PRANG!!Terjadi sudah apa yang ditakutkan oleh Ivana. Gaun panjang yang membuatnya susah berjalan itu akhirnya membuat sang pemakai tersandung hingga menabrak meja yang di atasnya terdapat hidangan untuk jamuan makanan. Untuk sesaat, semua orang membeku di tempat dengan keterkejutan mereka masing-masing. Sampai kemudian, terdengarteriakan dari salah satu sudut ruangan.
“LILIYA!” Savina berjalan terburu-buru dengan ekspresi marah.Dia nyaris tidak sanggup membayangkan, akan seperti apa rasa malu yang harus ditanggungnya nanti. Kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun lagi, Savina menarik lengan Ivana dengan kasar.
Ivana yang masih terjebak dalam keterkejutannya pun hanya bisa terseret saat Savina menariknya. Otak Ivana masih berusaha untuk mencerna apa yang baru saja terjadi sampai rasa sakit mulai terasa pada lengan yang ditarik oleh Savina. Lalu Savina mendorong paksa Ivana agar masuk ke dalam kereta kuda.
“Liliya! Bisakah kamu berhenti untuk membuat malu?!” teriak Savina dengan tatapan mata kesal dan risih kepada Ivana–atau Liliya dalam pandangan Savina.
Tidak lama kemudian, George menyusul ke kereta kuda. PLAK! Satu tamparan keras langsung mendarat ke dalam pipi Ivana. Kemudian kereta kuda yang mereka tumpangi tersebut mulai bergerak entah ke mana, Ivana tidak tau. “Anak kurang ajar dan tidak tau diri, seharusnya aku membuangmu sejak kau lahir,” ucap George dingin.
Ivana tidak pernah membayangkan, bahwa seumur hidupnya dia akan mendengarkan kalimat sekejam itu dilontarkan kepadanya. Seumur hidup, orang tua perempuan itu di masa depan selalu menyayanginya. Dia mendapatkan cinta yang cukup dari kedua orang tuanya, pujian, afeksi, kebutuhan yang tercukupi. Jangankan ditampar, dibentak saja tidak pernah.
Mengingat dia diperlakukan dengan begitu kasar di sini, perempuan itu mulai mengeratkan giginya. Dia memandang Savina dan George secara bergantian dengan tatapan kesal. “Kalau begitu buang saja aku sekarang. Lagi pula apa yang aku lakukan tadi juga tidak sengaja,” ucap Ivana dengan berani.
“Baiklah kalau begitu,” ucap George. Akan tetapi, setelah itu tidak terjadi apa pun. George dan Savina mengalihkan pandangan dari Ivana. Mereka mengabaikan Ivana seolah Ivana tidak ada di sana.
Ivana mengerutkan dahi, dia berusaha menebak keterdiaman George dan Savina. Sayangnya, Ivana tidak bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan sampai kereta kuda pun berhenti. George terlebih dahulu turun dari kereta kuda. Kemudian lelaki itu menarik Ivana agar turun dari kereta kuda. Sampai-sampai Ivana nyaris jatuh terjungkal dari kereta kuda. Tidak sampai situ saja, setelah turun dari kereta kuda, Ivana ditarik menuju belakang mansion Keluarga Floyd. Di sana terdapat sebuah bangunan tersendiri yang tidak terlalu besar. Mungkin hanya sebesar kamar Ivana.
Ketika dibuka, bangunan tersebut nyaris gelap total jika seandainya tidak ada cahaya masuk dari celah angin-angin yang menempel di atas jendela-jendela dan pintu. Kemudian Ivana didorong begitu saja dengan kasar masuk ke dalam bangunan tersebut. Sampai-sampai Ivana jatuh tersungkur. Setelah itu, pintu kembali ditutup dan dikunci oleh George dari luar.
“Diam di sini dan renungi kesalahanmu yang membuat diriku malu! Aku sedang tidak ingin mengotori tangan untuk menyiksamu,” pesan George sebelum menutup pintu
“Buka pintunya! Buka pintunya!” teriak Ivana sembari menggedor-gedor pintu di hadapannya setelah perempuan itu berhasil kembali berdiri. Akan tetapi, siapa yang mau peduli atau menolong? Savina sudah berpura-pura tidak mendengar suara Ivana. Sementara George juga tidak mau tau seberapa keras Ivana berteriak. Sedangkan tetangga lain? Mereka bahkan tidak akan bisa mendengar suara Ivana berkat lahan rumah Keluarga Floyd yang begitu luas dan dikelilingi oleh tembok.
“Buka pintunya, Brengsek!!” Ivana terus berteriak dan menggedor-gedor pintu selama beberapa saat. Sampai kemudian dia lelah sendiri dan menendang pintunya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past of Liliya
FantasyIvana terlempar ke masa lalu dan jiwanya masuk ke dalam raga Liliya-objek dalam lukisan The Smile You Gave. Sebuah mimpi membuat Ivana berasumsi bahwa untuk kembali ke masa depan, dirinya harus menyelesaikan urusan Liliya dan menyelamatkan Liliya da...