Hanya tentang pernikahan yang sudah diatur..
Cerita ini adalah terjemahan dari judul yang sama, maaf jika ada kata-kata yang salah, masih belajar dan mohon dimaklumi. Terima kasih.
[#1 in btsjimin : 200223]
[#3 in jirose : 060423]
[#1 in jirose : 1...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin POV
Perlahan aku membaringkannya di kasur, dan Tuhan tahu bagaimana aku ingin mencium bibirnya yang montok sepanjang perjalanan dari Seoul hingga Paris. Ya, kami akhirnya tiba setelah berjam-jam perjalanan. Dan salah satu hal baiknya adalah dia tidak terbangun, dia bahkan menabrak kursi sebelumnya tapi, dia seperti orang mati yang sedang tidur. Tidur yang indah. Berkat pil.
Aku tersenyum saat menyadari bahwa aku meluangkan waktu untuk menatapnya, dia terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, dan malaikat dari surga, seorang dewi.
Oke, apa yang aku lakukan, aku harus menelepon appaku sekarang, untuk pembaruan. Aku akan mengeluarkan handphoneku dari sakuku ketika dia menggerakkan tubuhnya, membuatnya terbangun. Dia menggosok matanya terlebih dahulu, sebelum dia menatapku dengan alis berkerut.
"Jimin?" Dia bertanya sambil duduk di tempat tidur, aku tersenyum dan menjawabnya dengan Hmm.
"Di mana kita? Dan, apakah aku tertidur? Kenapa? Kita di restoran tadi kan? Jadi, di mana kita sekarang?" Aku tersenyum saat aku duduk di sampingnya dan membelai punggungnya.
"Sekarang, akhirnya aku bisa mencium bibirmu" Kataku dan segera menariknya untuk ciuman, semakin dalam dan setelah satu menit aku berhenti. Selama mungkin aku ingin kendalikan diriku.
"Di mana kita?"
"Kita di sini di tempatku... maksudku, tidak juga tapi, aku dulu tinggal di sini" Aku menjawab dan alisnya semakin berkerut, mencoba memahami.
"Jimin, kenapa kamu tidak memberitahuku dimana kita, di Seoul?" Dia dengan kesal bertanya sebelum dia melihat sekeliling.
"Nanti kamu lihat baby... pertama, kita harus menunggu koper kita datang"
"What the fuck? Kop-"
"Uh uh, peringatan terakhir... jangan mengumpat baby atau aku akan menghajarmu habis-habisan dan kamu tidak akan bisa berjalan.. aku pastikan itu" Kataku sambil meletakkan jari di bibirnya, membungkamnya.
"Kenapa kau tidak menjawabku saja?" Suaranya agak meninggi..
"Oke, kenapa kamu tidak mencari tahu sendiri?" Kataku, memberi isyarat padanya untuk membuka jendela. Dia memberiku tatapan maut lalu dia berjalan menuju jendela yang ditutupi tirai tebal. Dia dengan kasar membukanya dan aku yakin dia melihatnya, apartment ku memiliki pemandangan Menara Eiffel yang sempurna.
Aku melihatnya menegang, jadi aku mendekatinya dan berdiri di belakangnya. Dia kemudian berkata, "Apakah aku sedang bermimpi?"
Dia membalikkan tubuhnya menghadapku, wajahnya begitu lembut dan shock pada saat yang sama, dia menatapku lalu dia tersenyum, tapi aku terkejut dengan hal berikutnya yang dia lakukan. Dia memelukku.
"Please katakan padaku bahwa aku tidak sedang bermimpi.." Kudengar dia berbisik serak, mungkin itu untuk dirinya sendiri, tapi aku membalas pelukannya dan menjawab.
"Kamu tidak sedang bermimpi baby... aku melakukan ini karena aku mencintaimu" Aku membisikkan bagian terakhir agar dia tidak mendengarnya.
Ya... Kurasa maksudku begitu
Rosé POV
"Kamu tidak sedang bermimpi baby... aku melakukan ini karena aku mencintaimu" Aku mendengar dia menjawab, aku tidak yakin untuk bagian terakhir dia bergumam tapi aku tidak terlalu peduli, aku tidak percaya pertanda aku berdoa baru saja terjadi, apa selanjutnya?
Aku hanya mempererat pelukan, merasakan momen dengan pria di depanku, orang pertama yang mendapatkanku, dan sekarang, tanda terakhir .. dan aku akan mengaku padanya. Ya ampun, tolong aku.
Aku mendengar bel pintu berbunyi, jadi aku melepaskannya dari pelukanku, dia tersenyum setelah melihat wajahku dan dia mencium keningku, lalu dia berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Oh, koper kita ada di sini."
———
"Kami di sini di restoran terbaik yang pernah ada di Paris!!!" Seruku saat aku membaca nama restorannya. Aku tidak percaya aku benar-benar di sini sekarang.
"Kamu tunggu disini" Dia berkata sambil menarik kursi untukku, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Aku kemudian melihat Menara Eiffel berdiri sempurna sedikit jauh dariku, ini sudah malam, sudah jam 8 malam.
Setelah aku mengagumi keindahan tempat itu, aku mengeluarkan handphoneku dan mengambil foto selfie dengannya. Beberapa saat Jimin datang, aku hampir menjatuhkan handphoneku setelah apa yang kulihat.
"Tulip untuk my baby..." Jantungku berdegup kencang, sangat cepat saat aku melihatnya memberiku sebuket bunga tulip. Oh Tuhan, apakah Kau benar-benar yakin tentang ini? Apakah aku tidak bermimpi?
"A-Ahh, kamu tidak suka bunga ini? Oh ma—"
"Tidak jimin, berikan itu padaku" Aku memotongnya dan mengambil bunga tulip darinya, aku ingin meledak saat aku melihatnya tersenyum setelah aku mengambil bunga darinya, dia kemudian mengambil tempat duduk didepanku diikuti oleh cahaya yang berubah menjadi merah dan pink.
"Oh ini pesanannya.. sebaiknya kita makan sekarang.." Dia tersenyum ketika pelayan datang untuk makanan kami. Kami mulai makan dan mengobrol sedikit, dan aku tidak tahu karena sepanjang waktu aku berbicara dengannya, hatiku ingin meledak.
"Apa kamu tahu bahwa kamu merona sepanjang waktu?" Katanya sambil tersenyum membuatku memukulnya dan menyembunyikan wajahku, aku mendengarnya tertawa.
Setelah kami makan malam, musik dimainkan dengan indah yang membuat seluruh tempat menjadi romantis, bersama dengan pasangan lain di sekitar kami. Aku melihat mereka bangun dan menari bersama, aku tersenyum melihat adegan itu. Sampai Jimin berdiri di depanku dan mengulurkan tangannya untukku.
"Bolehkah aku berdansa dengan wanita tercantik yang pernah kulihat ini?" Dia berkata sambil tersenyum, jadi aku memegang tangannya dengan senyum di wajahku. Dia kemudian mulai mengoyangkan tubuh kami, dengan sempurna mengikuti ritme musik. Aku merasakan kupu-kupu di perutku saat aku menatapnya, kami berdua melakukan kontak mata entah berapa lama. hanya satu hal yang aku tahu, aku tidak ingin momen ini berakhir..
"Rosé ... tolong percaya padaku kali ini" Dia bergumam dengan tulus, cukup terdengar untukku. Aku tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.