1822
Liliya berlari keluar dari rumah begitu sang ibu selesai berbicara. Di pintu belakang, seseorang telah menunggu. Sang kekasih tercinta, Leighton. Lelaki itu mengulurkan tangan kepada Liliya untuk membantunya naik ke atas kuda yang sudah ditunggangi Leighton. Setelah Liliya duduk dengan cukup nyaman di depan Leighton, kemudian mereka pun meninggalkan keributan yang mulai terjadi di kediaman Keluarga Floyd.
Dengan menembus malam, Liliya dan Leighton menunggangi kuda melewati hutan yang membatasi Ardes County dengan pegunungan Espen. Leighton hanya terus fokus ke depan melajukan kudanya karena prioritas lelaki itu adalah menyelamatkan Liliya. Sedangkan Liliya sendiri dipenuhi kecemasan karena memikirkan nasib ayah dan ibunya. Tangan perempuan itu nyaris semalaman menyatu di depan dada untuk mendoakan keselamatan kedua orang tuanya.
Saat nyaris pagi dan matahari mulai menampakkan dirinya, Leighton dan Liliya pun berhasil melewati hutan Atalaxis dan sampai di padang rumput yang terletak pada kaki pegunungan Espen. Leighton pun menghentikan kudanya saat tiba di padang rumput. Dia memutuskan untuk mengajak Liliya beristirahat di padang rumput terlebih dahulu.
"Bagaimana jika mereka berhasil mengejar kita, Lei?" tanya Liliya dengan cemas saat dia sudah berhasil turun dari kuda dengan aman.
"Tidak akan, percayalah kepadaku. Kita akan aman," ucap Leighton sembari mengelus kepala Liliya.
Sehingga dengan hal tersebut, Liliya juga hanya bisa menurut dengan keputusan Leighton. "Istirahat dulu ya, Lii. Nanti kita lanjut jalan lagi. Sabar aja. Kalau mau tidur-tidur dulu."
Setelah itu, Liliya sempat menanyakan sesuatu sebelum tidur. "Lei, … Ayah dan Ibu, apa mereka akan baik-baik saja?" Leighton menatap Liliya dengan mata sendunya. Tatapan sedih sekaligus mengasihi bercampur menjadi satu di sana. Kemudian lelaki itu mengangguk pelan sembari mendudukkan tubuh di samping kekasihnya.
"Mereka akan baik-baik saja, Lii." Sekali lagi Leighton berusaha menenangkan Liliya dengan mengelus puncak kepala perempuan itu.
Liliya berusaha untuk tidur meskipun dia tidak mengantuk karena hatinya terlalu gelisah, tetapi sebisa mungkin dia memejamkan mata. Liliya berusaha meredakan rasa gelisahnya dengan menggenggam tangan Leighton yang membuat perempuan itu sempat tertidur sejenak. Akan tetapi cahaya matahari pagi dan rasa gelisah yang masih tersisa membuat tidurnya tidak berlangsung lama.
Saat terbangun, Liliya mendapati Leighton tidak ada di sampingnya. Akan tetapi, barang-barang dan kuda lelaki itu masih di sana. Jadi tidak mungkin Leighton meninggalkan Liliya sendiri. "Di mana Leighton?" gumam Liliya. Kemudian rasa panik mendatangi perempuan itu saat memikirkan bahwa mungkin saja Leighton diserang binatang buas.
Namun, tiba-tiba Leighton muncul dari dalam hutan sembari membawa beberapa tangkai lili putih di tangannya. Leighton memberikan bunga tersebut kepada Liliya. Dengan senang hati, tentu saja Liliya menerima bunga tersebut. Dipandanginya bunga itu sembari tersenyum.
"Liliya," panggil Leighton yang membuat Liliya mengalihkan pandangan kepada lelaki itu. Mata Leighton memancarkan kesedihan. "Maafkan aku … mereka … mereka berhasil menangkap orang tuamu dan … adikku."
Leighton mengeluarkan sebuah pistol dari balik tubuhnya. Sembari menatap Liliya dengan mata yang sedih, Leighton mengangkat pistolnya ke arah kepala Liliya. "Maafkan aku … mereka mengancam akan membunuh adikku … ." Liliya terdiam sejenak.
"Lei, … lakukanlah. Tidak apa-apa. Cepat atau lambat, mereka juga akan menangkapku. Jadi lebih baik aku mati ditanganmu, Lei. Setidaknya, di tanganmu aku tidak perlu mati tersiksa." Liliya tersenyum menatap Leighton yang sudah mengucurkan air mata.
Gumpalan rasa sedih menyelimuti Liliya tepat sebelum bunyi tembakan terdengar. DOR! Selama sepersekian detik, Liliya masih sempat merasakan besi panas yang menembus kepalanya. Hingga akhirnya, tidak ada lagi yang tersisa untuk dirasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasyIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...