Part 17 - Party

94 16 1
                                    


"I became insane

With intervals of 

horrible sanity."


- Edgar Allan Poe


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh warga NEO. Ulang tahun tunggal Elbenezer, setidaknya begitu berita yang mengudara dari mulut ke mulut tanpa peduli jika mereka pun tahu, bahwa Elbenezer memiliki dua anak yang dikabarkan kembar.

Tidak ada yang peduli. Bagi mereka, si bungsu Elbenezer tak lebih dari anak terbuang yang beruntung karena dianggap keluarga oleh bangsawan paling terkemuka. Lihat saja, wajah mereka berdua sangat berbeda. Jeno dengan ketampanan aristokrat yang memperlihatkan tingginya kasta dan kejeniusan pikiran. Sementara Jaemin meski rupawan, namun tertutup oleh wajahnya yang senantiasa mendung. Tidak ada cela apapun untuk orang memuji kecuali otak cerdasnya, yang kini juga tak bisa diandalkan mengingat dia telah menjadi anggota kelas buangan.

Jeno terlalu bersinar, Jaemin sama sekali tidak bisa disandingkan.


"Dasar anak pungut! Kalau aku jadi dia aku akan sangat bersyukur diterima di keluarga itu, bukannya malah menyia-nyiakannya."

"Dia menjadi salah satu anggota kelas E asal kalian tahu."

"Apaa?! Aku tidak percaya dia sebodoh itu!"

"Kelakuannya juga buruk sekali. Aku pernah ingin menyapanya tapi dia malah memelototiku. T_T!!"

"Untuk apa kau mau menghiraukan orang sepertinya? Dia aneh, berbeda sekali dengan Jeno kita yang sempurna.."

"Aku tidak sabar menghadiri pesta nanti malam hihi."

"Benar! Aku tidak sabar melihat Jeno dan tunangannya.."


"-Cih, jadi dia sudah punya tunangan?!" Lia membanting ponselnya setelah membaca beberapa beberapa kalimat di kolom komentar. Membuat beberapa anak di sekitarnya menoleh, terutama gadis-gadis yang langsung mendekat.

Tak jauh dari sana, Soobin mendesah malas. Dia menutup buku dengan sedikit keras karena tak lagi bisa konsentrasi, suara kumpulan monyet itu terlalu berisik. "Di tengah semua masalah di dunia ini dia justru merespon hal itu? Tidak berguna. Dia bahkan tak tersinggung dianggap bodoh oleh orang lain." Keluhnya.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang