, tatapan Mora terhenti pada lantai yang dipijak Alexo. "Apaan sih! Orang yang mau aku habisin itu burung elang kesayangan kamu. Ngapain kamu nunjuk ke bawah? Duit kamu jatuh?"

Alexo mengerjap, jadi dari tadi dia salah paham dengan ucapan Mora? Shit, kenapa pikiran Alexo jadi mesum begini!.

Alexo berdehem mencoba untuk melupakan hal memalukan tersebut. "Sebagai permintaan maaf aku karena udah ganggu rencana kamu, gimana kalau habis pulang sekolah kita jalan?" tanya Alexo mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Enggak ah males, mending di jemput sama mobil dari pada jalan. Capek." tolak Mora.

Alexo mendengus, tangannya terulur menarik rambut Mora. "Yang nyuruh kamu jalan siapa?"

"Kamu."

"Maksud aku kita main kemana gitu. Bukan benar-benar jalan kaki."

"Oh, bilang dong. Jangan bikin orang salah paham."

Alexo menatap datar pada Mora yang sudah berjalan meninggalkan dirinya. "Yang duluan bikin salah paham juga dia." gumam Alexo. Kemudian Alexo langsung menyusul Mora.

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang