“Selesaikan yang perlu diselesaikan.” Kalimat tersebut berhasil mengingatkan Ivana pada suara yang dia dengar sebelum perempuan itu terbangun di dalam raga Liliya.
Ivana meletakkan kembali buku itu ke dalam tempatnya semula kemudian menutup lacinya. Sembari mondar-mandir berkeliling kamar Liliya, Ivana memikirkan tentang apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Dingin yang menusuk tulang Ivana semalam, membuat perempuan itu merasa tidak mungkin semua ini hanya mimpi. Dari apa yang Ivana ketahui, rasa sakit akan membuat seseorang terbangun dari mimpi. Akan tetapi, Ivana sama sekali tidak terbangun di dunianya sendiri.
Cukup lama Ivana termenung sembari duduk di tepi ranjang. “Apa yang perlu aku selesaikan?” gumam Ivana dengan dahi yang berkerut.
Ivana kembali berdiri untuk mengambil buku yang tadi dia temukan di dalam laci. Buku dengan sampul tebal itu kertasnya sudah tampak usang, tetapi tulisan-tulisannya masih terlihat jelas. Dengan penasaran Ivana membuka buku tersebut, dibaliknya halaman selanjutnya setelah halam yang bertuliskan kalimat, “Selesaikan yang perlu diselesaikan.”
Pada halam kedua itu, bagian atasnya tertulis sebuah tanggal beserta tahun. 15 Oktober 1820. “Tiga tahun lalu,” gumam Ivana lagi.
Perempuan itu pun lanjut membaca apa yang ada di hadapannya. “Kata Nona Miranda, cara ini cukup ampuh untuk meluapkan perasaan yang tidak bisa diluapkan. Ah, sebenarnya ini lebih karena aku tidak berani bercerita kepada siapa pun. Kata Ayah, jatuh cinta kepada prajurit adalah sesuatu yang dilarang di dalam keluarga ini. Akan tetapi bagaimana? Sepertinya aku jatuh cinta kepada seorang prajurit. Dan yang lebih parahnya lagi … aku jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Okay. Ini mulai menarik menurut Ivana. Dia pun kembali membalik halaman untuk lanjut membaca. Ivana mulai menebak-nebak bahwa sepertinya yang dia baca adalah buku harian Liliya, atau lebih tepatnya buku harian tentang kisah cinta.
Kali ini bertanggal 12 November 1820. “Akhirnya aku mengetahui nama pria itu! Lei … Leighton. Dia sangat keren saat bertugas. Bagaimana jika Ayah mengetahui tentang perasaanku kepada Leighton?”
Ivana tersenyum sendiri. “Lucu juga orang jatuh cinta,” gumam Ivana yang teringat saat awal dia jatuh hati kepada Vale.
Saat Ivana sedang asik senyum-senyum sendiri, tiba-tiba … PRANG! Semangkuk sup berserakan di lantai kamar Liliya. Ivana akhirnya teringat bahwa dia seharusnya membersihkan tubuh lalu pergi sarapan. Akan tetapi, sepertinya dia tidak akan mendapatkan sarapan. Melihat dari bagaimana George berdiri di depan pintu dengan tatapan yang dingin.
Ivana langsung berdiri dari tempatnya dan menyembunyikan buku harian Liliya di balik punggungnya. “Apakah yang semalam masih kurang, Liliya? Jika kamu memang sudah tidak membutuhkan makanan, katakan kepadaku. Aku dengan senang hati tidak memberimu makan.”
Ivana menelan ludahnya sendiri. Perempuan itu tidak habis pikir dengan kehidupan Liliya. Di dalam sejarah yang diceritakan mati di tangan sang kekasih. Di dalam kenyataan yang risk diceritakan sejarah juga memiliki orang tua yang kejam. Bagaimana bisa Liliya bertahan hidup sampai sekarang?
“Maaf, Ayah,” ucap Ivana. Dia tidak ingin dikurung lagi sampai kedinginan seperti semalam.
“Jangan keluar kamar seharian kecuali aku memanggilmu. Tidak ada makanan sampai aku sendiri yang memberikannya. Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu,” ucap geroge kemudian pergi setelah mengunci kamar Liliya dari luar.
Tidak lama setelah itu, perut Ivana mulai terasa kelaparan. “Sialan, aku tidak sanggup lagi hidup seperti ini. Aku harus segera kembali ke kehidupanku sendiri,” gumam Ivana sembari meringkuk di atas tempat tidur.
Kemudian Ivana mulai memikirkan tentang kematian Liliya yang dibunuh oleh Leighton. Perempuan itu memikirkan kemungkinan, sebuah kemungkinan tentang apa yang mungkin perlu dia selesaikan. Menyelamatkan Liliya dengan mengakhiri hubungannya dengan Leighton? “Sebaiknya aku mencobanya terlebih dahulu,” gumam Ivana sekali lagi.
Akan tetapi, bagaimana cara menghubungi Leighton untuk dapat memutuskan hubungan dengannya? Ivana kembali meraih buku harian Liliya yang sempat diletakkannya ke atas nakas. Dibolak-baliknya halaman buku tersebut untuk mencari-cari sesuatu yang bisa memberikan Ivana ide. Hingga akhirnya perempuan itu menemukan sebuah catatan dari akhir tahun 1820 saat pertama kali Ivana mendapatkan salam dari leighton melalui salah satu pelayan di Keluarga Floyd.
“Aku benar-benar tidak menyangka ini akan terjadi! Dia mengenalku! Leighton mengetahui aku! Astaga, dia menitipkan salam melalui Adrina. Dia memuji bahwa penampilanku hari ini sangat cantik dan dia berharap bisa mengobrol secara pribadi denganku. Aku tidak sabar untuk bisa bertemu lagi dengannya.”
Adrina? Baiklah. Ivana akan mencari pelayan yang bernama Adrina tersebut. Akan tetapi, dia harus menunggu sampai sang ayah mengeluarkannya dari kamar ini dan itu entah berapa lama lagi.
***
Saat baru saja terlelap setelah menahan lapar semalam dan nyaris seharian, tiba-tiba Ivana mendengar suara pintu dibuka yang membuat perempuan itu kembali terjaga. Dilihatnya seorang perempuan dengan pakaian sederhana masuk ke dalam kamar Liliya sembari membawa sebuah mangkuk dan gelas. Saat itu juga, Ivana kembali terjaga.
“Nona, Tuan George memperbolehkan Nona Liliya untuk makan, tetapi Nona belum diperbolehkan untuk keluar kamar,” ucap perempuan itu menyampaikan pesan kepada Ivana.
Ivana menghela napasnya sembari mendudukkan diri. Dia tidak heran jika Liliya memiliki tubuh yang kurus dan lemah. Sehari-hari saja dia dihukum sampai seperti ini.
“Baiklah, terima kasih.” Si pelayan pun meletakkan mangkuk dan gelas tersebut ke atas meja. Yang berada di tengah kamar Liliya. Kemudian Ivana menyusul berjalan menuju meja tersebut.
“Kalau begitu, saya pamit undur diri, Nona,” pamit si pelayan sembari membungkukkan tubuhnya sekilas.
Lalu Ivana teringat dengan pelayan yang bernama Adrina. “Eh, tunggu dulu. Apa kamu mengetahui yang bernama Adrina?” tanya Ivana yang membuat si pelayan seketika menghentikan gerak tubuhnya dan spontan menatap Ivana dengan dahi yang berkerut.
“Iya, Nona? Saya sendiri,” jawab Adrina yang membuat Ivana menghentikan gerakannya menyendok sup.
Ivana balik menatap Adrina. “Benarkah? Kalau begitu apa kamu tetap di sini terlebih dahulu? Ada yang ingin aku tanyakan?” Adrina terdiam dulu cukup lama. Dia agak ragu untuk menuruti kemauan Nonanya karena sang Tuan sudah melarang siapa pun untuk berinteraksi dengan Liliya jika perempuan itu sedang dihukum.
Namun, saat melihat Liliya menatapnya dengan tatapan berbinar, Adrina akhirnya menganggukkan kepala dan menyanggupi kemauan Ivana. “Apa yang Nona Liliya ingin tanyakan?” tanya Adrina.
Ivana memasukkan sesuap sup terlebih dahulu untuk mengganjal rasa lapar di perutnya sebelum menjawab pertanyaan Adrina. “Aku ingin bertanya tentang Lei … ghton. Bisakah aku menitipkan pesan padamu untuk memintanya bertemu denganku?”
Lagi-lagi Adrina dibuat bimbang dengan permintaan sang Nona. Bisa-bisa dia terkena marah George jika membiarkan Liliya bertemu seseorang saat masih dalam masa hukuman ayahnya. Kemudian Ivana tampaknya bisa membaca raut wajah dan kebimbangan Adrina.
“Tenang saja, aku akan bertemu dengan Leighton ahanya setelah Ayah mengizinkanku untuk keluar kamar. Aku tidak akan melanggar hukuman Ayah,” ucap Ivana yang pada satu sisi juga untuk mencari aman. Perempuan itu memiliki firasat untuk harus tetap bertahan hidup sampai jiwanya kembali ke tubuhnya sendiri.
Akhirnya Adrina pun menganggukkan kepala setuju. “Baiklah, Nona. Mungkin .. Tuan George akan membiarkan Nona untuk keluar kamar besok. Jadi saya akan mengatakan kepada Tuan leighton bahwa Nona Liliya ingin bertemu dengan Tuan leighton besok di tempat biasa.”
“Hah?” Ivana sedikit kebingungan. “Tempat biasa?”
Adrina menganggukkan kepala lagi. “Iya, Nona. Di ladang rumput dekat perkebunan anggur.”
“Ahh.” Kini giliran Ivana yang mengangguk-anggukkan kepala paham. Setelah itu Ivana akhirnya membiarkan Adrina untuk meninggalkan kamar Liliya. Ivana tidak mau ikut menyeret orang lain ke dalam hukuman George yang kejam.
_____________
Jangan lupa untuk mendukungku di KaryaKarsa dengan username @mayleailaria. Kalian juga bisa membaca 4 bab lebih cepat di KaryaKarsa.
Oh, iya. Serta jangan lupa untuk mendukung karya teman teman yang lain, ya.
Selamat menikmati♡
—May
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasiIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...