Marcel mendekati mayat yang ada di koridor itu, mayat itu sepertinya laki-laki jika dilihat dari postur tubuhnya. "Sus, tolong bawa mayat ini ke ruang otopsi" ucap Marcel setelah meneliti beberapa saat.
Suster itu mengangguk, meski dia merasa agak ngeri melihatnya. Tapi mau bagaimana lagi, itu memang sudah menjadi tugas dirinya. "baik dok." Suster itu membawa mayat itu dengan dibantu beberapa perawat laki-laki.
Setelah melihat mayat itu sudah di evakuasi oleh tim medis, Marcel berjalan kembali menuju Samuel. Karena mayat itu sudah bukan lagi menjadi urusannya, dia akan menjadi urusan dari ahli patologi.
"Gimana sekarang?" Tanya Samuel, dia tidak terlalu peduli dengan mayat itu, karena itu bukan urusannya.
"Kita ke kamar Mora dulu dad, takutnya Mora nyari kita. Untuk urusan Alexo nanti kita cari lagi." Ucap Marcel yang diangguki Samuel.
...
Mora sedang makan sambil disuapi oleh Alexo, "Daddy kemana ya? Kenapa dia lama diluar?" Tanya Mora entah pada siapa.
Alexo mengusap sudut bibir Mora yang terdapat sebutir nasi, "mungkin bentar lagi kesini, kamu tunggu aja. Gak mungkin kan Daddy gak kembali kesini" jawab Alexo yang diangguki oleh Mora.
Tidak lama setelah Alexo mengucapkan itu, pintu kamar ruang rawat Mora dibuka dari luar. Itu Samuel dan Marcel.
Samuel dan Marcel tertegun melihat Alexo yang sudah berada di ruangan tempat Mora di rawat, mereka berdua saling pandang dengan pemikirannya masing-masing.
"Daddy sama Abang dari mana? Kenapa lama datang ke ruangan Mora?" Tanya Mora pada dua laki-laki yang masih berdiri didepan pintu.
Marcel berdehem kemudian dia berjalan menghampiri Mora, diikuti oleh Samuel." Al, lo udah lama disini?" Tanya Marcel pada Alexo tanpa menjawab pertanyaan dari adiknya.
"Dari tadi bang" ucap Alexo sambil kembali menyuapi Mora.
Samuel mengelus rambut Mora, "aku kapan pulang dad?" Tanya Mora sambil membuka mulut minta disuapi yang dituruti oleh Alexo, menyuapi Mora dengan makanan yang hanya tinggal satu suap lagi.
"Nanti ya kalau keadaan kamu udah lebih baik dari sekarang" jawab Samuel.
Mora cemberut menatap Samuel, "tapi Mora udah bosen dad, disini bau obat."
"Namanya juga rumah sakit, pasti bau obat. Kalau bau makanan itu di rumah makan" kekeh Marcel sambil mengacak rambut Mora.
....
"Kepala keluarga Mahendra ditemukan meninggal dunia, dengan keadaan yang tidak utuh dan hancur di beberapa bagian tubuhnya di rumah sakit saat menjenguk kolega bisnisnya. Saksi mata hanya mengatakan jika mereka menemukan korban sudah dalam keadaan seperti itu, di tambah cctv di lorong itu mati. Saat ini kepolisian sedang mengusut kasus ini, kepolisian menduga jika ini adalah pembunuhan." Mora melihat berita viral itu di aplikasi B.
"Lihat deh, berita ini viral banget di aplikasi B. Kira-kira menurut kamu dia dibunuh sama siapa?" Tanya Mora sambil menyodorkan ponselnya pada Alexo.
Di ruang rawat saat ini hanya ada mereka berdua, karena Marcel dan Samuel kembali pada rutinitasnya. Sedangkan Nanta mengantar Freya kembali ke rumah.
Alexo mengambil ponsel yang di sodorkan oleh Mora, dia melihat berita itu di aplikasi B. Beritanya viral sampai semua akun yang muncul di beranda tunangannya membahas hal itu semua. "Emang udah yakin kalau dia dibunuh?"
Mora mengangkat bahunya, "gak tahu sih, tapi kalau dilihat dari fotonya kayaknya iya deh. Kamu lihat aja sendiri, badan udah gak utuh sama kondisi tubuhnya hancur. Gak mungkin kalau itu bukan pembunuhan, semua orang juga pasti mikir gitu kalau lihat foto korbannya." Jelas Mora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Love Story
Historical FictionTransmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di anggap. Zea berpura-pura lemah di depan keluarganya hanya karena ingin di perhatikan, tapi mereka semua malah semakin membencinya. Sampai kejad...