Angin mengembus masuk melalui jendela mobil yang dibiarkan terbuka, menyapu wajah putih Naura. Hampir lima belas menit selama perjalanan pulang, tidak ada pembicaraan antara Dafa dan Naura. Kalau bukan karena permintaan Damar, tidak mungkin Naura bersedia diantar laki-laki yang menjadi penyebab ia sakit. Begitu pun dengan Dafa, ia tidak mau kakaknya itu bertanya semakin dalam tentang hubungannya dengan Naura.
“Jendelanya ditutup. Ini 8 mobil lagi nyala,” tegur Dafa.
Naura tidak menjawab. Ia sibuk memandangi lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang mereka lewati.
“Dari pertigaan di depan, belok kanan apa kiri?”
“Kanan.”
Dafa berdeham. Dalam hati, ia mengutuk wanita yang ada di sampingnya ini. Harusnya Dafa yang marah, harusnya Dafa yang kesal dengan kehadiran Naura secara tiba-tiba sebagai kekasih kakaknya. Namun, sikap Naura yang dingin membuat Dafa tidak bisa apa-apa. Satu hal yang Dafa sadari, sikap cuek Naura adalah kelemahan yang sampai hari ini masih berhasil membuatnya mengalah.
“Kamu sama kakakku akan menikah, kan?” tanya Dafa yang tidak tahan dengan keheningan di antara mereka. Perjalanan masih lumayan lama, apalagi sekarang mereka terjebak macet. Maklum, Jakarta di jam-jam pulang kerja selalu dipadati kendaraan orang-orang yang ingin cepat pulang.
Naura mengalihkan pandangannya ke depan. “Iya. Kami rencana akan menikah dalam waktu dekat. Tapi, kayaknya aku harus pertimbangkan lagi.”
Dafa tertawa. “Gara-gara aku?”
Naura hanya diam. Benar, sekarang ia harus mempertimbangkan hubungannya dengan Damar yang sudah direncanakan akan ke jenjang pernikahan dalam waktu dekat ini. Damar memang sudah menyampaikan niatnya untuk memperkenalkan Naura pada keluarga seperti Naura yang sudah memperkenalkan Damar pada keluarganya. Akan tetapi, setelah tahu bahwa Dafa adalah adik Damar, laki-laki brengsek yang membuatnya hampir kehilangan harapan hidup, membuat Naura ragu.
“Tenang aja. Aku nggak bakal ganggu kamu lagi. Nggak usah ge-er, semenjak kamu pergi tiba-tiba dan nggak mengabarkan sama sekali, sejak itu juga kamu hanya orang asing yang datang kembali.” Dafa mengalihkan pandangannya ke Naura. Menatap lekat dua pasang mata yang dari dulu selalu memberi kesan teduh sekaligus menumbuhkan rasa benci dalam hatinya. Dua pasang mata yang sulit untuk Dafa lupakan dan menjadi alasan mengapa ia sulit menggambarkan mata dalam setiap karyanya.
“Kamu hanya masa lalu yang sudah lama aku lupakan. Bekas? Ah, iya. Seperti barang bekas habis pakai yang sudah seharusnya dibuang. Aku lupa, seharusnya sampah di buang pada tempatnya. Salahku juga, karena Mas Damar nggak sengaja menemukan sampah yang kuletakkan sembarangan.” Dafa tertawa mengejek. Sudah sangat lama ia ingin memperdengarkan langsung pada Naura tentang sakit hati yang tertahan.
Dafa tidak peduli dengan Naura yang menatanya tajam. Air mata wanita itu menggenang.
“Sampah?!”
Dafa kembali mengalihkan pandangannya ke depan. “Bukan begitu? Apa kamu lupa kalau kita—“
“Brengsek!”
Tamparan keras mengenai pipi Dafa. Tamparan Naura dilayangkan dengan perasaan marah yang meluap-luap itu, berhasil membuat tanda merah di pipi Dafa. Namun, pemuda itu hanya tersenyum. Ia sangat senang bisa membalas rasa sakit hati yang selama ini sering kali dialihkan pada karya-karyanya.
“Iya, benar. Aku memang sampah karena pernah suka sama orang brengsek sepertimu. Aku sampah karena pernah percaya dan memberikan semua pada orang yang tidak pantas untuk dicintai!”
Naura tidak bisa lagi menahan air matanya. Meskipun kehadiran Dafa mengingatkannya pada masa lalu yang menyakitkan, tetapi Naura tidak bisa berbohong kalau sebenarnya ada perasaan senang bisa melihat cinta pertamanya secara nyata. Namun, ia tidak menyangka Dafa akan mengatakan hal buruk seperti tadi. Naura mengira, Dafa akan minta maaf ketika mereka bertemu dan berjanji tidak akan mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baris-Bergaris
RomanceTidak ada yang bisa mengubah masa lalu. Akan tetapi, semua orang berkesempatan untuk menutupi kesalahan masa lalu dengan memperbaiki diri di masa sekarang dan masa depan nanti. Dafa Wardana merupakan anak kedua dari keluarga Wardana yang sering kali...