“Iya, Nona. Di ladang rumput dekat perkebunan anggur.”Besok paginya sebelum George berangkat untuk sebuah pertemuan penting dan pergi selama beberapa hari, terlebih dahulu lelaki itu membebaskan Liliya dari masa hukumannya. Setelah itu seperti yang telah dikatakan oleh Adrina, Ivana pun bertemu dengan Leighton di padang rumput dekat ladang anggur. Tentu saja dengan meminta diantarkan oleh Adrina karena Ivana tidak mengetahui dengan pasti letak padang rumput tersebut.
"Adrina, tolong temani aku ke padangan rumput untuk bertemu Leighton," pinta Ivana kepada Adrina saat perempuan paruh baya itu mengantarkan makanan ke kamar Liliya dan Adrina pun setuju dengan permintaan sang majikan meskipun dengan segala keraguan di dalam hatinya.
Lalu ternyata butuh waktu cukup lama dengan berjalan untuk sampai di padang rumput tersebut. Akan tetapi, menurut Ivana sebagai seseorang yang berasal dari masa depan dan seumur-umur lebih sering berada di tengah hiruk pikuk perkotaan, pemandangan padang rumput di depannya begitu mengagumkan. Rasanya tampak seperti gambaran latar tempat dari kisah-kisah dongeng tentang seorang putri dan pangeran. Seperti ada karpet berwarna hijau yang dibentangkan dengan sangat luas dan tampak beberapa pohon secara berjarak tumbuh di atasnya. Mungkin jika di masa depan, tempat ini sudah menjadi spot untuk piknik. Sedangkan ladang anggur memang tampak tidak jauh dari sana.
"Adrina, kamu boleh kembali ke rumah jika mau kembali terlebih dahulu. Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dan pribadi bersama dengan Leighton," ucap Ivana yang sebenarnya juga tidak berniat mengusir Adrina. Hanya saja Ivana merasa bahwa sepertinya akan memalukan jika dia memutuskan Leighton di depan Adrina karena perempuan itu menurut penglihatan Ivana, mengetahui seluk beluk hubungan dan perasaan Liliya kepada Leighton.
Adrina sendiri juga tidak merasa terusir, dia justru dengan senang hati kembali ke mansion keluarga Floyd karena dia takut akan terkena semprot sang Nyonya. Apa lagi jika sampai ketahuan bahwa dia mengantarkan Liliya bertemu dengan Leighton. Adrina tidak bisa membayangkan dirinya di hukum tidur di dalam kamar luar lalu kedinginan semalaman tanpa diberi makan dan minum.
"Baik, Nona. Saya kembali terlebih dahulu." Setelah itu Adrina meninggalkan sang Nona sendirian menunggu kekasihnya datang karena saat sampai sana, ternyata Leighton belum tiba di tempat.
Akan tetapi, tidak lama setelahnya. Leighton datang sembari membawa beberapa tangkai bunga lili putih di tangannya. Lelaki itu tersenyum lebar saat berjalan menghampiri Ivana yang duduk di bawah sebuah pohon.
"Maaf karena aku terlambat, cantikku. Hari ini Vransisca memiliki sesuatu yang butuh bantuanku, jadi aku harus membantunya terlebih dahulu."
Vransisca? Ivana merasa seperti familiar dengan nama tersebut. Tentu saja, dia adalah informan yang diwawancarai dalam wawancara tentang pelukis Hardy. L. Dante. "Adikmu?" tanya Ivana untuk mamastikan.
Leighton menganggukkan kepalanya. "Iya, dan sebagai permintaan maaf, aku membawakanmu beberapa bunga lili … lebih tepatnya Vransisca mengizinkanku untuk memetik beberapa tangkai lili miliknya." Leighton menyodorkan bunga lili yang sudah dia ikat dengan rapih tersebut kepada Ivana—Liliya dalam perspektif Leighton.
Ivana hanya tersenyum tipis sembari menerima bunga tersebut. Akan tetapi, kemudian Ivana meletakkannya begitu saja ke atas rumput. Yang membuat Leighton bingung dengan sikap kekasihnya karena biasanya Liliya akan tersenyum lebar lalu menciumi aroma lili yang dibawakan oleh Leighton.
"Ada apa, Liliya?" tanya Leighton yang tanpa sengaja mengeluarkan ekspresi serius karena bingung akan sikap Liliya hari ini. Saat itu juga, mendadak Ivana kehilangan nyali dan merasa terintimidasi dengan pertanyaan Leighton.
Ivana ingat bahwa Leighton adalah orang yang diceritakan mengakhiri nyawa Liliya di dalam sejarah. Akan tetapi, kapan, bagaimana, dan karena apa Liliya dibunuh, Ivana tidak mengetahui hal tersebut. Ivana mulai bertanya-tanya. Bagaimana jika seandainya ternyata Liliya ternyata dibunuh saat meminta mengakhiri hubungan dengan Leighton? Ivana bergidik ngeri sendiri saat membayangkan hal tersebut.
Sedangkan Leighton yang melihat gelagat kekasihnya pun merasa semakin heran. "Liliya." Leighton kembali memanggil nama Liliya yang membuat Ivana tersadar dari bayangan mengerikannya.
"Ada apa? Kenapa kamu meminta bertemu? Apa Tuan George menghukummu lagi? Oh, iya. Apa kamu sudah makan? Kapan dia mengeluarkanmu? Kemarin? Apa dia melakukan sesuatu yang lebih parah? Kamu hari ini bersikap tidak seperti biasanya, Liliya," tanya Leighton khawatir karena lelaki itu sudah mengetahui banyak cerita tentang kekerasan apa saja yang sudah George lakukan terhadap Liliya.
"Emm … aku sudah makan, Lei," ucap Ivana dengan memanggil Leighton seperti bagaimana Liliya memanggil nama lelaki itu.
"Ayah juga mengeluarkanku begitu paginya datang dan aku baik-baik saja," jelas Ivana agar Leighton tidak semakin mencurigai Liliya.
Leighton menghela napas. Dia lega saat mengetahui bahwa Liliya tidak disakiti lebih parah lagi. Leighton langsung memeluk Liliya yang membuat Ivana sedikit tersentak terkejut karena gerakan tiba-tiba tersebut. Saat dipeluk oleh Leighton dan Ivana merasa tidak bisa berkutik, saat itu lah dia merasa bahwa jika Leighton sampau melakukan sesuatu, maka sudah jelas bahwa Ivana pasti tidak akan bisa melawan. Jelas kemampuan fisik mereka tidak sebanding.
"Lalu kenapa kamu meminta bertemu denganku, Sayang?" tanya Leighton setelah melepaskan pelukan pada tubuh Liliya. Meskipun salah satu lengan Leighton masih melingkar pada punggung Liliya.
"Tidak ada … yang terlalu penting. Aku hanya ingin bertemu. Bagaimana kabarmu, Lei?" tanya Ivana untuk mengecek suasana hati Leighton. Perempuan itu ingin memastikan keamanannya terlebih dahulu.
"Baik, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?" tanya Leighton balik sembari menatap Liliya dengan intens.
"Aku juga baik." Ivana merasa bahwa sepertinya suasana hati kekasih Liliya sedang baik-baik saja. "Lei, bolehkah aku bertanya satu hal?"
Leighton menganggukkan kepala. "Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Bagaimana jika … suatu hari hubungan kita harus berakhir?" tanya Ivana yang membuat jantung Leighton rasanya berhenti untuk sesaat. Tidak, Leighton tidak mau kehilangan Liliya. Perempuan itu adalah orang yang paling dia sayangi di dunia ini setelah Vransisca.
"Jangan mengada-ada, Liliya. Lebih baik aku mengakhiri nyawaku daripada membiarkan hubungan kita berakhir. Tolong jangan berbicara seperti itu. Aku tidak ingin kehilanganmu." Leighton mengeratkan pegangannya pada pinggang Liliya, tetapi bukan pegangan yang membuat Ivana merasa kesakitan.
"Itu hanya seandainya, Lei. Memangnya kenapa jika kamu kehilanganku?" Ivana balas menatap Leighton, berharap bisa membaca apa yang Leighton pikirkan. Mencari perkiraan tanda bahaya bagi Ivana.
Akan tetapi, Leighton justru hanya menggelengkan kepala dengan tatapan mata yang sendu. "Aku tidak mau, bahkan jika itu hanya seandainya, Liliya. Aku sudah pernah kehilangan kedua orang tuaku. Aku tidak ingin kehilangan orang yang aku sayang lagi. Aku membutuhkanmu." Leighton kembali memeluk tubuh mungil Liliya.
Ivana terdiam di dalam pelukan Leighton. Perempuan itu terjebak dalam keraguan. Dia sendiri mengerti bagaimana rasanya jatuh cinta dan saling mencintai, saling membutuhkan satu sama lain. Bagaimana jika Leighton dan Liliya adalah sumber kekuatan bagi satu sama lain?
_____________
Jangan lupa untuk mendukungku di KaryaKarsa dengan username @mayleailaria. Kalian juga bisa membaca 4 bab lebih cepat di KaryaKarsa.
Oh, iya. Serta jangan lupa untuk mendukung karya teman teman yang lain, ya.
Selamat menikmati♡
—May
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasyIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...