Hoho. Lama yaaaa?😂
Hehe, maafin yaa udah lama gak up. Bawaannya males🤐
Masih ada orang kah?🤔 oh sepi ternyata.
•••••
Mora berjalan dengan lesu, hari ini adalah hari keberangkatan tunangannya menuju negara tempat dimana nanti Alexo akan menuntut ilmu selama kurang lebih empat tahun.
Berat sebenarnya melepaskan pujaan hati jauh dari jangkauan, tapi Mora juga tidak bisa egois dengan menahannya supaya terus-terusan berada di sampingnya. Mora tidak ingin di cap sebagai wanita egois, meski sebenarnya memang seperti itulah dirinya.
Dan saat ini detik-detik yang Mora malas untuk dilihat, lebih tepatnya tidak ingin melihat. Saat Alexo akan masuk ke dalam pesawat.
Mora memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat wajah Alexo yang sangat mungkin menyebabkan Mora menjadi perempuan yang cengeng.
Melihat perempuan yang dicintainya memalingkan wajah, Alexo berpamitan pada orangtuanya dan menghampiri Mora.
"By, ikhlas aku pergi?"
Mora yang sedari tadi berusaha menghalangi air matanya supaya tidak turun, malah menangis dengan kencang saat dihampiri oleh Alexo.
"Kenapa ngomong gitu, hikss..? Kamu kayak gak akan balik lagi aja." jawab Mora sambil tersenyum, tapi air matanya tetap tidak mau berhenti keluar.
Alexo tersenyum, dia tahu jika perempuan didepannya ini berat untuk mengizinkan dirinya pergi. Begitupun sebaliknya. Sebenarnya Alexo juga enggan untuk meninggalkan Mora, tapi apa boleh buat. Ini juga demi masa depan mereka.
Meski tidak menjamin akan seperti apa masa depannya, tapi Alexo selalu berpegang pendirian jika semua usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Begitupun dengan sekarang, jikalaupun nanti ternyata kehidupan mereka berbanding terbalik 180° dari sekarang, setidaknya Alexo punya skill dan pendidikan yang memadai untuk bekerja menghidupi pasangannya.
Benarkan? Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan kita kedepannya. Bisa saja yang saat ini sedang menikmati kekayaan dalam waktu singkat harta itu sudah hilang. Begitupun sebaliknya. Saat ini kita sedang susah, bisa saja satu detik setelah itu ada rezeki yang datang tanpa diduga. Seperti itulah kehidupan.
Dengan begitu Alexo mempunyai persiapan antara bekerja di perusahaan orang lain, atau mendirikan perusahaannya sendiri dari awal.
"Aku pasti bakal balik lagi by. Percaya sama aku. Ada masa depan yang harus kita raih, ada banyak impian kita berdua yang belum terwujud. Mau nunggu aku selama empat tahun? Kamu belajar yang bener disini, dan aku belajar disana. Mau?" tanya Alexo dengan nada yang lembut. Memang sejak kapan Alexo menggunakan intonasi yang keras pada Mora.
Dengan air mata yang bercucuran, Mora berhambur kedalam pelukan Alexo. Mora menangis sesegukan. "Iya. Tapi hiks kamu janji hiks bakal setia kan? Gak hiks akan lirik hiks cewek lain?"
Alexo terkekeh mendengar suara Mora, padahal mata dia juga sudah memerah. "Gak ada yang menarik dimata aku selain kamu, by." tangan Alexo masih setia mengusap punggung rapuh tunangannya.
Dengan tidak tahu dirinya, Mora mengelap ingusnya pada kaos yang dipakai Alexo. "Janji?"
Bukannya marah, Alexo malah tertawa kecil. "Janji, by. Tapi kamu juga jangan lirik cowok lain selama aku gak ada disini."
"Aku pergi sekarang ya?!" kata Alexo saat mendengar pengumuman keberangakatan pesawat Indonesia-Inggris.
Dengan tidak rela, Mora melepaskan pelukannya. "Hati-hati, jangan lupa kabarin kalau udah nyampe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Love Story
Fiksi SejarahTransmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di anggap. Zea berpura-pura lemah di depan keluarganya hanya karena ingin di perhatikan, tapi mereka semua malah semakin membencinya. Sampai kejad...