Part 14 - Orgaft

107 18 2
                                    

Pekerjaannya hari ini di restoran cepat saji selesai pukul setengah sembilan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pekerjaannya hari ini di restoran cepat saji selesai pukul setengah sembilan malam. Saat dia melangkah keluar, Niki dan Haru sudah menunggunya di persimpangan tak jauh dari tempatnya bekerja setiap akhir pekan.

Ketiga orang itu berjalan beriringan tanpa bertukar kata. Di waktu ini jalanan tidak lagi ramai dengan orang-orang. Meski begitu, beberapa masih terlihat berjalan dengan pakaian tebal, sesekali mereka akan menyapa dengan akrab kepada dua pemuda di samping kiri dan kanan Renjun, membuatnya tak tahan untuk tidak berkomentar, "Kalian semakin terkenal rupanya,"

Hal itu membuat Haru mendengus geli, nyaris meloloskan tawa. "Tidak heran, aku seorang atlit tinju yang tampan dan mempesona." Ujarnya penuh percaya diri.

Mendengarnya, Niki memutar matanya jengah sementara Renjun tertawa kecil, "Kalau begitu berkencanlah. Kau tinggal berkedip dan para wanita akan datang dengan sukarela. Kau bisa pilih sesukanya."

"Sayangnya dia tidak tahu bagaimana cara berkencan. Tolol sekali. Dia menjadi sangat bodoh di hadapan wanita." Cetus Niki yang mengundang pitingan di lehernya. Mereka ribut setelahnya. Renjun tertawa keras.

Mereka sudah melewati area gedung lama. Kebanyakan dari bangunan itu menggunakan lantai satu sebagai pertokoan, sementara lantai-lantai di atasnya digunakan untuk tempat tinggal.

Mereka juga melihat banyak orang tua dengan pakaian yang sama tuanya. Biasanya orang seperti itu adalah tunawisma yang hidup menggelandang di pinggir jalan dengan beberapa tumpuk kardus atau atau hidup di gang-gang sempit tanpa atap dan hanya mengandalkan belas kasihan orang yang lewat.

Di tengah makmurnya hidup konglonerar, ada banyak orang terlantar di timur Nessel, yang membuat wilayah ini kerap menjadi latar topik hangat ketika terjadi kasus kriminalitas. Namun tetap saja pemerintah belum mengambil tindakan atas masalah ini, atau gagal mengambil tindakan sebab rencana yang tidak terselesaikan akibat tertundanya pembangunan ulang.

Mengenai mengapa di waktu ini jalanan sudah tampak sepi, pemerintah memberi peraturan mengenai aktivitas publik, yang mana dilakukan pembatasan jam malam untuk pertokoan dan area umun sampai dengan pukul sepuluh malam. Namun tentu saja tidak semua pihak patuh, beberapa nekat membuka bisnisnya di tempat tertutup dan tersembunyi hingga menjelang pagi. Atau jika kau punya uang lebih, kau bisa membayar aparat agar mendapat izin usaha seperti yang dilakukan oleh bos minimarket tempat Renjun bekerja.

Lolos perijinan? Tentu saja. Uang bekerja baik di sini. Dan Ia yang membayar, sebab orang kikir macam bosnya mana mau mengeluarkan uang. Meski Ia telah mendapatkan banyak keuntungan dari Renjun dan dari penjualan produk-produk di dalamnya yang telah dipatok dengan harga berkali-kali lipat lebih tinggi dari yang semestinya. Tapi pemilik toko itu tetap saja bersikap jumawa. Sayang Renjun tak berniat mengambil alih meski didesak para anggotanya.

Mengenai bisnis malam, biasanya mereka bertempat di gang-gang sempit, di bawah tanah, dan gedung-gedung yang sudah terbengkalai. Cukup banyak spot, tapi tak akan terlihat dari jalanan kota.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang