Bab 22. Makan Malam Perjodohan

14 2 0
                                    

2022 (Kilas balik sebelum Ivana terlempar ke masa lalu)

Ivana baru saja tiba di apartemen Vale setelah dijemput lelaki itu dari tempat magang–hari ini adalah hari pertama Ivana magang di museum. Ekspresi wajah Ivana tampak ditekuk-tekuk dan tampak sangat kesal. Melihat hal tersebut, Vale pun mengeluarkan es krim dari lemari es. "Kenapa mukanya ditekuk begitu, Sayang? Ada masalah apa, hemm?" tanya Vale dengan lembut sembari menyodorkan es krim coklat yang sudah dibukakan bungkusnya kepada Ivana.

Sembari menerima es krim dari Vale, Ivana menghela napas. "Aku ... kesal," jawab Ivana sembari mengigit ujung es krimnya dengan kasar.

Vale hanya diam, bukannya tidak peduli. Akan tetapi, karena nanti juga Ivana akan segera melanjutkan ceritanya. "Aku tau, Val. Ini memang hari pertamaku magang dan pengalamanku tidak sebanyak mereka, tetapi bukan berarti mereka bisa menyepelekanku," lanjut Ivana penuh emosi. Benar, bukan?

Vale pun mengulurkan tangannya untuk merangkul Ivana agar bisa mengelus-elus pundak perempuan itu. "Memangnya mereka ngapain?" tanya Vale dengan sabar. Berdasarkan dugaan Vale, mereka yang dimaksud Ivana adalah para karyawan yang berada di tempat Ivana magang.

"Kan, aku minta dijelasin tentang tugasku, ya. Atasan di sana pun sudah meminta mereka agar membantuku, tetapi mereka bukannya membantu menjelaskan tugasku dan malah memberiku pekerjaan-pekerjaan sepele. Membelikan kopi, membuatkan teh, memfotocopy berkas, mengantarkan berkas. Bukannya anak magang, aku malah seperti pesuruh mereka."

"Sudah, sudah. Tenangkan dulu dirimu dan makan es krimnya." Ivana menghela napas saat mendengar apa yang dikatakan oleh Vale.

"Apakah ini tentang karyawan di tempatmu magang?" tanya Vale memastikan. Ivana pun menjawab hanya dengan anggukan kepala karena perempuan itu sedang membungkam mulutnya sendiri dengan es krim. "Apa Sayangku ini mau mendengar pendapatku?"

Vale bertanya sembari mengelus-elus puncak kepala Ivana. Hal tersebut berhasil membuat Ivana sedikit melunak. "Ya, katakan pendapatmu," jawab Ivana meskipun masih dengan sisa rasa kesal yang mendidih di dalam dirinya.

"Jadi, Sayangku. Begini, ketika kamu memasuki suatu lingkungan kerja, kamu per namanya beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan tempatmu bekerja. Beradaptasi itu bukan hanya tentang mengetahui tugas-tugasmu, tetapi juga mengenali rekan-rekan kerjamu. Letak-letak barang, di mana kamu harus melakukan ini dan itu. Sementara tugasmu, itu akan kamu pahami seiring berjalannya waktu sembari belajar dari melihat senior-seniormu bekerja. Sembari kamu menerima tugas satu persatu. Kamu tidak bisa langsung memahami semuanya, Sayangku," ucap Vale dengan hati-hati dan penuh pengertian.

"Tapikan tetap saja, Val! Beradaptasi ya beradaptasi, tetapi dibandingkan membuatku beradaptasi, mereka lebih seperti memperlakukanku sebagai seorang babu." Ivana masih keras kepala dengan pendapatnya. Lalu tiba-tiba perempuan itu menatap Vale dengan dahi yang berkerut marah. "Kenapa kamu jadi terkesan membela mereka?!"

Mendengar hal tersebut, Vale justru terkekeh pelan. Lelaki itu memeluk Ivana sesaat dengan gemas. "Sayangku, Cantikku, Cintaku, bukan seperti itu. Aku hanya berbicara berdasarkan pengalaman. Percayalah, pelan-pelan nanti mereka akan memberimu tugas-tugas yang memang selayaknya dikerjakan karyawan di sana," ucap Vale sembari mengusap-usap kening Ivana yang masih dikerutkan oleh perempuan itu

***

1822

Untuk sesaat, Ivana terdiam. Dia membeku atas apa yang baru saja Rega lakukan. "Vale," gumam Ivana tanpa sadar.

"Vale? Siapa Vale, Nona?" tanya Rega sembari menurunkan tangannya dari kening Ivana.

Si pemilik kening pun segera tersadar. "Hah? ... Eh, tidak. Lupakan saja. Tiba-tiba fokusku hilang. Sampai mana kita tadi?" Buru-buru Ivana mengalihkan pembicaraan. Tidak mungkin Ivana menjelaskan tentang Vale kepada Rega.

The Past of LiliyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang