09 : Unexpectedly Second Kiss

350 50 15
                                    

Jay memilih untuk tidak masuk ke sekolah dalam beberapa waktu, karena tak mungkin pergi dengan wajah lebam. Chaeyoung pergi ke sekolah seperti biasanya dan Chaeyoung tak sengaja bertemu dengan Sunghoon. Chaeyoung langsung menghampiri Sunghoon dengan segera.

"Sunghoon, maafkan aku, sudah menganggumu dengan mengirimimu pesan dan menelepon terus" kata Chaeyoung
"Iya, maaf aku kemarin sedang latihan dan tidak membaca chatmu. Apa kamu baik-baik saja?" bohong Sunghoon
"Iya, aku baik-baik saja. Sebenarnya kemarin terjadi sesuatu yang membuatku sangat ketakutan" kata Chaeyoung

Sunghoon sebenarnya sudah tahu, hanya ia memilih menyembunyikannya dari Chaeyoung.
"Melihatmu sekarang sudah baik, pasti ada yang menyelamatkanmu, bukan?" ucap Sunghoon
Chaeyoung mengangguk, ia tidak mungkin bilang Jay yang menyelamatkannya. Entah Sunghoon juga dalam keadaan hati yang tak begitu baik beberapa waktu ini.

Jay memutuskan untuk bermain game seharian dan makan ramyeon. Chaeyoung pun pulang lebih cepat, dan tak singgah kemanapun karena ia merasa bertanggungjawab terhadap kondisi Jay. Tepat didepan apartemen, Chaeyoung mendapatkan kiriman paket dari orangtuanya.

"Kamu sudah pulang?" tanya Jay

Chaeyoung mengangguk. Ia ingin masak untuk Jay, tapi Jay menolak. Ia enggan merepotkan Chaeyoung.

"Kamu dapat kiriman paket? Dari siapa?" tanya Jay
"Orangtuaku" jawab Chaeyoung
"Hah, bagaimana kalau orangtuamu tahu aku tinggal denganmu? Kamu ingin orangtuamu salah paham denganku?" tutur Jay
"Tak perlu khawatir. Orangtuaku jarang datang ke Seoul.. setidaknya aku bisa mengulur waktu sampai masalah ini selesai. Oh ya, aku akan masak untuk makan malam sebentar. Tapi aku ingin berberes terlebih dahulu " ucap Chaeyoung
"Baiklah. Asal tidak ada pernah yang tahu" kata Jay

Sore menjelang malam, Chaeyoung sibuk menyiapkan banyak makanan untuk dirinya dan Jay. Membuat Jay terkejut bukan main.
Chaeyoung memasak beberapa jenis makanan yang bisa ia masak.

"Kamu masak sebanyak ini? " tanya Jay terkejut
Chaeyoung mengangguk. "Ya, sebagai ungkapan terima kasihku"
"Seharusnya kamu tak perlu melakukannya" kata Jay
Chaeyoung berdiri sambil tersenyum mengambil gelas di atas rak, tapi karena gelasnya cukup berada diatas, Chaeyoung susah mengambilnya sampai Jay sudah berada dibelakangnya dan mengambil gelas tersebut. Chaeyoung sedikit kikuk dan malu, hanya terdiam hingga Jay duduk dan makan hasil masakannya.

"Bagaimana? Enak?" tanya Chaeyoung
Jay terdiam cukup lama, tapi menunjukkan wajahnya cukup sedih. "Enak"

Chaeyoung merasa ada sesuatu pada diri Jay, apakah makanannya tidak enak?
"Tapi kenapa wajahmu seperti itu? Jangan sampai tidak enak, ya?" tanya Chaeyoung
"Hanya.. hanya saja, masakanmu membuatku jadi teringat ibuku" jawab Jay
"Oh, ibumu. Di Amerika ya? Kamu bisa makan kalau sudah kembali kesana" kata Chaeyoung
"Bukan. Ibuku sudah tiada, sekarang yang tinggal di Amerika adalah ibu tiriku" ucap Jay

Chaeyoung hanya terdiam, di balik kesempurnaan seorang Jay, ternyata hidupnya tidak semulus itu.

"Jadi ayahmu menikah lagi?" tanya Chaeyoung
Jay mengangguk. "Ya, sekitar tiga tahun lalu. Tapi hanya aku yang belum bisa menerima semua ini, itulah alasan aku ke Korea"
"Bagaimana ayahmu? Apa ia tidak melarangmu?" tanya Chaeyoung
"Aku pun tidak tahu, ia mengizinkanku kembali ke Korea, tapi akses ku dibatasi. Itulah mengapa aku tak bisa mencari apartemen baru" jawab Jay
"Sungguh berat ya. Aku turut prihatin denganmu, Jay. Aku paham mengapa kemarin pikiranmu begitu kacau" kata Chaeyoung

Tinggal bersama membuat mereka seperti sepasang kekasih atau pasangan, mereka saling berbersih dan merapikan apartemen bersama. Chaeyoung mendapatkan kiriman berupa alat pijat portable dari ibunya, membuat Jay yang duduk ditepi ranjang terkekeh saat Chaeyoung membuka paket.

"Orangtuamu sampai mengirimmu alat pijat? Wah" celetuk Jay
"Iya. Aku tidak tahu juga.. orangtuaku mengatakan mereka juga membelinya, jadi aku juga diberikan. Kamu ingin mencobanya untuk pertama?" tanya Chaeyoung
"Untuk apa? Kamu saja.. kenapa juga harus aku?" kekeh Jay sambil lanjut memainkan handphone.

Huft. Aku berusaha untuk menjadi akrab tapi ia menanggapinya dengan lelucon.

Chaeyoung mengambil kursi dan naik ke atas kursi untuk menaruh paket. Ia menaruh paket diatas lemari, tapi ia kehilangan keseimbangan.
Jay menyadari hal itu berusaha menahan agar Chaeyoung tidak jatuh, namun malah Chaeyoung jatuh didalam pelukannya di ranjang dan dengan posisi yang tidak diharapkan dan ... bibir keduanya bertemu.

Cup!

Chaeyoung membulatkan matanya tatkala bibirnya benar menyentuh bibir Jay. Begitupun dengan Jay, ia terkejut bukan main. Chaeyoung langsung bangkit berdiri dan malah menampar pipi Jay.

Astaga!

"Hei, kamu sengaja ya?" marah Chaeyoung
"Kamu pikir aku sengaja untuk itu? Seharusnya kamu berterima kasih karena aku menolongmu.. malah aku ditampar" protes Jay

Chaeyoung kesal. Mengapa Jay yang mengambil ciuman darinya? Untuk kedua kali? Ia hampir lupa, bibir mereka tak sengaja pernah bersentuhan dan kali kedua ini bibir mereka benar saling bersentuhan dan sungguh menempel satu sama lain.

"Tapi ini ciuman pertamaku. Kamu mengambilnya, kamu tahu aku menjaga ini untuk pria yang aku cintai. Haish, menyebalkan sekali! Jangan dekat denganku" kata Chaeyoung sambil mengusap bibirnya

"Kamu pikir aku mau ciuman denganmu juga? Aku juga tak mau dekat denganmu.. aku juga tidak mau menciummu" kata Jay

Chaeyoung tak bisa berbicara apapun, ia keluar dari kamar sambil memegang bibirnya. Sedangkan, Jay di dalam kamar, hanya memegang pipinya yang ditampar barusan.

"Baru kali ini.. aku melihat karena ciuman mendapat sebuah tamparan" ucap Jay

Namun beberapa saat kemudian ia tersenyum.
"Tapi, not bad juga.." gumam Jay

Author Note

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author Note

Gais sejauh ini gimana? Aku beberapa waktu sangat hectic bahkan agak sulit menulis karena kondisi yang hectic dan tak terduga T.T)/

Stuck With You (JAY X ISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang