Masa lalu memang tidak bisa diulang, tetapi bisa dijadikan pelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa kini dan masa depan nanti. Hubungan Dafa dan Naura yang berakhir karena tidak adanya saling terbuka, membuat keduanya hanya bisa menangis meratapi kebodohan masing-masing.
Dafa menggenggam tangan Naura dan berulang kali mengucapkan maaf karena tidak menemaninya dimasa-mas sulit. Naura hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Kebencian pada Dafa, kini berganti menjadi perasaan lapang luar biasa.
Andai waktu bisa diputar, Naura mungkin akan mengambil langkah lebih cepat untuk mengatakan semuanya pada Dafa. Namun, yang lalu biar saja berlalu. Hal yang bisa Naura lakukan saat ini adalah berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi seperti pesan dari Damar dalam suratnya.
Hujan benar-benar berhenti, tetapi tidak dengan penyesalan yang Dafa rasakan. Air mata masih membasahi pipi.
“Daf, aku udah maafin kamu. Mulai sekarang, kita perbaiki semuanya, ya.”
“Tapi gimana caranya? Aku udah jadi Ayah yang buruk buat anak kita sampai-sampai dia meninggal,” tutur Dafa disela-sela tangisnya.
Naura tersenyum dan kembali menggenggam tangan Dafa. “Dafa, aku dan kamu pernah gagal sebagai orang tua. Itu karena kita sama-sama nggak siap. Aku yakin, kalau kita sama-sama mau berubah, sama-sama mau belajar untuk bisa jadi lebih baik lagi, pasti suatu saat kita bisa jadi orang tua yang baik. Aku nggak mau, Daf. Terus-terusan hidup dalam penyesalan dan kebencian.”
Dafa memandangi Naura. “Naura, apa kamu mau bantu biar nggak nyesal lagi?”
“Aku hanya orang lain, Daf. Mas Damar pernah coba buat bantuin aku keluar dari masa lalu. Tapi, pada akhirnya dia terluka karena aku sendiri nggak punya keinginan untuk perbaiki diri. Mau sebesar apapun usaha orang lain bantuin kamu untuk merasa baik, pada akhirnya kunci kebahagiaan hanya ada pada dirimu sendiri.”
Dafa mengangguk dan tersenyum. Ia membenarkan perkataan Naura. Selama ini, ia bukan tidak bisa berdamai dengan masa lalu, tetapi Dafa sendiri yang tidak mau melakukan itu.
“Udah malam, nih. Pulang, yuk. Aku takut dicariin,” ajak Naura.
Damar mengangguk dan melepaskan tangan Naura. Keduanya berjalan bersamaan menyusuri lorong menuju jalan besar. Selama perjalanan itu, baik Dafa dan Naura hanya bisa diam. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lebih tepatnya, pada pertanyaan tentang perasaan satu sama lain.
“Naura—““Dafa—“
Keduanya saling berpandangan ketika sama-sama memanggil nama. Dafa dan Naura memiliki pertanyaan yang sama.
“Kamu duluan,” ucap Dafa.
“Nggak, kamu aja duluan.”
Dafa tersenyum dan menggenggam tangan Naura. “Dengerin baik-baik, ya.”
Naura merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari seharusnya. Ia benar-benar tidak bisa menatap mata Dafa yang saat ini memandangnya dengan serius.
“Aku ingin memulai semuanya dari awal. Aku ingin, kita yang pernah sama-sama salah, yang pernah sama-sama melakukan hal yang tidak seharusnya dan sama-sama berbuat dosa, memperbaiki semua itu sama-sama. Berdua, sampai tua.
“Anak yang pernah meninggal karena kesalahan yang kita lakukan, memang tidak akan pernah kembali dan terganti. Namun, aku ingin kita bisa sama-sama belajar menjadi orang tua untuk anak-anak lain.”
![](https://img.wattpad.com/cover/320817623-288-k943229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baris-Bergaris
RomanceTidak ada yang bisa mengubah masa lalu. Akan tetapi, semua orang berkesempatan untuk menutupi kesalahan masa lalu dengan memperbaiki diri di masa sekarang dan masa depan nanti. Dafa Wardana merupakan anak kedua dari keluarga Wardana yang sering kali...