Alexo sedang termenung di kamarnya. Bukannya tidak tahu, Alexo selama ini menyadari adanya perubahan pada Mora. Tidak mungkinkan jika hanya hilang ingatan membuat Mora seperti tidak peduli lagi dengan Guntur?
Bukannya tidak senang, Alexo justru bahagia. Tapi Alexo takut, jika nanti dia sudah terbuai dengan pengakuan Mora, tetapi Mora kembali mendapatkan ingatannya. Alexo harus apa? Apa perlu Alexo membunuh Guntur?
Tapi itu tidak mungkin, bagaimana pun Guntur adalah sahabatnya.
Alexo selama ini hanya pura-pura tidak menyadari kelakuan Mora, jika itu bisa membuatnya diakui sebagai tunangannya.
Sudah cukup selama satu tahun ini dia dilupakan oleh Mora, bahkan diacuhkan. Di anggap tidak lebih dari pajangan saat mengejar-ngejar sahabatnya, Guntur.
Mulai sekarang Alexo akan egois untuk kebahagiaannya sendiri, meski nanti Mora akan mendapatkan ingatannya kembali. Alexo akan mempertahankan Mora untuk tetap berada di sampingnya.
Biarlah semuanya seperti itu, lagipula Guntur sudah mempunyai kebahagiaannya sendiri, Airin. Perempuan yang tanpa mencari perhatian padanya, langsung Guntur lirik. Beda dengan tunangannya, meski mengejar selama satu tahun. Dia tetap tidak dilihat oleh Guntur.
Katakan saja jika Alexo jahat, memang dirinya akan menjadi jahat jika perjuangannya tidak di lihat, bahkan tidak dihargai.
Kalau boleh jujur, saat Alexo melihat perubahan pada diri Mora saat bangun dari komanya. Yang Mora langsung mengejar Guntur, tanpa melihat akan keberadaannya. Alexo sudah mempunyai rencana jahat untuk membuat Mora tetap berada disampingnya, meski pada akhirnya nanti Mora menatapnya dengan tatapan benci.
Tetapi melihat binar cerah di mata Mora saat melihat Guntur, membuat Alexo mengurungkan niatnya. Nyatanya, melihat kebahagiaan Mora sudah lebih dari cukup.
"Mulai sekarang, apapun yang ada digenggaman. Akan tetap berada digenggaman. Tidak peduli dengan tangisan meminta untuk dilepaskan, seorang Alexo Zyan Damora akan tetap mempertahankan apa yang sudah dia genggam!"
Ya, semoga saja. Siapa yang tahu masa depan. Berdoa saja supaya Mora tidak melihat kearah Guntur lagi.
°°°°
"Browniesnya udah jadi, sekarang tinggal mandi terus main deh ke rumah ayang. Pengen lihat rumah ayang gede atau enggaknya, biar bisa seleksi lulus jadi calon suami atau enggak."
Mora meninggalkan kue browniesnya di meja makan, dia berjalan menuju kamarnya untuk mandi dan siap-siap.
Setelah masuk kedalam kamarnya, Mora langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Sedangkan Nanta yang baru pulang main dengan teman-temannya melihat ada paper bag di meja makan. Saat Nanta membukanya, dia terkekeh saat hal yang pertama kali dia lihat ada secarik kertas dengan isi.
Jangan ada yang makan! Kalau dimakan jangan salahin gue kalau mati kejang-kejang!
"Buat siapa sih sampai gak boleh gue comot?" Nanta celingukan, melihat tidak adanya sosok Mora dia mencomot kue brownies itu satu potong. "Mumpung Mora gak lihat, gue ambil satu aja lah. Gak akan ketahuan ini."
Nanta kembali menutup paper bag itu, seakan tidak melakukan apapun Nanta berjalan menuju ruang keluarga. Dia duduk disana dan menghidupkan televisi.
Mora yang sudah selesai bersiap-siap, langsung turun ke lantai satu. Dia sudah tidak sabar mau melihat rumah masa depan.
Nanta yang melihat Mora turun pura-pura menyibukan dirinya dengan tontonannya. Dan kebetulan yang sedang Nanta tonton pertandingan sepak bola.
"Ayo, jangan mau kalah. Ya elah, bales dong bukan cuman guling-guling." seru Nanta saat melihat salah satu pemain disana dicurangi dengan tendangan dikakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Love Story
Historical FictionTransmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di anggap. Zea berpura-pura lemah di depan keluarganya hanya karena ingin di perhatikan, tapi mereka semua malah semakin membencinya. Sampai kejad...