Bab 2. Kutukan Kurir

52 10 0
                                    

"Halo, Kak. Saya kurir PT. Isekai yang mau mengantarkan barang dari museum Kota Velkan. Apakah benar ini dengan pihak museum Kota Ardes?" tanya suara berat dari seberang yang membuat Ivana menyimpulkan bahwa si penelepon adalah seorang lelaki.

"Benar, Pak. Apakah kirimannya sudah sampai?" tanya Ivana dengan suara yang ramah.

"Iya, Kak. Saya sudah di depan," ucap kurir tersebut.

Setelah itu, Ivana langsung meninggalkan meja kerjanya dan berjalan secepat mungkin menuju pintu depan museum. Benar saja, di luar gerbang museum, sudah berhenti sebuah mobil boks yang dihadang oleh satpam museum. Hal ini karena memang jam kerja museum sudah berakhir, sehingga seluruh tamu yang masuk hanya bisa dilakukan dengan izin dari kurator atau asisten kurator.

"Pak, tolong dibuka, ya. Itu kiriman lukisan," ucap Ivana kepada sang satpam. Sebenarnya Ivana sedikit berpikir, kenapa si satpam tidak mengetahui bahwa akan ada lukisan datang. Padahal biasanya Astor Dream selalu memberitahu nyaris seluruh pegawai museum saat akan ada kiriman datang.

"Baik, Kak." Kemudian gerbang pun terbuka dan mobil boks dapat masuk ke halaman museum.

"Pak, memang tidak ada pemberitahuan dari Pak Astor Dream jika akan ada kiriman lukisan?" lanjut tanya Ivana.

Si satpam menggelengkan kepala. "Sebenarnya kemarin Bapak bilang akan ada kiriman lukisan, tetapi baru akan diantar hari ini. Dari museum Kota velkan, kan, Kak?" tanya sang kurir untuk memastikan.

"Iya, dari sana, kok."

"Nah, saya kira lukisannya akan sampai besok. Tapi ternyata hari ini sudah," jelas sang satpam cukup masuk akal bagi Ivana karena perempuan itu pun memperkirakan hal yang sama.

"Tidak biasanya juga secepat ini, sih. Apa mungkin karena ganti ekspedisi?" gumam Ivana pada akhir kalimatnya sembari berjalan menghampiri mobil boks yang sudah terparkir dan membuka pintu belakangnya.

Ivana mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Astor Dream. Setelah dering ketiga, Astor Dream pun mengangkat telepon dari Ivana. "Halo, Iv. Ada apa?" tanya Astor Dream dengan suara kurang jelas. Terdengar suara yang begitu bising dari seberang sana.

"Ini lukisannya dan propertinya sudah datang," lapor Ivana kepada bosnya.

"Eh, sudah? Saya kira besok. Ya, sudah. Ya, sudah. Saya akan segera kembali ke sana dan langsung memasang lukisannya, tolong cek dulu figuranya di gudang." Setelah itu sambungan telepon terputus begitu saja. Padahal Ivana masih mau menanyakan beberapa hal terkait peletakkan barang. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Ivana sepertinya memang harus menunggu Astor Dream. Jadi sementara ini yang terpenting adalah mengeluarkan barang-barang dari mobil box karena tidak mungkin Ivana menahan si kurir dan mobil boksnya sampai Astor Dream tiba.

Maka, setelah itu pertama-tama, si sopir mengeluarkan dahulu properti yang dipinjam Astor Dream, ternyata properti itu berupa kursi dan meja. Berhubung Ivana tidak mendapatkan informasi di mana dia harus meletakkan properti tersebut, perempuan itu pun hanya memberikan instruksi kepada sang kurir untuk meletakkannya ke dalam gudang saja agar nanti Astor dream bisa mengaturnya sendiri.

Setelah itu giliran sang kurir untuk mengeluarkan lukisan The Smile You Gave. Lukisan berukuran 300cm x 150cm tersebut pun digotong oleh dua orang-si kurir dan satpam museum. Sementara Ivana sudah masuk terlebih dahulu ke dalam museum untuk menunjukkan tempat di mana lukisan The Smile You Gave harus diletakkan.

Berhubung lukisan The Smile You Gave ini merupakan salah satu lukisan utama yang dipamerkan, lukisan tersebut pun di letakkan di aula utama yang teletak di kiri dari pintu masuk. Kemudian Ivana meminta agar lukisan The Smile You Gave diletakkan saja terlebih dahulu di bawah tempat lukisan tersebut seharusnya digantung.

The Past of LiliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang