Part 18 - After Party

75 15 6
                                    



"Have you heard the story of the Rose

That bloomed in the night?

...."

- Allie Michelle

- Allie Michelle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun tak meragukan betapa kayanya keluarga Elbenezer, tapi dia tidak menduga rumah keluarga yang hampir menguasai separuh Nessel itu seperti ini. Besar, tapi sederhana. Tidak banyak perabot yang menyesaki interior rumah, namun dia tahu beberapa benda yang terpajang di sana adalah barang pilihan yang tak ternilai harganya.

Sepertinya pesta tadi diselenggerakan di ruang utama, yang mempunyai banyak pintu bercabang ke arah lain. Renjun hanya mengandalkan instingnya, yang entah akan beruntung atau tidak kali ini.

Dia sudah sangat berhati-hati agar tidak ketahuan, tapi pelayan di rumah ini tak sebanyak itu, hingga dia mampu untuk berjalan dengan sedikit lebih santai dari perkiraan awalnya. 

Saat tadi memilih salah satu pintu tempat menghilangnya salah satu pelayan, di dihadapkan dengan lorong panjang yang merupakaan pertigaan. Seseorang tadi yang Ia ikuti berbelok ke arah kanan. Ketika pelayan itu sudah tak terlihat, dia mengendap-endap memilih arah yang berlawanan.

Sisi dindingnya sedikit lebih ramai dengan lukisan-lukisan abstrak tua, satu dua foto nyonya dan tuan berpakaian megah terlihat. Mereka tak mungkin masih hidup, jika dilihat dari tahun tertera, kemungkinan mereka adalah tetua yang telah tiada jauh dari masa sekarang. Sekali dia temukan foto pasangan Tuan dan Nyonya Elbenezer masa kini. Anehnya, tak ada foto keluarga yang menampilkan anggota utuh sekaligus dalam satu bingkai sepanjang koridor itu. 

Ah, tapi ada gambar dua anak kecil, yang seterusnya hanya dipajang salah satunya, orang yang sama, seperti potret memoar bayi hingga remaja. Sedikit lebih lama dia mengamati deret gambar itu, lebih ke berusaha mencari dan menyamakan rupa dengan sosok yang pernah Ia jumpai.

Setelah mengamati beberapa lama, lorong penuh gambar itu akhirnya menemui ujung.

Renjun berpikir dia telah memilih arah yang benar, sebab ketika lorong itu berakhir, ada sebuah ruangan yang tak lebih besar dari ruang utama, yang dikelilingi banyak pintu dan satu anak tangga mengarah ke lantai atas.

Mata rubahnya melirik kanan kiri, juga lorong yang baru saja Ia tinggalkan, memastikan sekitarnya aman sebelum meneruskan aksinya yang lancang menjelajah rumah orang.

Dia memilih menaiki anak tangga.

Namun di undakan ketiga, dia berhenti. Sepatu lancip ini sungguh menganggu, jadi Ia melepaskannya dan menjinjing dengan salah satu tangan, memilih bertelanjang kaki.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang