Ivana melepaskan pelukan Leighton dengan mendorong tubuh lelaki di depannya itu perlahan. Ditatapnya kembali mata Leighton. “Lei … bisakah kamu mengantarkanku pulang? Aku ingin pulang,” pinta Ivana kepada Leighton.
“Kenapa? Apa kamu buru-buru untuk melakukan sesuatu, Liliya?” tanya Leighton. Akan tetapi, Ivana hanya diam saja. Perempuan itu tetap menatap leighton tanpa berbicara apa pun lagi.
Kemudian, meskipun Leighton tidak paham kenapa perempuan di depannya mendadak meminta untuk diantarkan pulang. Lelaki itu pun akhirnya setuju saja untuk mengantarkan Liliya pulang. “Ya, sudah kalau begitu. Aku akan mengantarkanmu.”
Setelah itu mereka berjalan beriringan melewati padang rumput. Angin sore yang berhembus pelan seolah sedang mengajak surai Ivana untuk dansa, membuat helaian-helaian rambut perempuan itu bergoyang perlahan. Bagian bawah gaun yang Ivana kenakan pun ikut bergoyang seiring dengan langkah kaki yang perempuan itu buat.
Sementara Leighton tampak gagah dan menawan dengan kemeja putih dan celana coklatnya, serta jangan lupakan rambut yang selalu lelaki itu sisir dengan rapi. Melihat Liliya yang menyilangkan tangan ke belakang pun membuat Leighton mengulurkan tangan untuk menggenggam salah satu tangan perempuan itu yang tidak digunakan untuk memegangi bunga lili pemberian Leighton tadi. Ivana sempat terkejut dengan gerakan tiba-tiba Leighton, tetapi Ivana memilih untuk membiarkan lelaki itu tetap menggenggam tangannya.
Mereka pun melewati jalanan desa untuk sampai ke mansion Keluarga Floyd. Lalu melewati hutan buatan kecil yang di tengah-tengahnya terdapat jalan menuju gerbang masuk kediaman Keluarga Floyd. Kemudian tampak seorang lelaki tua menjaga gerbang masuk.
Lelaki tua itu bernama Henry, penjaga gerbang mansion Keluarga Floyd. Pria itu sudah cukup akrab dengan Leighton dan mau diajak kerja sama saat leighton perlu memasuki gerbang tersebut ketika Liliya sedang dihukum dikurung oleh orang tuanya. Bukannya henry tidak takut kepada george. Henry takut kepada tuannya yang dingin dan kejam itu, tetapi pria tua itu juga kasihan kepada Liliya yang selalu diperlakukan buruk oleh kedua orang tuanya.
“Nah! Sekarang kita sudah sampai,” ucap Leighton kepada Liliya saat mereka berdua berdiri tepat di luar gerbang mansion Keluarga Floyd.
“Selamat sore, Tuan henry,” sapa Leighton saat Henry membukakan gerbang untuk Liliya.
“Selamat sore, Tuan Leighton,” balas Henry sebelum kembali masuk ke dalam pos penjagaannya.
Melihat bahwa dirinya sudah sampai di rumah Liliya, Ivana pun melepaskan gandengan tangannya dengan leighton yang membuat lelaki itu mengalihkan pandangan pada sang kekasih. “Lei … sebenarnya ada yang ingin kukatakan.”
Leighton menaikkan kedua alisnya. “Katakan saja, Liliya.”
“Lei … sepertinya kita harus berhenti sampai sini. Aku tidak bisa menemuimu lagi,” ucap Ivana yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan Liliya dan Leighton.
Setelah mengatakan hal tersebut, Ivana langsung masuk begitu saja ke dalam mansion dan menutup pintunya. Sedangkan Leighton masih terdiam di tempatnya. Kalimat yang kekasihnya ucapkan barusan terlalu sulit untuk Leighton cerna. Baru setelah Ivana–Liliya di dalam perspektif Leighton–berjalan terlalu jauh untuk Leighton gapai, lelaki itu berhasil mencerna kalimat Ivana.
“Tunggu, Liliya! Apa yang baru saja kamu katakan? Kenapa kamu tidak bisa menemuiku lagi?!” tanya leighton dengan setengah berteriak dan nyaris melangkah untuk mengejar Ivana masuk ke dalam. Jika seandainya Henry tidak menghalangi langkah Leighton. Dia pasti sudah berhasil mengejar Ivana.
“Maaf, Tuan Leighton. Akan tetapi Tuan George sedang ada di rumah. Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk masuk ke dalam wilayah mansion keluarga Floyd,” jelas Henry yang berhasil menahan leighton tetap di luar gerbang.
George bukannya tidak mengetahui hubungan antara Liliya dan Leighton. Dia mengetahui semuanya, banyak orang-orang george di luar sana yang siap melaporkan gerak-gerik Liliya saat di luar rumah. Akan tetapi hanya karena Leighton mengetahui hubungan tersebut, bukan berarti dia menyukai Leighton.
Pernah sekali George akhirnya berhadapan langsung dengan Leighton dalam sebuah acara yang dihadiri oleh salah satu anggota keluarga kerajaan. Pada acara tersebut, George tampak memancarkan tatapan ketidaksukaan terhadap Leighton. Akan tetapi, george juga tidak melakukan apa pun terhadap Leighton.
Setelah tidak bisa melakukan apa pun terhadap apa yang baru saja lelaki itu dengar dari Ivana, Leighton pun hanya bisa kembali ke rumahnya dengan linglung. Vransisca yang menyambut kakanya pulang pun ikut bingung dengan mata Leighton yang tampak kosong. Lelaki itu langsung masuk ke dalam kamarnya begitu saja. Mengurung diri dan bahkan tidak keluar untuk makan malam. Padahal sebelum berangkat menemui Liliya, leighton bercerita kepada Vransisca bahwa lelaki itu harus berangkat bertugas malam ini karena besok pagi akan ada salah seorang anggota keluarga kerajaan yang perlu dikawal.
Sedangkan Ivana sendiri, kenapa akhirnya perempuan itu memilih untuk mengakhiri hubungan Liliya dan Leighton setelah keraguan yang Ivana rasakan? Hal tersebut karena hubungan Liliya dan Leighton mengingatkan Ivana akan hubungannya dengan Vale. Mau bagaimana juga, Ivana masih memilih kehidupannya sendiri. Dia masih ingin bertemu dengan Vale dan melanjutkan hubungan mereka, melanjutkan rencana untuk menikah setelah Ivana lulus kuliah.
Memang tindakan yang dilakukan oleh Ivana adalah tindakan yang egois. Akan tetapi, kenapa tidak? Apa salahnya dengan menjadi egois? Lagi pula menurut Ivana, jika dia sudah bisa kembali ke raganya sendiri dan Liliya juga telah kembali ke raganya sendiri. Liliya masih bisa meminta Leighton untuk kembali kepadanya dan memperbaiki hubungan mereka. Sehingga yang terpenting sekarang bagi Ivana adalah kembali ke tubuh masing-masing terlebih dahulu.
“Aku percaya bahwa kalian akan kembali bersama lagi dan baik-baik saja. Terlepas dari bagaimana kamu akan mati di tangan Leighton, Liliya. Hal yang terpenting adalah aku sudah berusaha mencegah kematianmu terjadi di tangan Leighton. Jadi seharusnya tugasku sudah selesai,” ucap Ivana selagi meletakkan bunga lili pemberian leighton ke dalam vas bunga.
Ivana sangat optimis, bahwa setelah malam ini, dia akan kembali ke tubuhnya sendiri begitu terbangun besok pagi. “Aku sudah menyelesaikan yang perlu diselesaikan, jadi seharusnya besok aku kembali ke tubuhku sendiri,” gumam Ivana sebelum mulai memejamkan mata begitu malam tiba dan dia sudah selesai makan malam bersama dengan George dan Savina untuk terakhir kalinya–setidaknya begitu menurut Ivana.
***
BYUR! Ivana segera gelagapan dan terbangun dari tidurnya begitu merasakan basah menimpa wajah dan tubuhnya. “Bisa-bisanya belum bangun padahal sudah siang! Kamu seharusnya membantu menyiapkan perjamuan untuk malam ini!” Setelah siraman air, disusul sebuah teriakan marah-marah yang terdengar memekikkan telinga Ivana.
Untuk sejenak Ivana berusaha menyadarkan dirinya setelah sempat gelagapan karena tersiram air. “Ma, padahal Mama bisa bangunin Ivana baik-baik. Kenapa harus disiram? Lagian perjamuan-perjamuan apa, sih?” protes Ivana sembari mengusap wajahnya untuk menghilangkan air dari pandangannya.
Namun, sesaat kemudian Ivana tersadar. Sang mama tidak pernah membangunkan Ivanad dengan cara sekasar itu. Jangankan untuk disiram dengan air. Membangunkan Ivana dengan cara dibentak saja nyaris tidak pernah. Lalu bagaimana mamanya tiba-tiba jadi sekasar ini?
“Kamu ini bicara apa, Liliya?! Bangun, dasar anak tidak berguna!”
Tunggu dulu! Liliya?
_____________
Jangan lupa untuk mendukungku di KaryaKarsa dengan username @mayleailaria. Kalian juga bisa membaca 4 bab lebih cepat di KaryaKarsa.
Oh, iya. Serta jangan lupa untuk mendukung karya teman teman yang lain, ya.
Selamat menikmati♡
—May
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasyIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...