Part 6 - Ariga

139 30 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Siapa namamu?"

"Renjun,"

"Maksudku nama belakang, nama keluarga, atau apalah itu!"

"Hanya Renjun."

Winwin memutar bola mata malas mengingat kala pertama kali bertemu dengan pemuda galak itu. Renjun datang satu jam setelah Winwin memasang iklan di tiang listrik tak jauh dari jalan raya, tak berharap banyak sebenarnya karena itu tempat yang Ia tawarkan adalah salah satu tempat terkumuh di kota. Tapi seseorang datang, berpenampilan lusuh, kurus, dan kering. Seolah angin bisa menerbangkan nya kapan saja.

Winwin kira dia adalah anak gelandangan yang hidup bebas di jalanan, dan sempat tidak percaya ketika mendengar Renjun ingin berbagi tempat sewa. Demi apapun, dia membutuhkan uang dan tidak berniat menjadikan rumahnya sebagai penampungan.

Apalagi, anak ini tidak ada takut-takutnya padahal Winwin sudah memasang wajah paling menyeramkan dan mengintimidasi agar anak itu lekas pergi.

Anak kecil itu mengakui namanya Renjun, tanpa ada tambahan nama marga atau nama kedua sebagaimana umumnya. Setiap orang pasti memiliki identitas itu, kecuali kau anak terbuang atau berasal dari panti asuhan, tapi mereka pun pasti punya marga dari orang tua angkat.

Sadar apa yang barusan terlintas di pikirannya, Winwin segera membenarkan duduk dan menatap Renjun dengan lebih hati-hati.

"Kau tidak punya orang tua?"

"Ya."

"Oh... maaf. Aku tidak tahu," Winwin mengedikkan bahu dan kembali bersandar di kursi lapuk pengisi ruang tamu rumahnya. Bibirnya mengucap hal itu namun Renjun tahu pemuda itu tak berniat mengucapkannya sama sekali.

"Jadi, berapa harga yang harus kubayar?" Renjun berucap lagi yang membuat Winwin kembali ragu dan sangsi.

"Begini, meski ini adalah apartemen kecil yang letaknya tersembunyi di sudut kota, tapi semua fasilitas disini bagus dan terawat. Lokasi ini dekat dengan area pertokoan dan halte bus. Selain itu, Aku juga orang yang ramah dan tidak suka mengusik kehidupan pribadi teman sekamar ku, Kau pasti-"

"Aku akan membayarnya setahun penuh."

Tidak mampu membayarnya.

Matanya melotot penuh begitu melihat segepok lembaran kertas dengan nominal terbesar ada di atas meja, baru saja dikeluarkan dari tas yang sama kumuh nya dengan sang pemilik. Hal itu membuat sepasang mata yang tadi meremehkan itu berbinar tak percaya. 

Tak menunggu lama hingga akhirnya dia disambut dengan tangan terbuka oleh tuan rumah. Meski Winwin sempat heran bagaimana bocah 15 tahun yang tak memiliki orang tua bisa mempunyai uang sebanyak itu.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang