Bab 20. Laporan Keuangan

9 2 0
                                    

"Nona Liliya, Tuan meminta Nona untuk menemuinya di ruang kerja," ucap Adrina berbarengan saat datang ke kamar Liliya untuk mengoleskan obat memar.

Mendengar bahwa dirinya dipanggil saja sudah membuat hati Ivana tidak tenang. Apa lagi ini? "Kalau begitu, tolong antarkan aku ke ruang kerja Ayah," pinta Ivana karena perempuan itu belum mengetahui letak ruang kerja George.

Awalnya Adrina diam sejenak sembari tangannya masih terus mengoleskan obat memar. Akan tetapi, kemudian dia menjawab, "Baiklah, Nona."

Lalu setelah selesai mengoleskan obat, Adrina pun mengantarkan Ivana ke ruang kerja George yang berada di lantai satu. Di dalam ruang kerjanya, George tampak sedang sibuk menuliskan sesuatu di atas kertas. Mungkin menyangkut pekerjaan.

Tok, tok, tok. Ivana mengetuk pintu yang sudah terbuka untuk sekedar memberi tanda bahwa dirinya sudah tiba seperti permintaan George. Akan tetapi, sepertinya lelaki itu enggan repot-repot untuk sekedar mendongakkan kepala. "Masuklah dan duduk di sofa." Ivana menurut lalu masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa sesuai dengan instruksi George. Sementara Adrina pun segera kembali melanjutkan pekerjaannya yang lain.

"Kerjakan laporan keuangannya seperti biasa," lanjut George yang membuat Ivana bingung.

Mengerjakan laporan keuangan? Bagaimana caranya? Ivana anak seni rupa bukan anak akuntansi.

Selama beberapa saat, Ivana hanya menatap lembaran-lembaran kertas yang menumpuk di hadapannya. Sampai George kembali bersuara. "Kenapa diam saja? Apa kamu tuli sampai tidak bisa mendengar perintahku?!" George setengah membentak.

Ivana pun buru-buru menyentuh tumpukan kertas yang berada di depannya. Lalu setelah sedikit membaca, ada beberapa hal yang Ivana tangkap. Tumpukan kertas yang berada di sisi kanan Ivana–yang sampulnya berwarna hijau–adalah laporan keuangan Ardes County. Sementara yang berada di sisi kiri adalah tumpukan laporan keuangan dari beberapa pecahan wilayah Ardes County–sampulnya berwarna merah.

Kemudian hal lain yang Ivana tangkap adalah fakta bahwa itu merupakan laporan keuangan bulanan. Akan tetapi, seharusnya laporan keuangan Ardes County yang masih kosong, baru kemudian nanti laporan milik Ardes County diisi berdasarkan laporan wilayah yang lebih kecil. Akan tetapi, ini terjadi sebaliknya. Laporan keuangan Ardes County sudah ada untuk bulan ini, bahkan untuk perincian masing-masing pecahan wilayah juga sudah ada di buku laporan keuangan Ardes County. Sedangkan pada buku laporan dari pecahan-pecahan wilayah masih kosong.

Yah, meskipun Ivana bukan anak akuntansi. Akan tetapi, hal seperti itu bisa dilogika bahwa ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang beruasaha di manipulasi. "A–ayah, apakah aku harus mengisi buku-buku merah sesuai dengan yang ada di buku hijau?" Ivana memberanikan diri bertanya untuk memastikan.

"Apakah kamu mau drama kehilangan ingatan setelah aku pukuli kemarin? Sudah jelas seperti biasa, masih saja bertanya. Memang tidak berguna."

Rasanya, ingin sekali Ivana menjawab ucapan George dengan balasan yang sama pedasnya. Sayangnya, perempuan itu segera mengurungkan niat setelah teringat kejadian kemarin. Perempuan itu tidak mau menambah luka ruam lagi. Ivana pun segera menyelesaikan tugasnya agar dia bisa segera meninggalkan ruang kerja George. Tempat itu terlalu mencekam.

Sembari mengerjakan yang perlu dikerjakan, Ivana terus memikirkan hal apa yang mungkin membuat sebuah laporan keuangan dimanipulasi. Dari semua hal yang terpikirkan oleh Ivana. Satu-satunya yang masuk akal adalah korupsi. Akan tetapi, Ivana tidak bisa begitu saja memutuskan tanpa bukti.

***

Sepergian Ivana usai menyelesaikan tugas yang diberikan George, lelaki itu masih fokus meneruskan pekerjaannya. Tiba-tiba Amelia Ann datang menghampiri sembari membawakan secangkir teh untuk George dan sembari tersenyum tipis, George menerima teh tersebut lalu diminumnya. Bukankah sepasang suami istri selalu begitu? Terkadang mesra, terkadang bertengkar, adu mulut, lalu berbaikan. Hanya yang berbeda adalah intensitas pertengkaran dan besaran rasa sakit yang harus dirasakan satu sama lain.

Setelah memberikan teh, Amelia Ann tidak langsung meninggalkan ruang kerja George. Perempuan itu menyempatkan diri untuk duduk di sofa. Diperhatikannya sang suami dengan begitu banyak hal berkecamuk di dalam kepalanya.

"Apakah kamu mengetahui bahwa akhir-akhir ini Liliya tampak dekat dengan anak lelaki keluarga Hinton?" tanya Amelia Ann untuk memulai pembicaraan karena topik ini sudah mulai menjadi gosip di mana-mana.

George menganggukkan kepala. "Rega Hinton, bukan? Aku mengetahuinya," jawab George sembari menatap Amelia Ann.

"Hemm … itu sudah menjadi topik bergosip dibanyak tempat." Amelia Ann agak khawatir dengan nama baik Keluarga Floyd. Sebab jika terjadi sesuatu yang sampai membuat George marah, lelaki itu juga pasti akan menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.

"Baguslah," jawab George yang tidak Amelia Ann duga. "Aku dan Herminio juga sedang berencana untuk menjodohkan mereka. Jika memang mereka sudah dekat, pasti akan lebih baik."

"Liliya? Dan Rega? Apakah kamu yakin George? Lalu bagaimana dengan hubungan Liliya dan Leighton? Jangan lupa bahwa anak itu mengetahui rahasiamu." Sebenarnya kedua orang tua Liliya sudah mengetahui bahwa anak mereka berhubungan dengan seorang prajurit kerajaan dan tanpa sengaja prajurit itu mengetahui rahasia George mengenai rencana kudeta.

"Mereka sudah tidak berhubungan lagi," jawab Leighton dengan tenang. Amelia Ann mengerutkan dahi, pantas saja perempuan itu jarang melihat kehadiran Leighton di sekitar rumah akhir-akhir ini.

"Bagaimana bisa?" tanya Amelia Ann yang bingung.

George mengedikkan bahu. "Entahlah, aku tidak mengetahui bagaimananya. Akan tetapi, sepertinya Liliya yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Sebab sebelum kita ke luar kota kemarin, Leighton sempat menemuiku. Dia mengancamku untuk menyuruh Liliya agar setuju berhubhngan kembali dengannya. Jika tidak setuju, dia akan membocorkan rahasiaku tentang kudeta," jelas George cukup panjang.

Setelah mendengar penjelasan George, Amelia Ann cukup terkejut dengan cerita George. Sampai-sampai perempuan itu sempat menutup mulutnya sendiri. Pertama, Amelia Ann terkejut karena Liliya mengakhiri hubungannya dengan Leighton. Hal ini karena selama ini, Liliya tampak sangat mencintai dan bergantung pada Leighton. Kedua, Amelia Ann terkejut dengan fakta bahwa Leighton sampai mendatangi George bahkan mengancam suaminya itu. Padahal Leighton terlihat seperti pria baik-baik.

"Lalu bagaimana? Apakah kamu akan tetap menjodohkan Liliya dengan Rega?" tanya Amelia Ann khawatir.

"Ya," jawab George sembari menganggukkan kepala yakin. "Lagi pula, kesaksian satu orang saja tidak akan cukup untuk membuatku ditangkap, Ann. Selain itu, aku juga yakin bahwa anak itu tidak memiliki bukti yang cukup."

"Selain itu, akan lebih aman juga untukku jika Liliya menikah dengan Rega. Jadi tenang saja, biar aku yang mengurus semuanya," putus George sepihak.

***

Tok, tok, tok. Amelia Ann mengetuk pintu kamar Liliya yang sudah terbuka. Bukan untuk kesopanan atau meminta izin agar bisa masuk ke dalam kamar anaknya itu. Akan tetapi, untuk membangunkan Liliya.

Semenjak Ivana terlempar ke dalam tubuh Liliya, perempuan itu jadi tidak bisa memegang gadget. Sehingga yang Liliya lakukan saat tidak ada pekerjaan hanyalah tidur. Apa lagi tiga hari terakhir, Ivana tidak berhasil mendapatkan petunjuk apa pun lagi terkait kudeta. Jadi … yah, sudahlah. Tidur saja terlebih dahulu.

Namun, siang ini Amelia Ann membangunkan Ivana yang sedang nyenyak-nyenyaknya tidur. "Liliya, bangun!" teriak Amelia Ann untuk kesekian kalinya.

Sebenarnya Ivana sudah setengah sadar, tetapi dia agak enggan untuk membuka malas. Perempuan itu sedang malas meladeni kedua orang tua temperamental di rumah ini. Anggaplah Ivana tidak sopan, tetapi memang anak muda mana yang tidak akan malas jika berada di posisi Ivana?

Meskipun begitu, ternyata sebuah kalimat berhasil mengalahkan kemalasan Ivana. "Liliya, bangun! Keluarga Hinton akan bertamu! Sekarang kenapa kamu jadi semakin sulit dibangunkan?!"

Keluarga Hinton? Rega? Ivana membuka mata seketika.

"Cepat bangun dan segera bersiap-siap!"

The Past of LiliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang