Part 9 - The Midnight

140 27 4
                                    

Hai, masih ada yang baca nggak ya?






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jaemin tidak bisa berpikir jernih. Dia ingat sekali selepas lampu padam, dia membaringkan diri di tempat tidur dan terlelap tak lama kemudian. Tidak ada orang lain selain dirinya di rumah, setidaknya itu yang sudah Ia pastikan sebelum mengunci pintu utama.

Tapi lihatlah dia sekarang, duduk bersandar di pinggiran toko yang tertutup, entah dimana. Jaemin menemukan tempat sampah yang menguarkan bau tak sedap tak jauh dari tempatnya sekarang. Saat Ia mendongak untuk melihat sekelilingnya lebih jelas, dia hanya menemukan jejeran toko yang berdebu, beberapa malah sudah rusak di beberapa bagian sehingga terlihat tak terurus atau mungkin malah sudah ditinggal lama. 

Setahu Jaemin, hanya ada satu tempat di Nessel yang memiliki lingkungan buruk seperti ini, tapi Jaemin ragu karena daerah itu cukup jauh dari kediaman Elbenezer. Setidaknya perlu dua jam dengan kendaraan, berkali-kali lipat jika dengan berlari, apalagi berjalan ketika Jaemin bahkan tidak merasa telah melakukannya.

Apakah dirinya diculik?

Tapi Jaemin adalah orang yang sensitif, tidak mungkin dia tidak terbangun ketika tubuhnya dipindahkan. Sebenarnya apa yang terjadi?

Jaemin menghela napas mengingat ini bukan yang pertama kali, melainkan sudah kesekian kalinya dia terbangun di tempat asing. Pertama kalinya adalah dia terbangun di hutan di belakang rumah Elbenezer di tengah malam, tentu dengan kepanikan dan rasa takut yang membuatnya was-was memejamkan mata beberapa hari setelahnya. Tapi kejadian itu tak terjadi lagi selama beberapa lama. Ketika peristiwa itu terulang kembali untuk kedua kali dan seterusnya, dia terbangun di tempat yang jaraknya semakin jauh dari rumah Elbenezer. Ia rasa sekarang juga semakin terbentang jauhnya, dan Jaemin belum menemukan alasan masuk akal mengapa hal ini terjadi.

Jaemin lantas menggeleng, mengenyahkan hal itu terlebih dahulu. Ada yang lebih penting daripada mengapa dia berakhir disini, yakni bagaimana dia bisa kembali sebelum matahari menampakkan diri. Orang tua dan keluarganya yang lain mungkin akan senang bila tak melihatnya di pagi hari, tapi ketiadaan dirinya di rumah adalah masalah lain.

Dia sudah harus berada di paviliun sebelum paman Kim memergoki keabsenannya. Jaemin tidak berniat mendapat hukuman tambahan, apalagi saat lepuh di tangannya masih terasa perih. Atau dia harus membuat alasan bagus agar pelayan itu diam dan tidak mengadu.

Saat itu mungkin adalah pertengahan dini hari. Jaemin bisa merasakan udara malam yang hari dingin, menembus kaos tipis yang dikenakannya. Mungkin beberapa jam lagi malam akan berganti dan Jaemin harus cepat-cepat keluar dari tempat ini.

Dia mulai berdiri dan menimbang kemanakah seharusnya dia pergi. Jalan di samping kirinya berupa pertokoan di salah satu sisi sementara satu sisi lain adalah tembok tinggi. Sedangkan, jalan di sisi kanannya hanyalah pertokoan rapat, Jaemin dengan segera memilih sisi itu dan dia mulai menelusuri jalanan di antara pertokoan yang sempit dan lembap. 

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang