Semua kehilangan, jelas sangat menyakitkan. Ada tidaknya ucapan perpisahan, tidak akan mengurangi sedikit pun rasa kehilangan bagi orang yang ditinggalkan. Kepergian Dafa yang sangat tiba-tiba, memberi pukulan menyakitkan bagi semua orang. Tidak hanya dari pihak keluarga, tetapi juga orang-orang yang mengenal Damar.
Kematian Damar adalah sebuah pelajaran bagi orang lain. Sebagai manusia, kita seharusnya meninggalkan kenangan-kenangan baik agar ketika pergi, banyak orang yang mendoakan.
Mobil-mobil terparkir di sepanjang jalan kediaman keluarga Wardana. Mulai dari kerabat sampai beberapa pejabat yang mengenal Damar, turut hadir untuk mengantarkannya.
Hal itu sedikit mengobati rasa sedih di hati kedua orang tuanya. Orang tua mana yang tidak senang ketika anaknya dicintai banyak orang? Terlebih, mereka yang hadir memberi banyak cinta dan doa untuk kematian Damar.
Waktu pemakaman tiba. Tangis dan jerit pilu terdengar mengiringi prosesnya. Semua orang sakit, semua orang sedih, termasuk Mama.
Semalam, Mama bisa bersikap seolah-olah ia sudah ikhlas dengan kematian anak pertamanya di hadapan Naura dan juga yang. Namun, tidak dengan saat ini. Ia tidak bisa lagi menahan air mata dan jeritannya ketika melihat dengan mata kepala, tubuh Damar dibawa masuk ke dalam tanah.
“Damar! Jangan tinggalin Mama, Nak!” jerit Mama yang hampir ikut masuk ke dalam kuburan Damar, kalau saja Papa tidak menahannya.
“Ma, jangan kayak gini, Ma. Kasian Damar.”
“Pa, Damar, Pa. Damar pergi ...”
Jeritan pilu itu, membuat semua pelayat yang hadir ikut merasa pilu. Termasuk kedua orang tua Naura yang memutuskan untuk berpindah posisi di samping orang tua Damar.
“Bu Sarah, Ibu yang kuat, ya.”
Mama Naura merangkul Mama Damar yang masih terus menjerit memanggil putranya. Sebagai seorang wanita yang juga seorang Ibu, Mama Naura berusaha untuk menenangkan Mama Damar sampai pemakaman selesai.
Tubuh Damar sudah tertutup tanah, batu nisan sudah terpasang dengan namanya, beberapa pelayat pamit lebih dulu dan hanya menyisakan keluarga yang masih ingin tinggal di sana.
Semua orang terlalu sibuk dengan pemakaman, sampai mereka tidak menyadari Naura sama sekali tidak terlihat di sana. Wanita itu lebih memilih untuk mendampingi Dafa yang tidak sadarkan diri.
Alat bantu yang terpasang di tubuh Dafa membuat Naura tidak ingin ke mana-mana. Ia juga sengaja tidak ingin hadir di pemakaman Damar, karena merasa bersalah.
Naura merasa, kepergian Damar ada kaitannya dengan buku diary yang semalam diserahkan petugas kepolisian padanya. Buku yang tadinya hanya berisi kenangan tentang Dafa, ternyata membuat Damar cemburu dan ingin mengisi buku itu dengan kenangan tentang dirinya. Sayangnya, cara Damar sangat salah.
Kenangan yang ia tuangkan, tidak berbentuk tulisan seperti yang Naura buat untuk Dafa. Kenangan itu bisa terlihat bahkan dari sampulnya, yaitu Darah yang hampir mengubah semua lembar buku menjadi merah.
Naura menangis dan terus menggenggam tangan Dafa. Hatinya benar-benar sakit dengan kejadian tiba-tiba yang sama sekali tidak terduga.
“Daf, aku harus gimana?” tanya Naura di sela-sela tangisannya.
Penyesalan terbesar yang ia rasakan, adalah kebodohannya karena menjadi pengecut dan pengkhianat secara bersamaan. Naura pengecut karena bertahun-tahun menyembunyikan masa lalunya dari Damar yang jelas-jelas sangat mencintainya.
Damar tidak pernah menuntut Naura dan selalu menerima wanita itu apa adanya. Jika dibilang beruntung, Naura sangat beruntung pernah dicintai oleh lelaki baik seperti Damar.
Namun, bisa-bisanya ia mengkhianati cinta tulus itu dengan kembali menaruh rasa pada orang yang pernah membiarkannya pergi begitu saja. Pada Dafa yang jelas-jelas tela menghancurkan mimpi-mimpinya. Meskipun hubungan Naura dan Dafa tidak berlebihan, tetapi jelas itu adalah bentuk pengkhianatan.
Selingkuh itu, bukan hanya ketika dua orang yang salah satu atau keduanya sudah memiliki pasangan, mereka tidur bersama atau jalan berdua. Seseorang juga dikatakan selingkuh, ketika hatinya lebih condong pada seseorang yang bukan pasangannya.
Naura yang menyadari hal itu, hanya bisa meratapi semua yang terjadi. Waktu tidak bisa diputar, sesuatu yang sudah berlalu tidak bisa diulang, yang bisa Naura lakukan hanya menyesali semua kebodohannya. Memang, akan sulit untuk memperbaiki kaca yang sudah pecah. Namun, ia bertekad menyatukan potongan-potongan kaca meski nanti akan ada bekas pecahnya.~oOo~
Hari demi hari terus berlalu. Naura masih perlu beradaptasi dengan luka baru setelah kehilangan Damar. Ia banyak menghabiskan waktu untuk menunggu Dafa sadar sambil melanjutkan cerita baru. Cerita yang seharusnya berakhir bahagia, justru ditulis dengan air mata.
Cerita tentang Damar sebagai tokoh utama, yang sudah sangat lama ditentukan tema serta dibuat kerangkanya, harus dirombak seluruhnya. Naura memilih untuk mengabadikan luka yang ia rasakan, melalui karya.Hal itu ia lakukan, agar rasa bersalah akan terus ia ingat selama-lamanya. Serta bisa memberikan pelajaran untuk orang yang membaca, agar mereka tidak melakukan kesalahan yang sama dengannya.
Ketika menuangkan semua ingatannya tentang Damar dalam bentuk tulisan, Naura teringat satu hal. Seharusnya, hari ini adalah hari bahagia mereka. Hari saat Damar mengikat Naura sebagai istri yang sah.Namun, semua itu hanya menggantung menjadi harapan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Saat sedang fokus mengetik, terdengar suara ketukan yang mengalihkan fokusnya. Naura beranjak dari tempat duduk untuk melihat siapa yang datang.
“Tante?”
Mama Dafa membawakan sarapan untuk Naura. Ada alasan lain yang membuat Naura memilih untuk selalu bersama Dafa. Sekarang, Naura menyadari satu hal. Kedua orang tua Dafa, sama sekali tidak peduli dengan keadaan putra kedua mereka.
Bahkan, Naura pernah mendengar Mama Dafa mengatakan hal yang tidak seharusnya. “Kenapa harus Damar yang pergi? Kenapa bukan Dafa saja?”Bagaimana bisa, seorang Ibu tega mengatakan hal seperti itu? Apakah Dafa benar-benar anak kandungnya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang saat ini muncul di benaknya ketika melihat kedua orang tua Dafa.
“Tante mau jenguk Dafa, kan?”
“Nggak, kok. Tante ke sini mau ngantar sarapan sekalian ada urusan sama pihak rumah sakit tentang Damar.”
“Tante nggak mau bicara dulu sama Dafa? Dafa pasti senang kalau tau mamanya jengukin dia.”
Mama Dafa tersenyum, “nanti aja. Tante pergi, ya. Kamu jangan lupa makan.”
Naura hanya menghela napas dan kembali menutup pintu setelah kepergian Mama Dafa. Ia meletakkan bekal yang diberikan tadi di atas nakas samping tempat tidur Dafa dan menatap wajah pemuda itu.
“Daf, kamu kapan sadarnya, sih? Aku nggak ada teman cerita. Aku pengen bilang, maaf karena selama ini nggak pernah jadi teman yang baik buat kamu. Aku nggak pernah tau, ternyata selama ini kamu kurang kasih sayang dari orang tua, ya.”
Naura menunduk dan perlahan air matanya menetes lagi. Ia juga membenci dirinya sendiri yang tidak bisa menahannya. Air mata Naura seolah tidak lelah terus-menerus membasahi pipinya. Naura sendiri yang capek, matanya membengkak, raganya juga lelah. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmati kesedihan ini.
Naura menyeka air matanya dengan kasar. Ia menggenggam tangan Dafa.
“Daf, aku janji, kalau kamu sadar nanti, aku akan cerita semuanya, tanpa terkecuali.”
Naura meletakkan kepalanya di atas lengannya dan melihat wajah Damar. Banyak hal yang sedang ia pikirkan, tetapi Naura memilih untuk menyimpannya dan akan ia katakan nanti.
Setelah merasa cukup tenang, Naura memperbaiki posisi duduknya. Ia ingin kembali menulis. Namun, tiba-tiba saja Naura merasakan pergerakan jari Dafa yang sedang digenggamnya.
“D-dafa ...”
Naura mendekatkan wajahnya ke telinga Damar dengan posisi tangannya masih menggenggam tangan pemuda itu.
“Daf, kalau kamu dengar aku, coba gerakkan jari kamu sekali lagi.”
Jari Dafa bergerak sekali lagi seperti permintaan Naura. Naura tersenyum dan segera memanggil dokter untuk mengecek keadaan Dafa.To be continue...
☆☆☆
Terima kasih sudah membaca 🙏
Sampai ketemu lagi👋☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Baris-Bergaris
RomanceTidak ada yang bisa mengubah masa lalu. Akan tetapi, semua orang berkesempatan untuk menutupi kesalahan masa lalu dengan memperbaiki diri di masa sekarang dan masa depan nanti. Dafa Wardana merupakan anak kedua dari keluarga Wardana yang sering kali...