"Vale?" Tubuh Ivana seketika membeku di tempatnya berdiri.
Mulai dari mata yang agak sipit dengan bola mata coklat, rambut bergelombang sepundak yang semakin berantakan membuat lelaki itu tampak semakin menawan, bibirnya yang tipis. Bahkan tinggi badannya pun seperti Vale. Apakah Vale juga terlempar ke masa lalu seperti Ivana?
“Vale,” panggil Ivana untuk memastikan. Akan tetapi, lelaki di depannya itu tidak merespon, dia justru sedang sibuk berdebat dengan Leighton.
“Urusanku di sini karena melihat Nona Liliya diseret-seret secara tidak sopan oleh seorang prajurit kerajaan. Dia sudah meminta untuk dilepaskan … dan nampaknya Nona Liliya juga tidak mau berbicara denganmu–”
“Siapa kamu punya hak untuk menilai?”
“Aku memang bukan siapa-siapanya Nona Liliya. Akan tetapi, setidaknya aku tidak menyeret-nyeret perempuan sepertimu … dan lagi, sebaiknya kamu lepaskan Nona Liliya atau aku bisa membuat karirmu terancam." Tangan lelaki yang menarik Vale itu menghempaskan tangan Leighton dari Liliya dalam sekali hentakan. Setelah itu, Ivana pun digandeng masuk ke dalam rumahnya.
Anehnya, setelah ancaman dari lelaki itu, Leighton tidak berusaha mengejar Liliya lagi. Akan tetapi, ekspresi Leighton masih terlihat kesal. Jika dia masih bisa mengejar dan memaksa Liliya untuk memberi penjelasan, mungkin sudah dilakukan oleh Leighton. Sayangnya, memang ada sesuatu yang menahan Leighton. Apa lagi karir lelaki itu yang menjadi ancaman.
Sedangkan Ivana pun menurut saja saat dibawa masuk kembali ke dalam rumah. Mata Ivana tidak bisa lepas dari lelaki yang mirip Vale itu. Bahkan Ivana sampai nyaris tidak sadar saat lelaki itu bertanya kepadanya. "Apa Nona Liliya tidak apa-apa?"
"Hah? Ah, iya. Aku tidak apa-apa. Terima kasih."
Lelaki yang mirip dengan Vale itu tersenyum dengan sangat manis. Untuk sesaat lagi-lagi Ivana terpana. Dia benar-benar duplikat Vale.
"Bagus jika begitu … ehm, sebelumnya. Aku bukan berniat ikut campur, Nona. Akan tetapi, katakan saja jika kekasih Nona itu bertindak seenaknya."
"Baiklah, tetapi dia bukan kekasihku lagi," jelas Ivana.
“Benar–”
“Rega." Sebuah suara menghentikan ucapan si lelaki yang mirip Vale. Kemudian lelaki itu menolehkan kepala ke sumber suara.
Seorang pria paruh baya yang tampak sedikit lebih tua dari George sedang berjalan menuju tempat Ivana dan lelaki yang mirip Vale itu berdiri. "Rega, kamu sudah membawakan berkas yang Ayah minta?" tanya pria tersebut.
Ah, jadi lelaki itu namanya Rega? Ivana membatin, menimang-nimang apakah lelaki di depannya benar-benar seseorang yang berasal dari masa sekarang atau di dalamnya terdapat jiwa Vale yang juga terlempar ke masa lalu. Akan tetapi, jika dilihat-lihat dari gelagat sampai cara bicaranya, sepertinya Rega ini memang benar-benar berasal dari masa sekarang.
"Sudah, Ayah. Masih di kereta, nanti aku ambilkan dan bawakan … Ayah akan rapat dengan Tuan George, kan? Nanti aku antarkan," jelas Rega kepada sang ayah.
Setelah itu sang ayah pun hanya menganggukkan kepala pada Rega kemudian berlalu. Pria itu berjalan melewati lorong ke kiri dari aula tempat perjamuan berlangsung. Ivana mengerutkan dahi, jika dipikir-pikir, dia belum pernah benar-benar menelusuri isi rumah Keluarga Floyd.
"Nona Liliya, maaf sebelumnya bahwa aku harus mengambil berkas yang Ayah minta terlebih dahulu. Kita lanjut mengobrol nanti," pamit Rega dengan begitu sopan.
Sebenarnya, Ivana agak heran karena melihat tingkah laku Rega yang begitu sopan. Belum pernah Ivana melihat lelaki seperti itu di masa depan. Seumur hidupnya, lelaki paling baik yang pernah ada dalam hidup perempuan itu hanya Vale, ayahnya di masa depan, dan juga kakaknya.
Ivana pun menganggukkan kepala untuk mempersilakan Rega. Mata Ivana terus terpaku pada punggung Rega yang berjalan menjauh. Sampai kemudian Ivana melihat Adrina berjalan di depannya sembari membawa nampan kosong yang baru saja perempuan itu gunakan untuk menyajikan minuman.
"Adrina," panggil Ivana yang berhasil membuat Adrina menghentikan langkahnya dengan patuh.
"Iya, Nona. Ada yang bisa dibantu?" tanya Adrina sembari menatap sang Nona dengan seksama.
"Apa kamu melihat orang yang berbicara denganku tadi? Rega namanya." Adrina menganggukkan kepala. "Apa saja yang kamu ketahui tentang dia?"
"Tuan Rega, ya? Emm … nama lengkapnya adalah Rega Aleksander Hinton. Dari keluarga Hinton, keturunan bangsawan juga seperti Nona. Hanya itu yang saya ketahui, Nona,” jelas Adrina. Ivana mengamati wajah Adrina sejenak, Ivana yakin bahwa Adrina berbicara jujur.
Ivana mengangguk-anggukan kepala. “Ya sudah, terima kasih. Kamu bisa pergi.” Adrina menganggukkan kepala, kemudian pergi meninggalkan Ivana untuk kembali melaksanakan tugasnya.
Melihat Rega yang belum kembali dari mengambil berkas, Ivana pun berkeliling untuk mendengarkan percakapan orang-orang. Siapa tau Ivana bisa mendapatkan informasi tentang Rega. Ivana benar-benar dibuat penasaran dengan lelaki yang sangat mirip dengan Vale. Membuat Ivana semakin merindukan kekasihnya itu.
Sebenarnya, kejadian saat Rega menyelamatkan Ivana, cukup membuat perempuan itu merasa dejavu. Saat itu Ivana belum berpacaran dengan Vale, mereka masih menjadi teman kuliah. Lebih tepatnya, Vale adalah kakak tingkat Ivana di fakultas seni rupa dan desain. Saat itu Ivana sedang menjalin hubungan dengan teman seangkatan perempuan itu yang bisa dikatakan bahwa hubungan mereka cukup toxic.
Persis seperti apa yang terjadi antara Leighton dan Liliya, Ivana pun posisinya barus saja meminta putus dari mantan kekasihnya yang toxic itu. Akan tetapi, si mantan kekasih tidak terima diputuskan dan berusaha melakukan kekerasan kepada Ivana untuk mengembalikan hubungan mereka.
Lalu entah dari mana, Vale datang dan melerai pertengkaran Ivana dengan mantan kekasihnya. Dari kejadian itu lah Ivana menjadi dekat dengan Vale. Sampai kemudian Vale pun mengajak Ivana berpacaran.
Saat Ivana sedang sibuk teringat akan kenangannya bersama Vale, tiba-tiba seseorang menepuk pundak perempuan itu dengan pelan. Ivana pun menolehkan kepala. “Nona Liliya? Sedang melamun, ya?” Rega sudah kembali dari mengambil berkas.
“Eh … sudah selesai mengantarkan berkasnya?”
“Ini mau mengantarkan, tetapi saya melihat Nona Ivana diam saja seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.” Rega berbicara sembari menunjukkan kumpulan kertas yang berada dalam genggamannya. Ivana tidak penasaran dengan isi kertas yang dibawa oleh rega, tetapi Ivana penasaran dengan rapat yang dilakukan oleh Tuan Hinton bersama George sampai-sampai harus diadakan pesta perjamuan seperti ini.
“Kamu mau mengantarkannya ke Ayahmu? Jika iya, aku mau ikut. Boleh?” Rega tersenyum lalu menganggukkan kepala.
“Tentu saja, Nona. Biasanya juga Nona diminta untuk mengantarkan sesuatu saat mereka sedang rapat,” ucap Rega. Setelah itu mereka berdua pun berjalan melewati lorong yang sama dengan yang dilewati oleh Tuan Hinton.
Setelah memasuki lorong, Ivana dan Rega pun memasuki pintu pertama yang dapat mereka temukan. Begitu masuk ke dalam ruangan tersebut, Ivana bisa melihat semacam ruang kerja dengan susunan rak buku pada kanan kiri dindingnya. Lalu selayaknya ruang kerja, terdapat satu set meja kerja yang pada bagian atas mejanya terdapat tumpukan kertas-kertas yang Ivana duga juga sebagai bagian dari pekerjaan George.
Kemudian tidak jauh dari meja kerja, terdapat sofa-sofa yang di sofa tersebut duduk lima pria yang tiga diantaranya Ivana kenali. George, Tuan Hinton, dan Tuan Peobi. “Aku sudah memastikan bahwa dalam dua tahun, senjata kita cukup untuk melakukan kudeta,” ucap salah seorang dari dua pria yang tidak dikenali oleh Ivana.
Namun, tunggu dulu. Apa yang tadi pria itu katakan? Kudeta?!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasyIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...